WhatsApp Image 2017-08-03 at 16.59.49

Meskipun serialnya sudah selesai sejak lama, tentu saja para penggemar Supernova: Intelegensi Embun Pagi tidak akan pernah bisa melupakan kisahnya. Kali ini, Dee Lestari mencoba menggali kembali ingatan kita mengenai episode-episode yang lalu dalam buku terakhirnya, Supernova: Intelegensi Embun Pagi (IEP). Apa masih ada kelanjutan dari kisah tersebut?

Bukan. Ini bukanlah lanjutan, melainkan justru “adegan yang dihilangkan” dari buku tersebut. Alasan penghilangannya? Banyak hal, tentu saja. Dalam blog pribadinya, Dee Lestari mengungkapkan bahwa dalam tiap proses menulis, tentu ada adegan yang sengaja tidak dimasukan ke dalam buku, demi kebaikan cerita itu sendiri.

Katanya, kadang dengan munculnya adegan tersebut, bisa jadi cerita menjadi tidak menarik lagi, bisa jadi pula akan terjadi tubrukan antar tokoh dan bahkan mungkin bisa terjadi kekacauan alur cerita.

Akan tetapi, bagi Dee Lestari, semua yang telah ditulis tidak pernah benar-benar hilang. Meskipun ditiadakan dalam buku, adegan-adegan tersebut tetap tersimpan apik dalam arsipnya, yang barangkali, sewaktu-waktu dapat dipanggil kembali. Seperti kenangan.

Ibu Suri memasukkan semuanya ke dalam satu folder yang ia namai  “Omitted Scenes/Cuts”. Banyak sekali bagian-bagian yang sanat disukai Dee termaktub di dalamnya. Salah satunya, yang kemudian ia bagi kepada para pembaca adalah adegan salah satu tokoh dalam Intelegensi Embun Pagi, Nicky Evans. Berikut cuplikannya.

***

 
(Adegan ini diawali dengan percakapan antara Bodhi dan Alfa, di rumah suaka)


“Aku sudah nggak bisa ngomong lagi.” Alfa memalingkan muka dari ponselnya yang berkedip-kedip menampilkan tulisan MAMAK. 

“Ya, sudah. Kita diamkan saja. Nggak usah diangkat.”

“Dia nggak bakal berhenti telepon.”

“Jadi, aku harus ngomong apa?”

“Apa saja. Aku rapat. Lagi main bola. Lagi berak. Terserah.”

Bodhi menerima panggilan itu dengan nada ragu, “Halo, eh, saya temannya. Alfa lagi… tidur.” Bodhi menjauhkan ponsel itu sedikit dari kupingnya. “Ya? Oh. Oke. Oke. Nanti saya sampaikan. Terima kasih kembali.” Bodhi menyerahkan ponsel itu kembali kepada Alfa. “Ibumu titip pesan, tolong telepon dia begitu kamu bangun. Dia cuma mau tanya, kenapa pacarmu ada dua.”

Alfa menganga. “Dua? Apa-apaan, sih….” Sambil menggerutu, Alfa menelepon balik ibunya. “Mak? Sudah bangun aku.”

“Mana pernah kau tidur jam segini? Kau pikir Mamak-mu bodoh?” balas ibunya.

“Ada apa, Mak?” 

“He, jangan mentang-mentang sukses jadi brengsek sifatmu. Kau punya pekerjaan baru, tak beri tahu kami. Kau pulang ke Jakarta, tak beri tahu kami. Kau sudah punya pacar cantik, masih juga tak puas kau. Kau pacari pula perempuan lain. Pantas kau tak mau langsung kukawinkan.”

“Pacar yang mana lagi, Mak?”

“Siapa itu si Nicky?”

Hanya ada satu Nicky dalam hidupnya. “Evans? Nicky Evans?”

“Tak tahu aku boru apa dia.”

“Itu nggak mungkin, Mak. Bisa ketemu di mana sama dia?”

“Barusan datang ke rumah! Ngobrollah dia sama si Eten. Jadi tahulah dia kalau kau ke kampung. Langsung mau nyusul kau, katanya.”

Alfa harus meyakinkan dirinya sekali lagi bahwa musibah besar ini tidak betulan terjadi. “Kayak apa mukanya, Mak? Rambut pendek? Mata biru? Pirang?”

“Ingat kau boneka plastiknya si Joice anak Amangboru-mu? Mirip itulah. Tapi, suaranya besar. Macam orang mar-sigaret.”

“Eten kasih tahu alamat kita?”

“Mana perlu di kampung kita pakai alamat? Semua tahu siapa kau! Si Eten sudah kasih alamat si Martin. Biar si Martin yang antar dia nanti.”

Lutut Alfa langsung lemas.

“Eh, Chon. Bikin dululah begini. Kulihat tadi si Eten suka sama dia. Daripada kau punya pacar dua, kasihlah satu buat abangmu. Kau sama si Miranda. Si Eten sama si Nicky. Bicaralah nanti kau sama si Nicky. Siapa tahu mau dia sama abangmu, kan? Ada miripnya sikit kau sama si Eten, kan?”

Alfa memejamkan mata. Langit seperti runtuh menimpa kepalanya. Eten tidak ada mirip-miripnya dengan dirinya, tapi bukan itu pokok permasalahannya. Ini semua seharusnya tidak terjadi. Kalimat ibunya masih berentet terdengar, Alfa tidak lagi menangkap satu kata pun. Jempolnya memencet tombol merah. Lunglai, ia terduduk.

 

. . .

(kutipan adegan dari laman http://deelestari.com/adegan-dihilangkan-iep-1/)

Demikianlah, mudah-mudahan adegan tersebut dapat menjadi pelipur rindu bagi mereka yang merindukan buku Supernova: Intelegensi Embun Pagi. Berhubung di dalam blog pribadinya tertulis catatan (episode.1) barangkali ini artinya masih banyak adegan-adegan lain yang mungkin akan dibagi kembali oleh Ibu Suri. Apakah ada adegan yang kamu tunggu? Apakah masih ada bagian yang menggantung di pikiranmu. Kita tunggu saja bagaimana Ibu Suri akan kembali bercerita.

 

Bagikan ke Sekitarmu!
Adegan yang Hilang dalam Supernova: IEP Muncul Kembali