Terjual habis sebanyak 1.100 eksemplar dalam waktu 11 menit saat pertama kali buku ini diterbitkan agaknya cukup menjadi alasan kamu untuk mulai membacanya. Terlebih, sebentar lagi filmnya akan mewarnai layar lebar. Apa nggak penasaran untuk mengintip kisi-kisi cerita yang diangkat dari novel best seller ini?

Novel yang serba “11” ini sebenarnya mau bercerita soal apa, ya?

Critical Eleven. Sesungguhnya, kalau boleh jujur, dari buku inilah saya baru mengenal istilah itu. Maklum, saya bukan orang yang gemar bepergian dengan pesawat sehingga istilah-istilah yang berkenaan dengan itu terdengar asing untuk saya.

“Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat—tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing—karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu. It’s when the aircraft is most vulnerable to any danger.

In a way, it’s kinda the same with meeting people. Tiga menit pertama kritis sifatnya karena saat itulah kesan pertama terbentuk, lalu ada delapan menit sebelum berpisah—delapan menit ketika senyum, tindak tanduk, dan ekspresi wajah orang tersebut jelas bercerita apakah itu akan jadi awal sesuatu ataukah justru menjadi perpisahan.”

Maka inilah cerita tentang kedua orang yang saling terpikat dan terpana hanya dalam waktu 11 menit, di dalam pesawat, pertemuan dalam waktu singkat dengan cerita yang akan membolak-balikkan perasaanmu—sedih, senang, sedih lagi, sedih lagi, senang lagi—sampai ceritanya tamat.

ce

buku Critical Eleven (image from tumblr.com)

Ale dan Anya.

Ale seorang “tukang minyak” yang hidup di rig—yang pola hidupnya 5 minggu bekerja dan 5 minggu libur—dan Anya seorang konsultan managemen—yang memiliki frequent flyer premium saking seringnya terbang ke mana-mana. Mereka berdua dipertemukan di pesawat dan begitu saja, seakan wajar dengan persoalan cinta pada pandangan pertama, mereka memutuskan untuk menikah di tahun selanjutnya.

Latar cerita yang dibawakan dalam novel Critical Eleven ini terasa sangat dekat dengan kehidupan masyarakat urban di masa sekarang. Masyarakat dengan kelas sosialita yang tinggi, Jakarta, New York, Meksiko, Singapura, orang yang bepergian dengan pesawat seperti menggunakan ojek online: begitu sering! Cerminan kehidupan metropolitan masyarakat menengah ke atas, bukan?

Apakah kehidupan yang sudah sedemikian apik ditata tidak memiliki masalah? Setelah semua kesempurnaan yang Ale dan Anya punya dapat membuat semua baik-baik saja?

Sepertinya Ika Natassa memiliki salah satu pesan tersembunyi, bahwa memang tidak ada yang sempurna dalam hidup, pun dalam kisah Ale dan Anya. Dan satu hal lagi yang utama, bahwa kata-kata yang seringkali diabaikan fungsinya oleh kebanyakan kita, nyatanya bisa berakibat fatal ketika salah diucapkan.

Setelah membaca sampai pada bagian ini, seakan-akan semua ceritanya sederhana saja, ya? Memang begitu, bukan? Bukankah segala permasalahan hidup sebenarnya sangat sederhana? Kita yang membuat semuanya menjadi rumit.

Yang paling baik dari Ika Natassa, ia membuat segala hal dalam novel ini terasa sederhana dan wajar terjadi. Entah bagaimana, tokoh-tokoh dalam novel terasa sangat hidup seperti mereka sedang berada di depan kita, menjalankan peran-perannya seperti ketika mendengar curhatan hati dari sahabat tentang kehidupan sehari-hari.

Bagi para pencinta tulisan roman, Ika Natassa jelas harus masuk daftar pengarang yang wajib dibaca. Selain buku ini, masih ada 7 buku  lagi yang wajib masuk ke daftar buku yang harus dibaca di akhir pekan.

Kalau kamu perempuan, berusia duapuluhan atau usia-usia siap nikah, saya hampir yakin kesan yang akan kamu dapatkan ketika selesai membaca buku Critical Eleven adalah betapa beruntungnya Anya memiliki Ale. Iya, betapa Ale terlalu sempurna untuk hadir di dunia nyata. Bagaimana mungkin tokoh Ale itu ada?

Spoiler-Film-Critical-Eleven-1

spoiler pemain Film Critical Eleven (image from indowarta.com)

Pada 10 Mei 2017 nanti, tokoh Ale akan hadir di layar lebar. Berarti, tokoh Ale akan benar-benar disajikan dalam bentuk visual. Jadi, tokoh Ale benar nyata, ya?

Bagikan ke Sekitarmu!
Critical Eleven: 11 Menit yang Mengubah Segalanya

Satu gagasan untuk “Critical Eleven: 11 Menit yang Mengubah Segalanya

Komentar ditutup.