“Saya jadi ingat ketika kuliah dulu, betapa sulit mendapatkan buku-buku sastra itu. Kami harus punya usaha sendiri untuk menyalin ulang atau mengkopi buku dari lembar kertas yang sudah rapuh itu. Tidak boleh terlalu banyak difotokopi karena takut merusak kertasnya! Dan kini, generasi muda bisa membaca cetakan terbarunya.”

Buku-buku yang dimaksudkan merupakan buku sastra yang sudah lama tak lagi diterbitkan ulang. Meskipun demikian, buku-buku ini jelas masih sangat relevan di kehidupan sekarang karena kalau bukan dari sejarah, dari mana lagi kita harus belajar untuk bekal di masa mendatang?

Selain itu, tidakkah kamu ingin tahu bagaimana sastra ditulis di masa-masa jayanya? Ketika dahulu sempat ada boikot dan banyak sekali buku sastra yang dilarang terbit; sebut saja karya Pramoedya Ananta Toer. Masa ketika menulis saja dilarang, tidakkah kamu ingin tahu seberapa penting tulisan yang sampai dilarang itu?

Novel Pram boleh jadi tak boleh diterbitkan dengan banyak alasan. Pada akhirnya, di tahun-tahun mendatang Novel Pram resmi dicetak ulang karena begitu banyaknya permintaan atas buku tersebut. Tentu banyak yang ingin mengetahui isi novel yang sempat dilarang terbit itu.

Selebihnya, bagaimana dengan nasib novel lain yang juga tak kalah menarik? Tentu banyak nama yang tak mampu disebutkan satu per satu. Akan tetapi, berikut ini adalah daftar beberapa buku lama yang sudah dicetak ulang dan dapat kamu baca, sekarang.

1. Ziarah (Iwan Simatupang)

Beruntung kita bahwa salah satu novel terbaik yang pernah ditulis sastrawan Indonesia kini telah diterbitkan ulang. Novel yang pertama kali terbit di tahun 1966 ini adalah novel yang mendapatkan penghargaan sebagai Roman ASEAN Terbaik di tahun 1977. Tak telak, karya monumental ini begitu dicari sehingga pada tahun 2017, Noura Books menerbitkannya kembali dengan kemasan sampul yang lebih baru. Kamu tidak perlu lagi susah mencarinya di toko buku bekas karena kini Ziarah dapat kamu peroleh di toko-toko buku offline maupun online.

 

2. Ronggeng Dukuh Paruk (Ahmad Tohari)

Novel Ronggeng Dukuh Paruk ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1982. Berkisah tentang Srintil, penari ronggeng, dan pria yang dicintainya, seorang tentara bernama Rasus. Dengan membawa latar tahun 1960-an, Ahmad Tohari mengajak pembaca menelusuri kehidupan di Dukuh Paruk, sebuah desa kecil yang dirundung kemiskinan, kelaparan, dan kebodohan. Selain kisah cinta,

novel ini juga menjadi catatan penting tentang pergejolakan politik yang sempat menghangat waktu itu. Pada penerbitan pertama, novel ini terdiri atas tiga buku, yaitu Catatan Buat EmakLintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala. Selanjutnya, Gramedia menerbitkannya kembali di tahun 2009. 

3. Dilarang Mencintai Bunga-bunga (Kuntowijoyo)

 

Kuntowijoyo dan cerpen “Dilarang Mencintai Bunga-bunga” memang begitu lekat seperti tak bisa dipisahkan. Cerpen itu telah menjadi juara pada Sayembara Cerpen Majalah ‘Sastra’ pada 1968. Selanjutnya, pada 1992, buku kumpulan cerpen dengan judul yang sama diterbitkan oleh Pustaka Firdaus. Selanjutnya, pada tahun 2016 Noura Books (grup Mizan, Bandung) menerbitkannya kembali untuk generasi pembaca di era digital sekarang ini.

 

4. Godlob (Danarto)

Buku Godlob ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1975. Buku kumpulan cerpen ini kemudian diterbitkan ulang melalui penerbit Basa Basi di tahun 2017. Tulisan Danarto begitu diakui, bahkan juga oleh sesama penulis lainnya. Harry Aveling pernah mengibaratkan jika karya Pramoedya Ananta Toer adalah mata kanan, maka karya-karya Danarto adalah mata kiri kita. Bersisian, membaca keduanya dapat membuat kita seimbang. Maka sesekali, cobalah baca karyanya ini.

 

5. Keluarga Cemara (Arswendo Atmowiloto)

Meskipun belum setua buku-buku yang disebutkan sebelumnya, cerita Keluarga Cemara harus masuk daftar buku yang wajib kamu baca. Sempat tersiar kabar bahwa sebelum buku ini kembali naik cetak di awal tahun ini, akan segera diangkat ke layar kaca. Bagaimana kira-kira kisah Abah, Agil, Ara, Euis, dan Emak yang sempat juga diangkat menjadi sinetron kemudian kini akan segera difilmkan? Kamu bisa membaca terlebih dahulu bukunya untuk merasakan nostalgia buku yang pernah berjaya pada masanya.

 

6. Cantik Itu Luka (Eka Kurniawan)

Selain buku-bukunya yng memang fenomenal, judul-judul yang dibuat Eka Kurniawan selalu menarik pembaca untuk mencoba mendalami isi buku dengan judul yang menarik itu. Cantik itu Luka, novel pertama Eka Kurniawan ini Novel ini pernah masuk long list Khatulistiwa Literary Award  pada tahun 2003. Hingga saat ini setidaknya novel ini telah diterjemahkan ke dalam 33 bahasa dan karena masih terus diburu sejak pertama kali terbit di tahun 2002, maka di tahun ini buku tersebut kembali dicetak ulang dengan kemasan yang lebih eksklusif dalam bentuk hard cover.

Tentu ada banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan dengan membaca buku-buku lama. Terlebih, kini, sudah banyak di antaranya yang sengaja dicetak ulang demi kemudahan kita. Masih mau alasan buat nggak baca?

[Hanung W L/ Copywriter Mizanstore]

Bagikan ke Sekitarmu!
Cetak Ulang Buku Lama yang Wajib Kamu Baca