“Teman-teman kita terkepung di YLBHI karena sejumlah besar masa mengepung dari luar gedung. Masa di luar semakin panas dan tidak ada aparat keamanan yang membubarkan.”

Tepat di hari itu, mendadak pesan singkat ini masuk ke dalam ponsel pribadi. Hari itu, tepat 18 September 2017 di jelang dini hari. Hari yang sama, ketika isu mengenai PKI kembali, membangunkan masyarakat di malam yang tak lagi sunyi. Sebuah pesan yang menuntun untuk membuka informasi lebih banyak melalui portal berita mengenai apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Sesuai harapan, apa yang terjadi dapat dibaca di berbagai deret headline portal berita daring. Semua isi beritanya menjadi seragam dan coba disajikan dari sudut pandang yang beragam. Mengenai YLBHI, PKI, dan suasana tetiba jadi sangat mencekam.

ove

Konon menurut kesaksian mereka yang ada di lokasi kejadian, acara seni yang diadakan di YLBHI menjadi betul-betul mencekam. Dari luar gedung pertemuan terdengar suara-suara “ganyang PKI!” “bunuh antek-antek PKI” yang diteriakan oleh ribuan massa yang telah mengepung gedung. Acara seni yang awalnya ramai canda tawa, mendadak sepi berganti dengan kegelisahan.

YLBHI merasa bahwa acara mereka bersih dari unsur PKI yang dituduhkan. Di sisi lain, massa yang berkerumun tersebut bersikukuh acara di dalam gedung mengandung unsur yang dapat membangun PKI yang sudah lama tak dibicarakan lagi. Bentrokkan tak dapat dihindarkan. Beruntung pihak keamanan segera datang ke lokasi kejadian dan berusaha melerai kedua belah pihak yang saling berseteru. Apakah semua selesai begitu saja, malam itu?

PKI, Gestapu, dan Fakta-fakta yang Masih Tersembunyi

Membahas permasalahan ini seperti membangkitkan sesuatu yang sudah lama dikubur rapat-rapat. Sesuatu yang sebenarnya ada, nyata, pernah terjadi, tetapi entah mengapa selalu ditutup-tutupi. Seakan-akan, ada satu bagian dari sejarah yang telah dihapus. Sesuatu, yang seharusnya tidak pernah pupus.

Barangkali betul, bahwa fakta sejarah bukanlah sesuatu yang semutlak fakta-fakta yang diungkap melalui ilmu pengetahuan eksakta. Tiga dikali tiga pasti dan harus sembilan hasilnya, tetapi ketika ditanya siapa dalang dibalik peristiwa Gestapu yang mengubah sejarah Indonesia? Melihat dari sudut pandang siapa, bisa jadi semua memberi kesaksian yang berbeda. Lantas, siapa yang betul-betul mengungkapkan “fakta” atau siapa yang sebenarnya harus kita percaya?

Salim Said, seorang pengamat sejarah, mencoba menawarkan sudut pandang yang berbeda. Berlatar belakang wartawan dengan pengalaman lebih dari 25 tahun, Salim Said sebenarnya sangat tertarik dengan sejarah kelam Gestapu dan berusaha mendalaminya lebih dari yang kita tahu selama ini.

Salim Said awalnya menulis dalam buku Dari Gestapu ke Reformasi mengenai hal ini. Akan tetapi, beberapa ahli lain berpendapat bahwa salah satu bagian dalam buku, yang membahas mengenai Gestapu, terlalu menarik dan sayang jika tidak menjadi satu buku dengan pembahasan tersendiri. Oleh karenanya, Salim Said kembali melakukan riset guna membangun perbahasan menyeluruh mengenai Gestapu. Ia merangkum semuanya dalam Gestapu 65: PKI, Aidit, Soekarno, dan Soeharto. Sebuah referensi baru untuk melihat sejarah lebih dari satu sisi.


“Meski setengah abad telah lewat, misteri siapa yang membunuh enam jenderal Angkatan Darat pada 1 Oktober 1965 belum terungkap seluruhnya. Buku ini menawarkan analisis paling meyakinkan yang pernah saya baca. Berkat pengalaman pribadi selaku wartawan pada masa itu serta ilmuwan politik yang mengikuti dari dekat peran politik militer selama puluhan tahun, penulis menjelaskan dengan jitu dan cermat peran yang kemungkinan besar dimainkan para aktor penting, terutama Sukarno, Aidit, Syam, Latif, dan Soeharto.”

—R. William Liddle, Profesor Emeritus Ilmu Politik, Ohio State University

Sudah saatnya generasi muda berhenti memercayai berita hoaks, terlebih memercayainya sehingga pada akhirnya dapat berujung pada kerugian berbagai pihak. Mari membaca ulang sejarah, mengetahui mana yang harus dipercaya agar tak mudah terjerat omong kosong belaka. Mari belajar sejarah, mempelajari masa lalu untuk memperbaiki masa ini, dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik.

[Hanung W L/ Copywriter Mizanstore]

Bagikan ke Sekitarmu!
Betulkah PKI terlibat dalam Peristiwa Gestapu 65?