Kalau kamu ditanya bisa nulis atau nggak? Jawabannya tentu saja bisa. Semua orang bisa menulis, pertanyaan yang lebih tepat adalah “Bisakah kamu menjadi seorang penulis profesional?” Profesional di sini maksudnya adalah menjadikan kegiatan menulis sebagai sebuah profesi/pekerjaan. Menghasilkan karya yang dikenal khalayak luas atau mempunyai buku sendiri.

Kalau kamu mau menjadi seorang penulis, sepertinya ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Endik Koeswoyo, selaku penulis novel Love for Sale dan skenario film layar lebar Me & You Vs The World (2014), Say I Love You (2019), Melodylan (2019 ) dan Erau Kota Raja (2015) membagikan tipsnya.

1. Rajin Menulis

Pertama ya tentu kamu harus terus mengasah kemampuanmu dengan menulis dan menulis. Bagaimana mungkin kamu bisa menghasilkan tulisan yang bagus kalau menulis saja kamu malas? Menulis bisa di mana saja, apalagi di era digital saat ini, kamu bisa langsung menuangkan ide tulisanmu di ponsel yang kamu miliki dan mengembangkannya menjadi sebuah tulisan yang utuh.

2. Jangan Takut untuk Memulai

Kedua, jangan takut untuk memulai, tulis apa yang kamu pikirkan, tuangkan semuanya. Baca ulang kembali tulisanmu atau berikan ke orang terdekat untuk dia baca. Dari situ kamu akan tahu di mana letak kekurangan dari tulisanmu. Jangan takut untuk dikritik untuk hal yang lebih baik.

3. Jangan Berhenti Belajar

Belajar apa? Ada banyak hal yang harus dipelajari untuk menjadi penulis. Pertama: Belajar tanda baca! Hal ini dianggap sepele namun ternyata tanda baca sangat penting. Kapan titik, kapan koma, dan kapan harus besar dan huruf kecil. Kedua: Belajar untuk merangkai kata. Kata seperti apa? Tergantung sekmentasi buku apa yang kita tulis. Kalau fiksi emang harus mau belajar berhayal. Intinya adalah belajar untuk memperpanjang kata, contoh: “saya menghadap kebarat!” Kata itu harus dibuat menarik ketika kita menulis fiksi. Semisal diubah dengan kata demikian: “Ketika awan diufuk barat mulai menguning, aku terdiam terpaku menatap semburatan cahayanya, terpaku diam tak bergerak. Lidahku kelu dan hatiku beku. Otakku enggan untuk berpaling menghadap arah yang berlawanan”. Nah mengertikan maksudnya? Belajar untuk merangkai kata. Nggak susah kok kalau sering dipraktekkan. Ketiga: Belajar membaca, lah kok malah belajar membaca? Ya iyalah, dengan membaca kita akan kaya dengan berbagai macam ide dan wawasan.

 

4. Perhatikan Kebijakan Penerbit

Penerbit punya beberapa syarat untuk menerbitkan sebuah naskah. Salah satu hal yang paling sering dijadikan alasan penerbit tidak menerbitkan naskah kita adalah masalah pasar. Pasar yang menentukan dan penerbit tentunya punya pandangan tersendiri dari pada apa yang dinamakan pasar. Penyakit penulis pemula adalah rasa percaya diri yang terlalu tinggi. Mereka menganggap tulisannya adalah karya terbaik dan akan menajdi karya yang bestseller! Namun jangan salah! Itulah penyakit penulis pemula. Egois! Jika mau menerbitkan buku, sebaiknya sharing-lah dengan editor.  Biasanya jika tertarik dengan naskah atau gaya penulisan kita, penerbit akan memberikan banyak masukan. Bahkan tidak jarang penerbit yang memesan sebuah tulisan pada salah satu penulis yang dianggapnya mempunyai karakter dan mempunyai gaya tulisan yang unik serta MENJUAL. Jika penerbit punya saran dan ide, sebaiknya pertimbangkan dan ikutilah.

5. Tidak Mudah Putus Asa

Jangan putus asa jika naskahmu ditolak penerbit!  Karena apa? Karena tidak sesuai dengan tema naskah yang dicari oleh penerbit. Jika ditolak oleh penerbit A, belum tentu naskah kita akan ditolak oleh penerbit B. Makanya jangan langsung putus asa apalagi bunuh diri gara-gara naskah kita di tolak. Ada ratusan penerbit di Indonesia yang siap menerbitkan buku-buku kamu. Justru penolakan-penolakan itu membuatmu belajar untuk memperbaiki tulisanmu.

6. Biar Nggak Mati Ide

Menurut Endik Koeswoyo, pertama: yakin! Kita harus yakin ketika menemukan ide dan hendak menuliskan ide itu. Kedua: Ritme penulisan harus benar. Intinya hilangnya ide dikarenakan pola menulis yang salah. Misal, kita sehari semalam menghadapi komputer untuk menulis. Tentulah ide akan habis. Caranya? Jika trik  satu novel setebal 150 halaman harus selesai dalam 1 bulan. Jika sehari menulis 10 halaman, maka dalam 15 hari saja novel itu selesai. Kapan kita menulis? Bangun tidur 3 halaman lalu mandi dan menulis lagi 2 halaman, selanjutnya beraktivitas, main, sekolah, belajar dll. Mau tidur 5 halaman. Selesailah 10 halaman dalam waktu 24 jam. Ketiga: Saat menulis trus blank? Berhentilah menulis, baca ulang catatan yang pernah dibuat soal ide dasar cerita itu. Jika masih blank juga, lakukan aktivitas lain.  Keempat: Mengunci ide itu sendiri. Ide datangnya bisa kapan saja. Namun jika ide datang bertubi-tubi? Lupakan yang lain dan fokuskan pada satu ide yang sedang kita tulis.

7. Membaca Pasar.

Membaca pasar bukanlah tugas penerbit doang! Ternyata penulis juga wajib hukumnya untuk jalan-jalan ke toko buku dan melihat buku apa yang paling laris. Jika temanya sama dengan apa yang kita tulis, saya yakin semangat akan kembali membara. Membaca pasar sebenarnya sederhana, bisa langsung ke toko buku atau tanya pada temen atau baca berita. Selain untuk menumbuhkan semangat, membaca pasar akan membuat kita merasa semakin pede. Karena tema yang kita tulis lagi disukai banyak orang. Apalagi sekarang ini teknologi semakin canggih, kamu bisa melihat di media sosial para penerbit Indonesia, buku-buku apa yang lagi best seller.

8. Menjalin Hubungan Dengan Editor.

Jangan anggap sepele yang namanya editor. Kalau kita sudah pernah ketemu, tukeran email atau nomer telpon maka jangan lupa untuk menyapanya. Seminggu sekali mungkin waktu yang tepat. Menanyakan kabar atau memberitakukan perkembangan tentang buku yang sedang kita tulis. Sederhana saja initinya. Faktor kedekatan akan menumbuhkan rasa simpati dan menghargai. Editor juga manusia kok!

9. Belajar Dari Pengalaman.

Dari mana cerita bagus itu muncul? Dari pengalaman nyata yang digaungkan dengan imajinasi. Belajar dari pengalaman memang bermanfaat dalam segala hal. Urusan cintapun, kalau belajar dari pengalam rasanya kita tidak akan merasakan sakit yang kedua kali. Menulispun juga begitu. Pengalaman adalah guru terbaik, tapi pengalaman orang lain adalah guru paling baik. Apa saja yang bisa kita perbuat dengan pengalaman dalam dunia penulisan? Banyak banget! Jika hari ini kita tidak bisa menulis 10 halaman, cari tau apa sebabnya. Koreksi diri dan hindarilah melakukan hal yang sama.

10. Melihat Hasil Finasial ke Depan.

Kenapa langkah ini perlu dipertimbangkan? Manusia adalah manusia.  Nggak mungkin kita nggak butuh uang untuk bertahan hidup. Menulis, walau tidak banyak –sebagian memang menghasilkan uang yang sangat banyak- namun hasilnya bisa dibilang lebih dari cukup. Contoh: JK Rawing, penulisnya Harry Porter sempat mau bunuh diri sebelum menjadi penulis, karena dia sangat miskin. Sekarang? Dia menjadi penulis paling kaya di dunia. AAC? Taukan Ayat-Ayat Cinta? Novelnya bestseller, filmnya? Meledak dibioskop!  Belum lagi Andrea Hirata, Dee Lestari, dan sederet penulis lainnya yang sukses dengan buku-buku yang ditulisnya dan beberapa juga diangkat ke layar lebar.

 

Bagaimana? Mau jadi penulis profesional? Sepertinya beberapa hal penting untuk kamu pikirkan matang-matang. Menjadi penulis bukan hanya menghasilkan karya buku saja lho! Tapi juga penulis skenario film, penulis puisi (penyair). Cakupannya sangat luas. Yuk menulis!

Awita Ekasari/Mizanstore

artikel diolah dari berbagai sumber dengan penyesuaian

Bagikan ke Sekitarmu!
10 Langkah Mudah Jadi Penulis untuk Pemula