Perdebatan tentang mana yang lebih baik antara sains dan agama kembali ramai diperbincangkan di sosial media. Ada yang setuju, ada yang tidak, dan ada juga yang berusaha untuk tidak berpendapat. Nah, agar penasaran kalian terjawab, mari kita bahas, ya.

 

1. Menyikapi Perbeda Pendapat

Menurut para saintis, jika terjadi berbedaan mengenai akidah atau pendapat pada agama maka akan berujung pada peperangan. Hal ini dianggap berbeda dengan saintis yang menyambut gembira jika ada koreksi atau kritik menyatakan bahwa teori yang mereka kemukakan terjadi kekeliruan. Mereka tidak akan “mengafirkan” saintis lain yang telah mengoreksinya, apalagi melaporkannya ke dewan inkuisisi untuk diadili. Anggapan tersebut kemudian disimpulkan sebagai usaha para saintis untuk mengunggulkan sains sebagai diskursus yang lebih superior, lebih “beradab”, karena rasional, matang, dan tidak menimbulkan permusuhan.

 

2. Tidak Semua di Agama Berujung Pengafiran

Pada kenyataannya, tidak semua pendapat dalam agama juga berujung pada konflik atau juga pengafiran. Misalnya, perbedaan dalam forum bahtsul masa’il di antara para kiai Nahdatul Ulama (NU) ketika merumuskan sebuah fatwa, tidak berujung pada pengafiran. Ribuan bahtsul masa’il dalam sejarah NU tidak pernah hingga terjadi cekcok atau konflik berdarah.

 

3. Konflik Kapitalisme dan Komunisme

Perbedaan yang menimbulkan konflik dan perang tidaklah monopoli agama. Bisa kita lihat pada perang dingin yang melibatkan perang nuklir dan memusnahkan sangat banyak manusia ini jelas bukan disebabkan karena agama, namun karena dua mazhab sekular saling berseteru, yaitu kapitalisme dan komunisme.

 

4. Jika Beranggapan Agama Harus Dihapuskan

Jika sebagian pendukung sains berpikiran bahwa agama harus dihapuskan dengan alasan hanya menimbulkan konflik, maka nasionalisme dan negara-negara modern juga harus dihapuskan. Bahkan pemilu langsung juga layak dihapuskan karena berpotensi menyulut konflik. Namun, konflik dalam kehidupan manusia adalah fakta yang tak terhindarkan, pematiknya bisa agama atau ideologi sekuler. Meskipun begitu, konflik ini bisa diatasi dengan displin keilmuan yang disebut “conflict resolution”.

 

Untuk lebih detailnya, kalian bisa baca buku “Sain Religius, Agama Saintifik” yang ditulis oleh Bapak Haidar Bagir dan Gus Ulil Abshar Abdalla. Saat ini sedang dibuka pre order  dengan diskon 15% dan free ongkir ke seluruh Indonesia, hanya di mizanstore.com.

 

 

Sumber: (diolah dengan penyesuaian)

https://mizanpublishing.com/perbedaan-antara-sains-dan-agama

Gendhis Savitri/ Mizanstore

 

Bagikan ke Sekitarmu!
Perdebatan Antara Sains dan Agama