Nama Raditya Dika terdengar sangat akrab dengan dunia komedi. Meskipun bukan lulusan sastra apalagi humor, tulisan Radit yang lucu nyatanya telah membawa angin segar untuk dunia sastra dan terutama komedi di Indonesia. Angin segar semacam apa, sih, yang dimaksudkan?

Cara Radit menyampaikan kisah sehari-hari dalam bentuk diary blog itulah yang “berbeda” dengan gaya penulis kebanyakan pada masanya. Melalui tulisannya di www.kambingjantan.com (yang kini berubah menjadi www.radityadika.com), Radit memulai kisahnya sebagai pelajar yang berkuliah di tempat asing dengan gayanya. Diary blog yang ditulisnya sejak tahun 2005 ini awalnya tidak terfokus pada hal-hal lucu saja. Radit benar-benar memanfaatkannya sebagai catatan harian saja. Akan tetapi, lama kelamaan orang menyebut tulisannya lucu dan sejak itulah Radit mulai mempelajari teknik menulis tulisan lucu yang baik.

raditya-dika

Raditya Dika, penulis (image from http://www.profilpedia.com)

Bisa dibilang Radit ini cukup serius dalam melucu. Ia bukan sekadar menulis di blog, lho. Lebih dari itu, ia juga belajar teknik menulis yang baik dan dengan terus menulis, kemampuannya semakin terasah. Akhirnya, Radit berhasil menemukan gaya tulisannya sendiri yang mengarah pada komedi personal essay.

Dari Blog menjadi Buku

Ketika Radit pulang dari Adelaide, Australia, ia berniat untuk membukukan tulisan pertamanya: Kambing Jantan. Ternyata perjuangan ini juga tidak mudah. Dilansir oleh berbagai media yang pernah meliput kisah suksesnya, Radit mengaku ia mencetak sendiri naskah bukunya itu sebanyak 10 buah dan berniat untuk mengirimkannya kepada 10 penerbit incarannya.

Sayangnya, semangat tinggal semangat. Usahanya untuk mengantarkan sendiri naskah ke tangan penerbit berakhir hanya pada 1 penerbit saja karena ternyata Radit terlalu kelelahan mengingat jarak dan lokasi tiap penerbit yang tidak dekat dari rumahnya. Beruntung, dari satu penerbit yang ia kirimi naskah, ia mendapat kabar bahagia. Naskahnya akan diterbitkan.

Usaha Radit kini berbuah manis. Terhitung sejak pertama kali diterbitkan, buku Kambing Jantan sudah memasuki proses cetak ulang lebih dari 23 kali, banyaknya. Ini artinya, buku pertamanya ini telah laku terjual sebanyak lebih dari 100.000 eksemplar. Kesuksesan ini terus berlanjut mengingat setelah Kambing Jantan, anak-anaknya turut lahir dan tak kalah sukses dengan pendahulunya. Babi Ngesot, Marmut Merah Jambu, Manusia Setengah Salmon, Koala Kumal, serta Cinta Brontosaurus adalah saksi bisu kesuksesan Radit dalam dunia tulis menulis. Kamu bertanya-tanya nggak sih, kenapa semua judul bukunya itu selalu nama-nama hewan? Ya, mungkin inilah ciri khas yang dipilih Radit agar membedakan karyanya dengan karya orang kebanyakan.

banner-raditya-dika-socmed

beberapa karya Raditya Dika yang baru dicetak ulang dapat diperoleh di Mizanstore

Bak bola salju yang mengelinding dan terus membesar, gaya komedi personal essay yang seakan menertawakan kisah hidup sendiri ini menjadi populer di Indonesia. Pada perkembangannya, gaya semacam ini tumbuh tidak hanya dalam bentuk tulisan, melainkan juga dalam komedi langsung yang kini dikenal sebagai komedi tunggal atau stand-up comedy.

Komedi Tunggal: Gagasan yang Tak Kalah Hebat

Sesungguhnya gaya komedi tunggal ini bukanlah yang pertama di dunia. Akan tetapi, tidak dapat dimungkiri bahwa kemungkinan besar memang Raditlah yang membawa angin segar ini ke dunia komedi Indonesia.  Beberapa sumber bahkan menyebut nama Raditya Dika sebagai pionernya; pembuka jalan agar komedi tunggal (stand-up comedy) dapat tumbuh subur di tanah Indonesia.

stand up

Komedi Tunggal atau Stand-Up Comedy yang kini dikenal di Indonesia (image from https://files.stubwire.com/)

Radit kemudian mengambil langkah, mencari bakat-bakat tersembunyi, mereka yang memiliki kemampuan semacam ini. Maka dibukalah ajang-ajang pencari bakat komedi tunggal dan dari sana pula, lahir nama-nama yang kini tak asing lagi di layar kaca. sebut saja Ernest Prakasa sebagai salah satu pelakon komedian tunggal (stand-up comedian) yang terbilang sukses dalam berkarier di bidang ini.

Memiliki karier yang cemerlang dalam bidang melucu ini, apakah ini artinya Radit akan meninggalkan dunia tulis menulis?

Pada kenyataannya, kecintaan Raditya Dika dalam dunia tulis menulis tidak ia lupakan begitu saja. Ketika berkarier dalam pembuatan film, misalnya, Radit memutuskan bahwa ia sendiri yang harus menjadi sutradara pun penulis naskah untuk film yang digarapnya.

Di akun Twitternya, Radit juga masih aktif membuat cuitan. Dari sana dapat dilihat bahwa Radit sering mengunggah status “draft selesai”. Wah, draft apa yang dimaksud, ya? JANGAN-JANGAN SI UBUR-UBUR LEMBUR!? Jadi makin nggak sabar, nih!

[Hanung W L/ Copywriter Mizanstore]

 

Bagikan ke Sekitarmu!
Raditya Dika dan Angin Segar untuk Komedi Indonesia