Setelah membaca Dilan, setelah menonton Dilan, bisa ditebak ada banyak pertanyaan yang mengganjal dan tentu sangat ingin kamu utarakan. Pertanyaan yang paling sering ditanyakan adalah “kalau kisah Dilan itu adalah nyata, maka siapa Dilan sebenarnya?” Betul, tidak? Jangan khawatir. Semua pertanyaan ini akan segera dijawab oleh Pidi Baiq di sini.

Dalam acara The Expert di Kumparan beberapa waktu yang lalu, teman-teman diberi ruang terbuka untuk menanyakan langsung segala hal yang sekiranya perlu untuk segera diketahui jawabannya dengan segera. Diundanglah Pidi Baiq sebagai bintang tamu dan hadirin yang penuh rasa penasaran dan sangat ingin tahu. Maka, mari. Berikut ini adalah 10 pertanyaan yang paling sering ditanyakan berikut jawabannya dari Pidi Baiq.

Tentang Penulis dan Karier Kepenulisan Pidi Baiq

1. Kapan mulai menulis?

Pertanyaan ini dijawab Pidi Baiq dengan jawaban yang jenaka. “Saya menulis sejak TK. Sejak itu saya mulai belajar membaca dan menulis. Setelah itu, saya menulis di tembok-tembok. Kemudian, ketika masih mahasiswa saya bekerja sebagai ilustrator di penerbit Mizan. Nah, seorang ilustrator itu harus membaca naskahnya terlebih dahulu, kemudian baru membuat ilustrasinya. Saya jadi punya keputusan untuk menilai suatu karya. Suatu hari saya bilang ‘kenapa tulisan-tulisannya begini-begini terus? Gimana kalau saya yang nulis?’ Maka setelah itu, lahirlah serial Drunken.”

2. Adakah tips untuk menulis sekreatif Pidi Baiq?

Berbeda dengan pertanyaan sebelumnya, Pidi Baiq menjawab pertanyaan ini dengan cukup serius. Baginya menulis adalah bagian dari proses kreatif. Ketika ada pertanyaan bagaimana caranya supaya menjadi kreatif, maka orang itu masih terjebak dalam dunia eksakta. Dalam dunia eksakta, jika kamu sama dengan yang umum, maka kamu benar. Dalam dunia kreatif, ketika kamu sama dengan umum, maka kamu nyontek. Kamu memang harus ditentang masyarakat. Oleh karena itu, inilah yang menjadi persoalan. Ingin menjadi kreatif, tetapi pemikirannya masih eksakta.

3. Bagaimana jika karya kita tertolak di masyarakat?

Jawaban atas pertanyaan ini dijawab dengan jawaban yang menarik dari Pidi Baiq. Baginya, apabila karya kita tidak diterima di masyarakat, maka yang perlu dilakukan adalah tetap tenang. Pada masanya, orang-orang yang membawa pembaharuan adalah orang-orang yang tertolak. Lihatlah Thomas Alfa Edison atau bahkan Nabi Muhammad yang juga sebelumnya tertolak. Yang paling penting adalah dari diri sendiri. Jika kamu merasa kamu berkarya untuk tujuan yang benar, maka lambat-laun orang akan mau menerima karyamu.

4. Apakah manfaat menulis bagi Pidi Baiq? 

Meskipun dibuka dengan jawaban lucu seperti “dengan menulis saya jadi punya buku”, tetapi Pidi Baiq melanjutkannya dengan jawaban yang mungkin dapat kamu jadikan pedoman untuk memulai tulisan pertamamu. Berikut ini adalah pernyataan yang sekaligus dapat kamu jadikan sebagai quote penyemangat.

“Waktu akan membuat kita lupa, tetapi apa yang kita tulis akan membuat kita ingat. Maka, menulislah agar kamu selalu ingat.”

5. Adakah penulis/karya yang menginspirasi Pidi Baiq?

Menurut Pidi Baiq, buku yang menjadi inspirasinya adalah buku-buku yang buruk. Buku-buku tersebut memotivasinya untuk membuat yang lebih baik dari itu. Bagi Pidi Baiq, yang lebih utama bukanlah menyaingi orang-orang yang telah membuat karya yang gemilang. “Untuk apa mengejar mereka yang sudah keren? Mereka sudah bagus, maka biarlah. Yang paling penting menurut saya, saya harus bisa lebih baik dari diri saya yang kemarin.”

#TheExpert: Penulis 'Dilan 1990', Pidi Baiq

LIVE NOW! Di #TheExpert kali ini, Ayah Pidi Baiq bercerita soal karya-karyanya hingga proses pembuatan novel #Dilan1990. Yuk, berikan pertanyaanmu juga di kolom komentar! ?

Geplaatst door kumparan op woensdag 7 maart 2018

video lengkap Pidi Baiq dalam acara The Expert di Kumparan

Tentang Pidi Baiq dan Buku Dilan

1. Apakah benar kisah Dilan dan Milea adalah kisah nyata?

Seperti yang kita ketahui bersama, Pidi Baiq menyatakan bahwa buku ini ditulis berdasarkan kisah nyata. Tokoh Dilan dan Milea betul-betul ada. Mungkin bagi yang telah mengikuti Pidi Baiq melalui Twitter, kamu sering melihat akun Milea yang sering berbincang dengan Pidi Baiq. Menjawab pertanyaan ini, Pidi Baiq pun mengemukakan pendapatnya.

“Betul kisah Dilan dan Milea itu nyata. Saya tidak tertarik dengan cerita yang dikarang-karang (re: cerita bohong). Dilan dan Milea cerita secara garis besar dan kemudian saya kembangkan menjadi buku Dilan: Dia Dilanku Tahun 1990, Dilan 2: Dia Dilanku Tahun 1991, dan Milea: Suara dari Dilan.”

2. Siapa sebenarnya Dilan?

Mungkin karena semua orang sudah mengetahui bahwa tokoh Milea adalah tokoh yang nyata dan sudah sering melihat fotonya (meskipun belum pernah tampil di depan publik secara langsung), kini yang membuat mereka penasaran adalah siapa sebenarnya sosok Dilan di dunia nyata. Pertanyaan ini mungkin tak hanya sekali atau dua kali ditujukan kepada Pidi Baiq sebagai penulis dan sebagai orang yang paling tahu mengenai tokoh Dilan dan Milea.

“Saya sudah punya kontrak dengan Dilan dan Milea bahwa sampai kapan pun saya tidak akan mengungkap identitas asli mereka. Mereka tidak mau diungkap, maka saya harus menghormati keinginan mereka. Yang pasti, Dilan adalah hamba Allah seperti kita semua. Lagipula, mengapa menjadi penting untuk mengetahui siapa Dilan dan siapa Milea? Menurut saya, tidak perlulah kita mengungkap siapa mereka sebab yang paling penting kita sudah mengetahui cerita tentang mereka dan mengambil hikmah dari cerita itu apabila memang ada.”

3. Kenapa memutuskan untuk membuat kisah Dilan dan Milea menjadi novel? Apa yang istimewa dari mereka berdua?

Sebenarnya jawabannya sudah tersirat pada pertanyaan sebelumnya. Pidi Baiq ingin membuat buku yang berbeda dengan buku-buku yang sudah ada. Selanjutnya, Pidi Baiq mulai memutuskan untuk menulis cerita Dilan ketika dia berkesempatan pergi ke Rusia dan merasa rindu ke Indonesia. Oleh karena itu, mulailah ia menulis cerita ini. Ketika mulai menulis, Pidi Baiq merasa senang atas tulisan tersebut, melanjutkannya, dan mengunggahnya ke dalam blog. Ternyata tulisan tersebut juga sangat digemari pembaca sehingga akhirnya diwujudkan menjadi buku dan kini menjadi sebuah film. 

4. Kenapa Dilan dan Milea berpisah, apa nggak bisa dibicarakan baik-baik?

Sebenarnya jawabannya masih terkait dengan pertanyaan sebelumnya. Kisah Dilan dan Milea adalah kisah nyata dan pada masa itu memang begitulah akhir cerita mereka. Pidi Baiq tidak ingin mengubah kisah yang aslinya. Lagipula, mungkin ini juga terkait dengan keadaan di masa lalu yang mungkin sedikit berbeda dengan masa kini. Misalnya, sekarang ketika ingin menghubungi pacar bisa menggunakan chat atau menelepon langsung ke nomor si dia. Di masa lalu hanya ada telepon rumah dan coba bayangkan apabila rindu datang di atas jam 10 malam! Jika menelepon  di waktu yang sudah larut, tentu takut ayahnya yang mengangkat telepon atau justru mengganggu tidurnya.

5. Bagaimana akhirnya Pidi Baiq memutuskan buku Dilan untuk menjadi film?

Menurut pengakuan Pidi Baiq, ia sebenarnya tidak tertarik untuk membuat cerita Dilan menjadi film. Akan tetapi, ketika banyak yang menawarkan untuk bekerja sama  membuat cerita Dilan menjadi film, Pidi Baiq memiliki pemikiran baru. “Jika aku membuat novel Dilan sebagai alternatif atas buku-buku teenlit sebelumnya, maka aku akan membuat film Dilan berbeda dengan film-film sebelumnya.” Dalam hal ini, maksud Pidi Baiq adalah untuk mengubah cara pandang bahwa karya yang difilmkan dari buku biasanya mengecewakan, maka Pidi Baiq harus bisa membuatnya menjadi film yang bagus. Selain itu, Pidi Baiq juga ingin untuk ikut terlibat dalam pembuatan film sebagai sutradara karena dia merasa bertanggung jawab kepada pembaca buku Dilan.

Wow, banyak sekali pertanyaan yang diajukan, ya. Apakah semua pertanyaanmu sudah terjawab di dalamnya?

[Hanung W L/Copywriter Mizanstore]

Bagikan ke Sekitarmu!
TERJAWAB! 10 PERTANYAAN UNTUK PIDI BAIQ DAN DILAN!