“Tidak perlu menjadi seorang muslim untuk membela Palestina. Tragedi Palestina, bukan lagi perihal agama. Tragedi Palestina adalah tragedi kemanusiaan.”

Tak pernah terbayangkan bahwa sebuah keputusan yang salah mampu menggetarkan dunia. Keputusan Presiden AS, Donald Trump yang mengumumkan pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel telah memicu kutukan, kecaman, dan penentangan dari berbagai pihak.

Jerusalem menjadi ibukota Israel (sumber gambar: Google)

Pernyataan mengenai hal ini dikatakan Donald Trump dalam pidatonya di Gedung Putih pada hari Rabu, 6 Desember 2017. Presiden Trump mengatakan ‘sudah saatnya untuk mengakui secara resmi Yerusalem sebagai ibu kota Israel’. Maka dengan demikian, kini, ketika kita melakukan pencarian di Google, Jerusalem telah ditetapkan menjadi ibukota Israel.

Seperti yang kita ketahui bersama, penduduk Palestina dengan warga Israel masih terus mengalami konflik yang begitu panjang dan tiada henti dalam waktu yang lama. Konflik yang berlarut-larut karena tidak pernah ada titik temu untuk menyudahi perkara yang ada. Masyarakat Palestina berusaha untuk mempertahankan tanah mereka, sedangkan Israel juga merasa punya hak atas lahan yang sama.

Barangkali, Trump berpendapat bahwa dengan memutuskan Yerusalem sebagai ibukota Israel maka masalah akan selesai. Akan tetapi, benarkah demikian?

Bagimana nasib Palestina kini? (sumber gambar: Google)

Kecaman demi kecaman justru hadir sejak keputusan tersebut diresmikan. Sejumlah petisi penolakan telah ditandatangani. Masyarakat berbondong-bondong berdaya upaya, melakukan yang terbaik untuk pencabutan keputusan yang sudah terlanjur mengundang keresahan.

Diam tidak akan membawa kita ke mana-mana. Bergeraklah. Setidaknya dengan bantuan doa, mari bantu upayakan apa pun yang kita bisa untuk rakyat Palestina.

[Hanung W L/ Copywriter Mizanstore]

 

 

 

Bagikan ke Sekitarmu!
Untuk Palestina