Ada berbagai cara, tentu saja, untuk menulis sebuah cerita. Beberapa orang sengaja membuat label “berdasarkan kisah nyata” untuk membuat sebuah tulisan. Akan tetapi, Budi Darma memilih untuk memberi jarak estetis ketika membuat sebuah karya sastra. Apa itu jarak estetis dan mengapa Budi Darma memilih untuk menggunakan cara ini dalam menulis?

Jarak Estetis: Jarak yang Membentang antara Fakta dan Fiksi

Jarak estetis dijabarkan oleh Budi Darma sebagai jarak yang memisahkan tokoh aku dalam tulisan dengan aku sebagai pribadi sesungguhnya di dunia nyata. Jarak ini diperlukan ketika membuat sebuah karya fiksi untuk memberi batas antara sebuah karya fiksi dengan karya non-fiksi.

Misalnya, begini. Kata orang, hal paling mudah untuk mengawali seseorang membuat tulisan adalah dengan menceritakan kisah pribadi berdasarkan kisah nyata dari sang penulis. Oleh karena itu, biasanya para penulis pemula memulai karya tulis pertamanya dalam sebuah diari. Sebuah tulisan yang bisa dibuat secara konsisten tentang diri dan kehidupan sehari-hari.

Akan tetapi, ketika hendak dipublikasikan dan dibaca oleh khalayak, apakah semua hal dalam diari harus dipaparkan secara utuh menjadi sebuah buku fiksi?

Baca juga:

Jarang sekali, bahkan mungkin hampir tak ada penulis yang betul-betul memaparkan kisah pribadinya untuk dijadikan sebuah buku fiksi. Meskipun menggunakan sudut pandang aku, pasti ada saja bagian tertentu yang dikembangkan sendiri sebagai sebuah buku. Bisa jadi nama tokoh, atau latar cerita, atau alur cerita yang dibolak-balik yang secara sengaja atau tak sengaja “disesuaikan” dengan cerita.

jarak estetis

Memberi jarak estetis untuk menciptakan keindahan dalam berkarya

Memang tipis batas antara fiksi dan fakta. Katanya, fiksi yang baik adalah fiksi yang sangat dekat dengan fakta. Sebaliknya, fakta atau non-fiksi yang baik adalah yang ditulis dengan gaya yang menghibur seperti karya fiksi.

Selama ini, dalam berkarya tentu saja ada kebebasan bagi penulis untuk berkreasi. Silakan, bila lebih suka menulis kisah secara utuh persis dengan kisah nyata. Mencoba menulis cerita yang sama sekali baru seperti cerita fantasi pun tak jadi soal. Semua orang tentu punya gaya tersendiri untuk membuat sebuah karya punya ciri. Beda penyebutan boleh saja, asal jangan hal itu membuatmu berhenti berkarya. 

Dan di antara bentangan batas tipis fiksi dan fakta inilah, jarak estetis ini tercipta.

#tipsmenulisBudiDarma

[Hanung W L/Copywriter Mizanstore]

Bagikan ke Sekitarmu!
Jarak Estetis, Cara Ampuh yang Digunakan Budi Darma dalam Menulis!