Selama ini yang kita tahu hanyalah istilah body shaming, tahu kan istilah tersebut? Tindakan mengomentari bentuk fisik seseorang. Entah itu disengaja atau tidak, namun hal ini bisa berpengaruh ke masalah mental orang yang dikomentari. Nah rupanya dalam dunia perbukuan ada juga lho istilah book shaming. Wah apa ya artinya? Yuk kita bahas sama-sama. 

sumber: Unsplash

Kenalan Sama Istilah Book Shaming

Book shaming mungkin menjadi istilah asing dan belum banyak orang tahu. Bukan hanya di Indonesia, bahkan di luar negeri pun istilah ini juga booming dan banyak diperbincangkan. 

Book shaming adalah tindakan mengomentari buku bacaan seseorang sehingga orang tersebut merasa tidak percaya diri dengan bacaanya, risih, dan tidak pede. Penyebabnya tentu saja karena pendapat atau penilaian orang lain yang merasa kamu tidak pantas untuk membaca buku tersebut. Misal, usia kamu berkisar 20-25 tahun, tapi ternyata kamu masih senang membaca komik, kemudian kamu dikomentari orang karena buku bacaanmu tidak sesuai. Komik hanya untuk anak-anak saja, padahal kenyataanya komik diperuntukkan untuk semua jenis usia. 

Book Shaming Membatasi Bacaan

Melihat pemaparan tersebut, tentunya hal ini menjadi salah satu sisi negatif. Karena apa? Tentunya membuat orang jadi mengkotak-kotakan bacaan tertentu. Apalagi para millenial yang mungkin lebih suka dengan bacaan dari penulis-penulis muda dengan bahasa yang lebih nyantai, cerita ringan yang sebagian besar menyuguhkan percintaan remaja masa kini. 

Padahal, buat apa kita membeda-bedakan pembaca dari buku dan penulis yang mereka sukai? Bukankah itu hak kita sebagai pembaca? Bukankah untuk meningkatkan minat membaca justru dengan melahap semua jenis bacaan tanpa mengkotakkan? Sama seperti body shaming, sepertinya book shaming menjadi istilah yang harus kita hindari. 

Memang, jenis buku yang kita baca mewakili pribadi orang tersebut, namun hal itu justru jangan jadi alasan untuk membully seseorang melalui buku bacaanya. Seorang penyair tidak harus membaca buku puisi dan sajak, seorang motivator tidak selalu membaca buku self improvement.  

Kebayang nggak kalau nanti book shaming makin tren? Secara nggak sadar orang akan membatasi jenis bacaanya atau mungkin jadi “main petak umpet” bacaan?  Selain itu, kamu sama saja kamu tidak menghargai karya para penulis yang sudah bersusah payah menghasilkan tulisan, memang dikira bikin buku itu gampang? 

Stop Lakukan Book Shaming 

Caranya cukup mudah dengan mulai dari diri sendiri

  1. Jangan merasa bacaanmu paling keren. 
  2. Hargai apa yang orang lain baca, justru jadikan bahan diskusi. 
  3. Mau genrenya apapun, semua buku adalah karya yang harus dihargai dan diapresiasi. 

Jadi, mulai sekarang yuk hindari lakukan book shaming, bukankah lebih seru kalau bisa membaca buku dengan bebas tanpa adanya batasan? Seperti kata Joseph Brodsky,

“Ada kejahatan yang lebih kejam daripada membakar buku. Salah satunya adalah tidak membacanya.”

 

Awita Ekasari/Mizanstore

Bagikan ke Sekitarmu!
Bukan Hanya Body Shaming, Ternyata Ada Juga Istilah Book Shaming
Tag pada: