Desember ini siap-siap sambut novel terbaru yang sudah ditunggu-tunggu! Yaps! Madona in a Fur Coat yang ditulis Sahabattin Ali sebentar lagi bakalan rilis terjemahan Indonesia. Madona in a Four Coat bisa dibilang merupakan novel yang tidak terduga best seller. Kenapa? Karena di Turki sendiri dalam beberapa tahun ke belakang, penjualannya melampaui karya-karya penulis Turki terkenal lainnya, sehingga dinobatkan sebagai novel klasik modern yang wajib dibaca. Selain itu, novel yang pertama kali terbit di tahun 1943 ini, juga mendapat rating 4.35 dengan 12.164 ulasan.
Berdasarkan unggahan dari instagram penerbit @mizanpublishing mereka telah memberikan konfirmasi bahwa Madona in a Fur Coat dalam bahasa Indonesia akan segera rilis pada Desember 2025!
(masukin rating di goodreads dan pertama kali terbit 1943 versi Turki)
Sinopsis Madona in Fur Coat
Novel ini menceritakan kisah Raif Efendi, seorang pria Turki yang pendiam, lembut, dan penuh misteri. Hidupnya tampak biasa dan tanpa gairah. Namun, di balik keheningan itu, tersimpan kisah cinta yang begitu dalam dan tragis kenangan yang membentuk seluruh hidupnya.
Melalui buku harian Raif, pembaca dibawa kembali ke masa mudanya di Berlin tahun 1920-an, ketika ia pertama kali mengenal dunia seni dan modernitas Eropa. Di sebuah galeri seni, Raif terpikat pada lukisan seorang wanita berjudul “Madonna in a Fur Coat.” Tak disangka, wanita dalam lukisan itu benar-benar ada — Maria Puder, seorang pelukis independen dan tegas, jauh dari gambaran perempuan lembut yang biasa dikenal Raif.
Dari pertemuan itulah lahir hubungan yang rumit namun tulus antara dua jiwa yang kesepian. Raif menemukan makna cinta sejati dalam sosok Maria. Cinta yang lembut namun mengubah hidupnya selamanya. Bagaimana kelanjutan kisah mereka? Akankah sama-sama menemukan kebahagiaan? Atau berakhir tragis?
Sekilas Tentang Sabahattin Ali
Sabahattin Ali adalah penulis legendaris asal Turki yang lahir pada 25 Februari 1907 di Edime, Turki. Ia dikenal sebagai jurnalis, sastrawan, guru, penyair yang aktif menyuarakan ketidakadilan sosial politik di zamannya. Beberapa karya lainnya, yaitu Kuyucaklı Yusuf (1937) dan İçimizdeki Şeytan (Setan dalam Diri Kita, 1940), Dağlar ve Rüzgâr (1934), dan Değirmen 1935. Meskipun hidupnya tragis, Sabahattin Ali meninggalkan warisan sastra yang sangat kuat. Popularitas Madonna in a Fur Coat membuktikan bahwa karyanya tetap relevan dan dicintai hingga hari ini.
Jadi, sudah siap menyambut Madonna in a Fur Coat?
Artikel diolah dari berbagai sumber dengan penyesuaian
Awita Ekasari/Content Writer Mizanstore