Ketika kita membaca berita tentang Palestina, yang sering muncul hanyalah angka korban jiwa atau serangan militer. Padahal di balik itu semua ada wajah-wajah nyata: anak-anak yang kehilangan keluarga, para ibu yang tetap merawat harapan, hingga generasi muda yang berjuang mempertahankan hidup.
Buku “Wajah di Palestina” hadir untuk menyingkap sisi kemanusiaan di balik tragedi yang sesungguhnya bukan sekadar konflik, tetapi genosida yang sudah berlangsung lama.
Ditulis oleh Goenawan Mohamad
Buku ini ditulis oleh Goenawan Mohamad, eseis, penyair dan novelis, menulis tentang Palestina sejak lebih dari 30 tahun yang lalu. Umumnya di Majalah TEMPO. Tugas jurnalistiknya memungkinkan ia mendatangi Kairo, Kuwait, Damaskus, Beiruth, Bagdad, Tel Aviv, Yerusalem, Nazareth, Ramallah, dan lain-lain. Lewat kepedulian dan keberaniannya, ia menuliskan Palestina bukan hanya sebagai isu politik global, melainkan sebagai kisah kemanusiaan yang menyentuh nurani siapa pun yang membacanya.
Goenawan Mohamad membuat buku “Wajah di Palestina” punya bobot moral dan intelektual yang kuat. Kita tidak hanya diajak membaca, tapi juga merenung: bagaimana tragedi kemanusiaan bisa terus dibiarkan terjadi di depan mata dunia?
Palestina dari Sudut Pandang yang Lebih Dekat
-
Lebih dari sekadar headline: buku ini menyingkap kehidupan sehari-hari rakyat Palestina yang terjebak dalam genosida.
-
Bahasa yang membumi: ditulis dengan gaya naratif yang sederhana, mudah dipahami, bahkan oleh pembaca pemula.
-
Fokus pada wajah manusia: bukan sekadar data, tapi kisah nyata tentang keberanian, kehilangan, dan cinta yang tetap bertahan di tengah kehancuran.
Relevansi untuk Pembaca Indonesia
Membaca “Wajah di Palestina” bukan hanya soal solidaritas internasional. Buku ini juga mengajak kita, pembaca Indonesia, untuk merefleksikan nilai kemanusiaan:
-
Apa arti kebebasan jika setiap hari hidup dibayangi ketakutan?
-
Apa arti rumah ketika tanah yang ditinggali terus dirampas?
-
Apa arti harapan jika generasi baru tumbuh di tengah reruntuhan?
Pertanyaan-pertanyaan ini membuat buku ini relevan bagi siapa saja, terutama generasi muda milenial dan Gen Z, yang semakin peduli terhadap isu keadilan global.
Menyalakan Empati, Menolak Lupa
“Wajah di Palestina” mengingatkan bahwa tragedi yang terjadi di sana bukan sekadar berita jauh di negeri orang. Ini adalah potret nyata genosida abad modern yang menuntut solidaritas kemanusiaan.
Dengan membaca buku ini, kita diajak tidak hanya mengetahui, tetapi juga merasakan—agar wajah-wajah di Palestina tidak pernah hilang dari ingatan dunia.
[MY – Mizanstore.com]