Kenapa, ya, sulit sekali mengingat bahwa yang lebih tepat itu “aktivitas” bukan “aktifitas”?

Bukan hanya itu, ada sekurangnya 8 kesalahan berbahasa yang masih sering terjadi di masyarakat. Mungkin kita bisa mencoba cara yang dijabarkan Uu Suhardi, salah satu tokoh yang sudah cukup lama bersahabat dengan bahasa Indonesia, seperti halnya tokoh kebahasaan yang sedang populer saat ini, Ivan Lanin. Betul, deh. Pak Ivan saja suka gayanya Kang Uu!

“Alangkah riang hari saya tatkala Kang Uu membisikkan bahwa status Facebook beliau akan dibukukan. Pengetahuan yang tadinya hanya dapat dinikmati oleh rekan dan pengikut beliau di media sosial kini disusun dengan lebih sitematis dan dapat lebih luas tersebar. Saya percaya buku ini akan bermanfaat bagi siapa pun yang berbahasa Indonesia.”

-Ivan Lanin, Wikipediawan dan peneroka bahasa Indonesia daring

Jadi, sudah siap baca 8 bocorannya? Silakan dibaca dan mulai dipraktikkan, ya.

1.  “Apa pun” bukan “apapun”

Hati-hati dalam penggunaan “pun” karena ada kalanya “pun” ditulis menempel dengan kata yang mengikutinya, ada pula saatnya “pun” ditulis terpisah. Ingat saja bahwa “pun” ditulis terpisah apabila kata “pun” memiliki arti “juga”. Khusus untuk kata “pun” dalam “apa pun” itu wajib ditulis terpisah. Kamu ingat saja pernyataan Kang Uu soal ini.

“Apa pun konteksnya, ‘apa’ dan ‘pun’ ditulis terpisah. Misalnya ‘Pekerjaan apa pun akan kulakukan demi menafkahi keluarga.'”

-(Suhardi, 2017)

2. Masuk ke dalam, keluar ke mana?

Pertanyaan ini paling sering ditanyakan bahkan digunakan sebagai bahan jokes di berbagai acara komedi televisi. Biasanya secara lengkap pertanyaannya adalah seperti ini.

Naik ke atas, turun ke bawah. Masuk ke dalam, keluar ke mana?

Sebenarnya kelakar semacam ini sangat mudah menjawabnya. Pembaca mungkin menjadi bingung karena memang kata “keluar” dan “ke luar” tertera di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kamu harus pandai-pandai membedakannya cara penggunaannya karena keduanya memiliki arti yang berbeda.

“Jika masuk itu ke dalam, ke manakah keluar? Keluar, ya, ke luar.”-(Suhardi, 2017)

3. “Di mana” atau “dimana” yang betul?

Tak jauh berbeda dengan sebelumnya, penulisan “dimana” dan “di mana” hampir selalu keliru. Padahal sebenarnya mudah saja, bahwa yang tepat adalah “di mana” karena “di” berfungsi sebagai kata depan, bukan imbuhan. Jadi, selalu ingat kata-kata Kang UU berikut ini, ya.

“Dalam konteks apa pun, ‘di’ dan ‘mana’ ditulis terpisah: ‘di mana’. Juga ‘di antara’ dan ‘di antaranya’.”-(Suhardi, 2017)

4. “Aktivitas”, “popularitas”, dan “produktivitas”

Harusnya kan, “aktifitas” karena dari kata “aktif” yang diberi akhiran “-itas”, kan?

Coba, berapa banyak dari kamu yang menyangkal begitu setiap kali diingatkan yang tepat adalah “aktivitas” bukan “aktifitas”? Pernyataan di atas salah kaprah karena kata “aktivitas” bukan berasal dari kata “aktif” yang diberi imbuhan “-itas” melainkan diserap langsung dari bahasa Belanda “activiteit” atau bahasa Inggris “activity”. Mudah-mudahan dengan mengetahui hal ini, kamu tak salah lagi dalam menuliskannya, ya.

“‘Aktivitas’, ‘popularitas’, dan ‘produktivitas’ bukan kata berimbuhan, melainkan serapan langsung dari bahasa Belanda: activiteit, populariteit, dan produktiviteit (Inggris: activity, popularity, dan productivity).”-(Suhardi, 2017)

5. Ternyata yang tepat itu “kantong” bukan “kantung”, lho!

Kalau “kaus” itu benar merupakan kata baku, bukan berarti “kantung” juga demikian. Pada kenyataannya, di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “kantong” adalah kata yang baku, dan “kantung” bukan kata baku. Kata apa lagi yang sering salah kaprah dikatakan sebagai kata baku? Beberapa yang disebutkan Kang Uu ini sebaiknya kita ingat juga versi bakunya, ya.

“Kantung, kharisma, kyai, komersil, dan komoditi bukan kata kaku. Ini bakunya: kantong, karisma, kiai, komersial, dan komoditas.”-(Suhardi, 2017)

6. “Bergeming” atau “tidak bergeming” untuk menyatakan “tidak bergerak”?

Kadang kita lewah (berlebihan) dalam berbahasa sehingga justru menimbulkan salah arti. Apakah kamu tahu bahwa kata “acuh” itu justru berarti ‘peduli’? Begitu seringnya kata “acuh” menempel dengan frasa “acuh tak acuh”, kita seringkali menganggap “acuh” berarti ‘tidak peduli’, kan? Tak jauh berbeda dengan itu, kita juga sering menggunakan “tidak bergeming” untuk mengartikan ‘tidak bergerak’ padahal itu salah.

Bergeming sama artinya dengan ‘tak bergerak’ atau ‘diam saja’. Contoh: ‘Meski terus menerus diprovokasi, dia bergeming.””-(Suhardi, 2017)

7. Susu yang sudah “kadaluarsa” itu salah! “Kedaluwarsa” yang benar, ya.

Kesalahan ini kerap kali terjadi karena tulisan-tulisan pada produk makanan terlanjur mencantumkan “Tanggal Kadaluarsa” alih-alih “Tanggal Kedaluwarsa”. Jika kamu melakukan pengecekan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamu akan tahu bahwa “kadaluarsa” itu tidak baku. Yuk, biasakan gunakan “kedaluwarsa”!

“Kata bakunya bukan: ‘kadaluarsa’, ‘kraton’, ‘kuatir’, dan ‘khasanah’, melainkan ‘kedaluwarsa’, ‘keraton’, ‘khawatir’, dan ‘khazanah’.”-(Suhardi, 2017)

8. Hati-hati! “meneladani” dan “meneladan” berbeda arti

Wah, kalau kesalahkaprahan yang ini bisa berbahaya, nih! Kata “meneladan” dan “meneladani” ternyata punya arti yang jauh berbeda, lho. Hati-hati dengan kalimat “kita harus meneladani Nabi”. Lho, kenapa? Coba saja baca jawaban dari Kang UU ini supaya kamu tahu kenapa kalimat itu jadi rancu.

‘Meneladani’ itu ‘memberi teladan/contoh (kepada)’. Jadi sungguh aneh jika ada yang bilang , ‘Kita harus meneladani Nabi.’ Semestinya ‘Kita harus meneladan Nabi.’

‘Meneladan’ sama artinya dengan ‘mencontoh’ atau ‘meniru’.

Sebagai ayah, saya kerap meneladani si bungsu. Tapi, dalam beberapa hal, saya meneladan dia.”-(Suhardi, 2017)

Banyak sekali ternyata jika dicatatkan kesalahkaprahan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, ya. Ini baru 8 saja, lho. Kang Uu malah mengungkap setidaknya ada 100+ salah kaprah yang sering kita lakukan! Waduh! Semua terangkum lengkap dalam buku Celetuk Bahasa yang tersedia di Mizanstore.com. Dijamin, cara-cara yang Kang Uu ajarkan benar-benar tidak menggurui dan akan membuat kita lebih mudah mengingat jawaban yang lebih tepat!

#KamisBahasa

[Hanung W L/Copywriter Mizanstore]

Bagikan ke Sekitarmu!
8 Kesalahan Berbahasa yang Sering Dilakukan dan Cara Mudah Mengingat Perbaikannya via UU Suhardi