“Fenomena kiri mendadak banyak terjadi di peghujung masa Orde Lama. Orang-orang seperti ini sebenarnya menjadi kiri untuk cari selamat saja.”

Begitulah salah satu kutipan dalam buku Gestapu 65: PKI, Aidit, Soekarno, dan Soeharto yang ditulis oleh Salim Said, seorang pengamat sejarah, sekaligus mantan wartawan yang sempat berada di tempat kejadian, melihat sendiri bagaimana efek dari peristiwa Gestapu pada keseluruhan tubuh bangsa Indonesia. Sebuah pengalaman yang tak akan pernah terlupa oleh Salim Said yang membuatnya menjadi seperti saat ini. Salim Said mengatakan bahwa apa-apa yang terjadi, segala peristiwa dan pengalamannya yang didapat pada malam kejadian itu kelak berperan penting untuk mendorongnya menjadi peneliti peran politik militer Indonesia.

Salim Said menceritakan segala hal dengan begitu detail sehingga kamu dapatĀ ikut bergidik ketika membaca. Pembaca akan terhanyut terbawa cerita mengenai apa yang terjadi dalam peristiwa Gestapu serta peristiwa yang tidak lebih menegangkan dari kisah setelahnya.

 

 

Mengenai keputusan politik yang harus diambil, misalnya, Salim Said menceritakan bahwa hal tersebut adalah sebuah keputusan besar yang dapat memengaruhi keberlangsungan hidup seseorang. Banyak orang yang mencari selamat dengan mengambil satu keputusan politik pada suatu kejadian. Tatkala di kemudian hari, keputusan itu sendiri yang menyebabkannya tak pernah ditemukan lagi keberadaannya.

gesssss

Dalam bab “Menjadi Kiri untuk Cari Selamat” ini misalnya, Salim Said menceritakan seorang yang bernama Hamid Ismail. Menurut cerita ketika Salim Said masih magang di studio RRI, Hamid adalah orang Masyumi. Pasca pembubaran Partai Masyumi, serta untuk mempertahankan kedudukannya di RRI, ia bicara seolah ia adalah seorang revolusioner dan sangat Sukarnois.

Model “menjadi kiri mendadak” merupakan survival kit pada saat itu. Oleh karena itu, menjadi revolusioner, Sukarnois, dan Komunis menjadi sulit dibedakan. Akan tetapi, pada akhirnya atau pada kejadian yang disebut sebagai peristiwa pasca-Gestapu, Hamid Said dan “para pencari selamat” lainnya justru menjadi korban “pembersihan”. Meskipun tidak tahu persis apakah Hamid “dihilangkan” atau “menghilangkan diri”, Salim Said menyatakan bahwa orang-orang seperti Hamid betul-betul tidak muncul lagi.

Begitu besar pengaruh peristiwa Gestapu ini bagi bangsa pada saat itu, bahkan hingga saat ini. Entah Aidit, entah Soekarno, entah Soeharto, atau entah PKI-kah yang membuat ini semua terjadi. Bacalah buku ini dan buatlah kesimpulanmu sendiri.

[Hanung W L/ Copywriter Mizanstore]

 

Bagikan ke Sekitarmu!
Menjadi Kiri agar Selamat yang Berbuah Petaka