Budi Darma Mampu Menulis Cerpen dengan “Sekali Duduk”!

Berapa lama kira-kira waktu yang dibutuhkan para penulis hebat untuk menghasilkan sebuah karya? Boleh jadi, sebuah karya perlu waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan. Akan tetapi, penulis hebat seperti Budi Darma mampu menulis cerpen hanya dengan “sekali duduk”! Wah!

Istilah “sekali duduk” yang digunakan Budi Darma memiliki arti bahwa ketika menulis, Budi Darma dapat langsung menyelesaikan tulisannya saat itu juga. Untuk semua karya cerpennya, baik cerpen yang pendek sekali atau juga semua cerpen lain yang panjang, semua, mampu diselesaikan dalam “sekali duduk”!

Pak Budi Darma, Pribadi yang Ramah dan Baik Hati (gambar dari thejakartapost.com)

Berapa lama sebetulnya “sekali duduk” itu?

Meskipun istilahnya “sekali duduk”, jangan kira itu artinya hanya dalam waktu satu menit atau dua menit saja, ya. Berdasarkan pemaparannya, proses “sekali duduk” bisa saja berbeda-beda tergantung suasana ketika Pak Budi Darma menulis. Biasanya dibutuhkan waktu sekitar 6 jam untuk menyelesaikan sebuah cerpen yang cukup panjang dalam hitungan “sekali duduk”-nya itu.

Pernahkah ketika dalam proses menulis “sekali duduk” itu, menemukan kebuntuan?

Kadang, beberapa hal memang dapat membuat proses menulis “sekali duduk” ini terhenti sebentar. Akan tetapi, Pak Budi Darma selalu menemukan cara untuk pada akhirnya, beliau tetap dapat menyelesaikan tulisan hingga akhir cerita. Biasanya, ia merenungkan dengan membaca kembali tulisannya sehingga pada akhirnya tulisan tersebut tetap mampu diselesaikan saat itu juga.

Mengapa harus selesai dalam “sekali duduk”?

Alasan Pak Budi Darma sebetulnya sangat masuk akal: takut lupa konsep awalnya. Beliau memang tipikal penulis yang begitu mendapatkan inspirasi untuk menulis, ia harus segera menulis saat itu dan penyelesaiannya pun harus saat itu juga. Sebetulnya bisa saja, menunda tulisan karena alasan lain. Akan tetapi, beliau tidak yakin apakah ketika “kembali” pada tulisan tersebut, semua akan tertuang seperti layaknya yang  direncanakan sebelumnya?

Pak Budi Darma bercerita, bahwa dahulu sebelum ada teknologi seperti laptop, ponsel, atau tablet yang memudahkan untuk menulis di mana saja, ia selalu kesulitan membawa “alat tulis”-nya. Tak semudah sekarang, dahulu membawa mesin tik portabel saja beratnya luar biasa. Oleh karena itu, biasanya Pak Budi Darma menulis di kertas atau buku catatannya terlebih dahulu dan menyalinnya kemudian ketika sudah tiba di rumah. Akan tetapi, hasil tulisannya di mesin tik dengan tulisan di buku catatannya bisa menjadi berbeda.

Tulisan tangan yang sudah selesai saja, ketika disalin menggunakan mesin tik bisa menghasilkan tulisan yang berbeda. Apalagi jika menunda menyelesaikan tulisan lebih lama dari “sekali duduk”?

Baca juga:

Belum lagi, untuk membuat sebuah tulisan, Pak Budi Darma biasanya harus mengumpulkan energi dan mood yang cukup. Beliau mengibaratkannya seperti sebuah mesin yang harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum mulai digunakan untuk bekerja. Seperti itulah kira-kira prosesnya ketika hendak memulai tulisan. Ketika sempat terhenti sekali saja, energi harus dikumpulkan lagi, mood harus dicari kembali, mesin harus dipanaskan sekali lagi. Tentu tak akan semudah bisa dalam sekali pekerjaan langsung diselesaikan, bukan?

Oleh karena itu, bagi Pak Budi Darma, bergegas adalah kunci untuk menyelesaikan tulisannya agar tetap sesuai dengan konsep yang sejak awal diinginkannya. Lagipula, bukan tidak mungkin ketika sekali saja menunda, tulisan yang kamu menjadi terbengkalai dan tidak pernah selesai.

Jadi, mau coba konsep “sekali duduk” ala Pak Budi Darma untuk memulai tulisanmu?

(artikel ini ditulis berdasarkan hasil wawancara langsung tim Mizanstore dan tim Noura Publishing dengan Budi Darma)

#tipsmenulisBudiDarma

[Hanung W L/Copywriter Mizanstore]

Bagikan ke Sekitarmu!
Budi Darma Mampu Menulis Cerpen dengan “Sekali Duduk”!