Kalian tahu nggak sih kalau setiap bulan Oktober, selain merayakan Sumpah Pemuda, kita juga merayakan bulan Bahasa dan Sastra. Pada bulan ini, kegiatan seperti lomba menulis puisi, lomba menulis cerpen, lomba pidato, dan perlombaan lain yang berkenaan dengan bahasa diadakan untuk memperkenalkan kepada masyarakat mengenai adanya bulan bahasa dan sastra Indonesia. Tak terkecuali mengenalkan buku-buku sastra Indonesia yang ditulis oleh para sastrawan kita. Buku apa saja ya? 

 

1. Aku – Sjuman Djaya

Buat kamu yang pernah nonton film Ada Apa Dengan Cinta? Pasti sudah nggak asing lagi sama buku ini. Membaca buku ini membuatmu seakan-akan menjadi seorang pujangga cinta.  Di dalamnya menceritakan kehidupan sosok Chairil mulai dari perpisahan ibu dan ayahnya sampai sifatnya yang gila membaca, bahkan sambil berjalan pun dia membaca. Kemanapun dia pergi, pasti ada buku yang dibawanya. Tapi namanya saja buku sastra, tentunya setiap cerita yang ada di buku ini diceritakan dengan diksi yang sangat puitis. 

 

2. Hujan Bulan Juni (Sepilihan Sajak) – Sapardi Joko Damono

Sapardi Joko Damono selalu sukses membuat puisi yang sederhana namun sarat makna. Salah satu sajak yang paling berkesan dalam buku ini adalah “Hujan Bulan Juni”. Namun, ada beberapa sajak lain yang nggak kalah bagus, salah satunya  “Aku Ingin”, “Pada Suatu Malam”, “Dalam Diriku”, dan masih banyak lainnya. Oh ya, selain puisi semanis madu, ada juga puisi analogi sederhana yang sarat makna berjudul tentang seorang penjaga kuburuan yang mati? Wah bagaimana ya isi puisinya? Ya tentunya kamu harus banget baca. 

 

3. Puisi-Puisi Cinta – WS Rendra 

Di dalam buku ini, terangkum puisi-puisi cinta Rendra dari tiga masa. Puisi-puisi masa mudanya begitu sederhana, tapi manis dan jenaka. Puisi-puisi masa dewasanya terasa kompleks dan mendalam, serius dalam mengarungi bahtera cinta. Sementara, puisi-puisi masa tuanya adalah sebentuk rasa syukur dari nikmat cinta sejati yang telah teruji. Ini adalah puisi-puisi cinta yang juga menjadi refleksi perjalanan dan pencarian makna cinta seorang Rendra. Beberapa judul puisi yang akan kamu temukan, seperti “sepeda”, “kami berdua”, “kegemarannya”, “balik kamu balik”, dan banyak puisi lain yang pastinya ditulis dengan gaya khas Rendra. 

 

4. Aku Ini Binatang Jalang – Chairil Anwar

Buku ini bisa dibilang adalah versi terlengkap dari semua buku yang berisi puisi Chairil. Selama ini puisi-puisinya tersebar dalam beberapa buku seperti Deru Campur Debu, Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus. Aku Ini Binatang Jalang juga memuat surat-surat Chairil—yang menggambarkan “keadaan jiwa”-nya—kepada sahabat karibnya H.B. Jassin.

 

5. Catatan Pinggir 12 – Goenawan Mohamad 

Catatan Pinggir 12 adalah salah satu rubrik yang ada di Majalah Tempo sejak tahun 1976. Goenawan Mohammad adalah orang yang selalu mengisi rubrik ini bahkan hingga hari ini, tidak ada satu orang pun yang pernah menggantikannya menulis dalam rubrik Catatan Pinggir. Hadirnya buku ini sebagai bukti kepiawaian Goenawan Mohamad merangkai kata menjadi makna. Sebentuk suara tanpa tendensi apa-apa, tetapi secara sadar punya kepentingan yang lebih dari sekadar “mengisi kekosongan rubrik”.

Bagaimana? Jadi, dari kelima buku sastra di atas, mana yang ingin sekali kamu baca? Yuk berkontemplasi dengan 5 buku di atas. 

Awita Ekasari/Mizanstore

 

Bagikan ke Sekitarmu!
Berkontemplasi dengan 5 Buku Puisi Sastrawan Legendaris
Tag pada: