Perjalanan “Kelas” Dunia

Tidak ada mahasiswa di kelas pagi Pak Rhenald Kasali. Mahasiswa dan mahasiswinya sedang mengikuti sebuah “kelas” terbuka. Kelas besar yang akan membawa mereka ke petualangan tanpa batas dari seluruh dunia.

Bagi mereka yang menyukai tantangan dan petualangan, memasuki kelas Pemasaran Internasional adalah sebuah kewajiban. Kelas yang dibuka oleh Prof. Kasali ini mewajibkan sebuah tugas yang luar biasa menyenangkan! Tidak ada tugas menyiksa yang membosankan dengan membuat esai atau makalah panjang  berisi teori ini dan itu, tapi sebuah tugas yang menjanjikan petualangan yang seru!

Setiap mahasiswa dan mahasiswi diwajibkan untuk memiliki paspor dan menjelajahi dunia. Ketentuannya mudah, satu negara hanya boleh dikunjungi oleh satu mahasiswa. Oh, dan tentu saja tidak boleh ada yang mengunjungi negara yang masih memiliki rumpun bahasa Melayu seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Timor Lester. Satu lagi, tidak boleh ada yang berada dalam satu negara yang sama. Mereka semua, harus menentukan tujuannya pagi itu juga di kelas! Wah!

Semua berebut memilih-milih negara tujuan dengan berbagai pertimbangan. Ada banyak yang harus dipersiapkan seperti biaya, tempat tinggal, bahasa, wuah banyak! Itinerary harus disusun sendiri beserta perencanaan biayanya. Pak Kasali hanya mewajibkan mahasiswanya untuk pergi 1,5 bulan setelah kelas dibuka.

Bagi yang belum memiliki paspor, mereka hanya punya waktu 2 minggu untuk membuatnya. Bagi yang belum memesan tiket, mereka harus menyegerakan karena booking mendekati hari H maka harganya akan makin melonjak tajam. Semua harus segera dipertimbangkan hanya dalam waktu 1,5 bulan.

Tentangan dan Tantangan

Bukan mudah perjalanan yang Rhenald Kasali alami untuk membuka materi “kelas” semacam ini. Tentangan dari berbagai pihak datang bertubi-tubi. Sebut saja para orang tua mahasiswa yang melontarkan protes keras atas ide ini. Pertama, mereka harus mengeluarkan budget lebih untuk membiayai anaknya pergi ke luar negeri. Lagipula, banyak juga yang menghawatirkan anak-anaknya pergi tanpa dampingan dan pengawasan sama sekali. Mereka lupa bahwa ini sudah saatnya anak-anak mereka yang telah dewasa untuk melihat dunia.

Dengan sabar, Prof. Kasali memaparkan bahwa tidak mendampingi ke tempat tujuan bukan berarti anak-anak didiknya hilang tanpa pengawasan. Rhenald Kasali mewajibkan anak-anak didiknya untuk selalu member kabar setiap hari melalui SMS atau pun surel. Semua jejak perjalanan mereka terekam dengan pengawasan penuh dari sang professor.

Lain orang tua, lain pula para dosen. Mereka protes kelasnya kosong karena berbondong-bondong mahasiswanya “bolos” di waktu yang bersamaan. Alasan mereka jelas: membeli tiket ke luar negeri di hari libur sangat mahal sehingga membeli tiket di hari biasa (alias di hari kuliah) adalah solusi yang termudah. Lagi-lagi, Rhenald Kasali berjuang menyikapi berbagai tentangan ini dan menyikapinya sebagai bagian dari tantangan yang harus dia hadapi.

Cerita dari Para Petualang di Negeri Seberang

Awalnya, tugas ini hanya mewajibkan mahasiswa dan mahasiswi kelas Pemasaran Internasional untuk membuat semacam laporan perjalanan disertai foto atau video pendukung. Akan tetapi, gagasan ini berkembang dan akhirnya diputuskan untuk dibukukan. Ide ini diwujudkan oleh J.S. Khairen sang asisten professor sekaligus pengumpul kisah-kisah inspriratif dari mereka yang bertualang ke seluruh penjuru dunia.

Buku ini diberi judul 30 Paspor di Kelas Sang Profesor. Isinya, wah, tentu saja petualangan yang seru dan menyenangkan dari mereka yang “kesasar” dan segala hikmah yang bisa diambil atas petualangan tersebut. Tak disangka, buku pertama ini mendapat sambutan hangat hingga 6 kali mengalami cetak ulang!

Serial 30 Paspor di Kelas Sang Profesor kini memiliki penikmatnya sendiri. Di awal Maret 2017 ini, buku ketiga sudah siap dipesan dan dimiliki para pembaca. Suguhan yang sedikit berbeda dengan dua buku sebelumnya karena misi ke luar negeri kini tidak hanya sekadar jalan-jalan semata! Mahasiswa dan mahasiswi diminta untuk melakukan kegiatan relawan di negeri tujuan dengan misi: merajut perdamaian.

The Peacekeeper Journey adalah nama yang paling tepat untuk sebuah buku catatan perjalanan yang hebat. Pesan segera di mizanstore mulai hari ini sampai 20 Maret 2017. Dapatkan potongan harga sebesar 15% dan hadiah terbatasnya, gelang tanda perdamaian bertuliskan Peacekeeper.

(banner images from instagram.com/js_khairen)

Bagikan ke Sekitarmu!
Perjalanan “Kelas” Dunia