cuiii~~~~

sini~~~~

ada yang seru~~

buruaan, yaaa~~~

kenapa harus pake tanda (~) itu, sih? Itu apa, sih, gunanya?

Halo, hola!

Hari ini, kamu akan mendapat info penting yang dapat mengubah duniamu 180 derajat! Waduh! Siap-siap karena informasi ini akan menambah pengetahuan kebahasaamu. Hari ini, kamu akan mengenal sebuah tanda baca yang tidak asing lagi, tanda tilde (~).

Nah, ada berapa banyak dari kamu yang tahu kalau tanda baca (~) itu namanya tilde? Bagi yang belum tahu, selamat, sekarang kamu sudah tahu namanya! Jangan disebut tanda “gelombang” apalagi tanda “cacing” lagi, ya!

Bagaimana cara penggunaan tanda baca itu, sebenarnya? Pertanyaan ini pernah ditanyakan kepada salah seorang penggiat bahasa Indonesia, yakni Pak Ivan Lanin melalui akun Twitternya seperti kutipan berikut.

tilde

pertanyaan yang pernah masuk ke akun Twitter @IvanLanin (image from twitter.com)

Pertanyaan tersebut mungkin mewakili pertanyaan kamu yang juga penasaran mengenai fungsi tanda baca tersebut, betul tidak? Mari, sama-sama simak perihal tanda tilde (~) ini, yuk!

Dalam Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) atau yang terbarunya Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI, 2016) memang tidak tertulis aturan penggunaan tanda baca tilde (~) seperti selayaknya tanda baca lainnya seperti tanda titik (.), tanda koma (,), tanda seru (!), dan tanda baca lainnya. Mengapa demikian? Hal ini karena tanda baca tilde (~) merupakan tanda baca khusus yang penggunaannya juga khusus, lho. Berikut pengertiannya dalam KBBI edisi V yang isinya sama dengan arahan dari Pak Lanin di laman kateglo.com.

kbbi tilde

Seperti pengertiannya, tanda baca ini digunakan dalam kamus untuk mengganti sublema yang dideskripsikan di dalam kamus. Sublema itu sendiri adalah turunan dari lema (kata) yang ada di dalam kamus. Untuk melihat contohnya, berikut adalah contoh penggunaan tanda tilde (~) dalam sublema merupakan.

merupakan

Seperti yang terlihat, tanda baca tilde (~) tersebut digunakan untuk mengganti sublema merupakan yang dideskripsikan dalam kamus. Aturan ini tidak hanya diterapkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), melainkan juga di kamus-kamus umum lainnya.

Adapun tanda baca ini juga sering kali terlihat muncul di bagian atas huruf dalam bahasa asing seperti pada huruf ñ. Apakah tanda tersebut juga disebut tilde? Bagaimana dengan fungsinya?

Tanda yang berada di atas huruf seperti pada contoh ñ disebut tanda diakritik. Tanda diakritik adalah tanda  baca tambahan pada huruf yang sedikit banyak mengubah nilai fonetis huruf tersebut. Nilai fonetis itu berkenaan dengan bunyi huruf tersebut ketika diucapkan. Untuk tanda diakritik pada contoh ñ, misalnya, ketika diucapkan bunyinya bukan “en” tetapi “ny”.

Nah, sekarang, kamu sudah tahu, kan, fungsi tanda baca tilde (~)? Masih mau pakai tanda itu di akhir kalimatmu supaya lebih “unyu-unyu” seperti biasanya atau mau menggunakan sesuai fungsinya, hayoo?

Bagikan ke Sekitarmu!
Berkenalan dengan Tanda Baca Tilde (~)