Kretek Gadis

Sekali isep, gadis yang Toean impikan muntjul di hadepan Toean 

Gadis Kretek, hal.151

 

 

Itulah salah satu slogan rokok kretek yang ada di novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala ini. Novel yang telah diterjemahkan dalam bahasa Mesir, Inggris, dan Jerman ini memang kental dengan latar belakang kebudayaan Jawa dan bagaimana sejarah kretek di Indonesia. 

Dikutip dari CNNIndonesia.com, Ratih Kumala sebenarnya terinspirasi dari pabrik rokok kretek kakeknya. Sang kakek memiliki usaha pabrik kretek rumahan –yang gulung tikar sebelum Ratih lahir– di daerah Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Dari situlah ide untuk membuat cerita tentang kretek muncul. Salah satu cerita yang paling membekas hingga Ratih dewasa adalah tentang kebiasaan kakeknya melinting sari tembakau yang menempel di telapak tangan setiap kali selesai merajang dan mengolah kretek dengan resep saus keluarga.

Awalnya, Gadis Kretek mau dibuat dalam bentuk cerpen, namun karena hasil riset yang ia lakukan sangat panjang dan lama hingga akhirnya banyak materi yang harus dicantumkan dalam cerita, alhasil Gadis Kretek lahir dalam bentuk novel setebal 274 halaman. 

Baca juga. 

Bikin Baper! Inilah 5 Karya Puisi Sastrawan Muda Indonesia

Cerita Gadis Kretek berawal dari  Soeraja, pemilik Kretek Djagad Raja (kretek terbesar di Indonesia yang lahir di Kudus). Soeraja yang sekarat melindur menyebut nama Jeng Yah, melihat hal itu Lebas — putra bungsu Soeraja penasaran dan ingin mencari tahu soal Jeng Yah. Dalam pencarian itulah, ia menemukan banyak fakta baru seputar kretek Djagad Raya. Novel ini memiliki latar belakang Jawa yang sangat kental. Berlatar belakang di Cirebon, Kudus, Jakarta,  Magelang, dan inisial kota M. Banyak yang menebak-nebak kota M adalah inisial dari kota Muntilan.

Membaca novel ini selain menambah pengetahuanmu tentang dunia perkretekan di Indonesia, tapi juga memahani bagaimana konflik dan persaingan bisnis kretek kala itu, menjadikan sejarah sebagai sebuah nyawa dalam cerita di buku ini. Gaya bertutur Ratih Kumala yang lebih banyak menggunakan narasi daripada dialog, nyatanya mampu menjelaskan dengan gamblang pada para pembaca. 

Satu hal yang kental dan khas dari Gadis Kretek tentu saja penggambaran aroma kretek, cengkeh, dan tembakau  yang sangat kuat. Bagaimana Ratih Kumala yang bukan seorang penikmat kretek mampu membuat kita menikmati kretek tanpa perlu menghisapnya. Hal itu mungkin karena dipengaruhi dengan riset panjang yang ia lakukan. Dikutip dari CNNIndonesia.com, Gadis Kretek menghabiskan riset selama lebih dari empat tahun lamanya. 

Akhirnya, novel ini tidak sekadar bercerita tentang cinta dan pencarian jati diri para tokohnya. Dengan latar Kota M, Kudus, Jakarta, dari periode penjajahan Belanda hingga kemerdekaan, Gadis Kretek akan membawa pembaca berkenalan dengan perkembangan industri kretek di Indonesia, konflik bisnis, dan cinta. 

Kaya akan wangi tembakau. Sarat dengan aroma cinta.

 

Awita Ekasari/Content Writer Mizanstore

 

Bagikan ke Sekitarmu!
Gadis Kretek: Cerita yang Terinspirasi dari Kisah Nyata Keluarga Ratih Kumala
Tag pada: