“Catatan Pinggir pasti merupakan rubrik tetap terpanjang yang ditulis oleh satu orang di sebuah majalah. Guinness Wold Records layak mempertimbangkannya untuk status ini,” ujar Hamid Basyaib membuka Catatan Pinggir 12 karya Goenawan Mohamad.

Ungkapan Hamid Basyaib ini sepertinya tidak terlalu berlebihan untuk menggambarkan betapa istimewanya Catatan Pinggir yang sedang dibahas kali ini. Sebuah tulisan tak tergantikan dan selalu dinantikan kehadirannya. Catatan Pinggir kini telah sampai pada buku ke-12.

Goenawan Mohamad menulis rubrik Catatan Pinggir sejak tahun 1976. Sejak saat itu hingga hari ini, tidak ada satu orang pun yang pernah menggantikannya menulis dalam rubrik Catatan Pinggir. Maka jika dihitung, telah lewat 4 dekade Catatan Pinggir dan Goenawan Mohamad dikenal “menempel” dan tak terpisahkan.

Caping—begitu orang-orang sering menyingkat rubrik Catatan Pinggir—merupakan bagian yang selalu dinanti setiap pekannya oleh para pembaca setia Tempo. Sebuah bagian istimewa yang hingga pada akhirnya di tahun 1982 diputuskan untuk mulai diterbitkan dalam bentuk buku. Sejak saat itu hingga hari ini, Caping sudah terbit dalam 12 edisi.

Caping adalah bukti kepiawaian Goenawan Mohamad merangkai kata menjadi makna. Sebentuk suara tanpa tendensi apa-apa, tetapi secara sadar punya kepentingan yang lebih dari sekadar “mengisi kekosongan rubrik”. Caping adalah kumpulan suara pelan yang menggema dan membekas ketika dibaca. Caping adalah sebuah bagian kecil yang ditulis oleh orang dengan wawasan yang sangat luas, kemudian menjadi penting untuk dibaca siapa pun yang ingin tahu dan merasakan pengalaman luasnya sebuah pemikiran dapat dibuka.

 

Judul: Catatan Pinggir 12

Penulis: Goenawan Mohamad

Jumlah halaman: 438

Penerbit : Tempo publishing

Tahun terbit: 2017

 

 

Membaca Goenawan Mohamad Melalui Catatan Pinggir

Sebagai sebuah karya yang tekun ditulis selama lebih dari 40 tahun, pembaca dapat melihat perkembangan Goenawan Mohamad dalam menulis. Dimulai dari Catatan Pinggir 1 tahun 1982 hingga Catatan Pinggir 12  yang terbit tahun 2017.

Ada banyak hal yang ditulis Goenawan Mohamad dalam Catatan Pinggir. Bisa saja Caping berisi sesuatu yang sedang hangat dibicarakan. Tak jarang pula ia menulis hal-hal yang berkenaan dengan karya pada masa silam, yang diangkat kembali menjadi sesuatu yang baru. Ada banyak kegelisahan yang ingin GM bagi kepada pembaca atau juga sebenarnya hanya ingin berbagi pandangannya terhadap sesuatu.

Salah satu kegelisahannya ia tuangkan dalam buku Catatan Pinggir 12, yakni tulisan berjudul “Trump”. Tulisan ini dapat pula ditafsirkan sebagai kritik sosial atas keadaan masyarakat Amerika pada masa pemerintahan Trump. Berikut adalah kutipan pembuka dari artikel yang ditulisnya pada 20 November 2016, sebelum dibukukan pada tahun 2017.

“Donald Trump adalah gejala penyakit kambuhan Amerika. Penyakit ini dimulai dari sederet ketimpangan.

Ada ketimpangan sosial antara yang kaya dan yang miskin, antara yang “sudah sangat kaya” dan “belum kaya”. Di sini, garis pemisah makin tegas dan tebal dalam tiga dasawarsa terakhir. Memang diyakinkan berulang-ulang sahihnya “Impian Amerika”, impian yang jadi sejenis iman, bahwa siapa pun di negeri itu, bila bekerja keras, bisa mencapai kehidupan yang jaya. Tapi sebagaimana layaknya mimpi, ia dimulai dari tidur. Dan masyarakat Amerika lama tertidur: mereka tak melihat bahwa gerak ke atas dalam mobilitas sosial sangat terbatas; yang miskin umumnya tetap miskin. Pada saat yang sama, kian miskin seseorang, kian terbatas modal informasi (terkadang disebut “modal budaya”) untuk menang bersaing.” kutipan dari Catatan Pinggir 12, (hal. 409).

Selain itu, Goenawan Mohamad juga sering mengungkapkan pendapatnya tentang peristiwa terdahulu yang dihubungkan dengan kejadian saat ini. Tentang akurasi sebuah karya fiksi dengan keadaan faktual ketika karya tersebut diterbitkan, serta tentang banyak hal lain yang mungkin tak mampu lagi ia simpan sendiri dan tentu tak ada salahnya untuk dibagi. Toh, pada akhirnya, pengetahuan itu membuat semua pembaca sama-sama berpikir, berusaha memahami, meskipun tidak lantas menyetujui.

Ada beberapa tulisan yang perlu waktu untuk mencernanya, ada pula tulisan yang langsung membuat kita paham betul maksud dan tujuannya. Berbagai jenis dan ragam gaya disajikan Goenawan Mohamad, membuat pembaca tak pernah jengah pun bosan untuk terus menantikan kehadirannya.

Jika pertanyaannya adalah seberapa penting Catatan Pinggir harus dibaca, cobalah kamu telaah sendiri. Pentingkah untuk membaca sebuah karya besar, hasil ketekunan sehingga mampu bertahan selama lebih dari 4 dekade, padahal hanya ditulis oleh satu orang saja? Jawabannya: tentu saja.

[Hanung W L/Copywriter Mizanstore]

Bagikan ke Sekitarmu!
Catatan Pinggir yang Istimewa: 1 Rubrik yang Hanya Ditulis 1 Orang dan Bertahan Lebih dari 4 Dekade