Penggemar Jane Austen pasti tahu kalau Northanger Abbey itu beda dari novel Austen lainnya. Novel ini bukan cuma romansa biasa; ia juga komedi yang pintar banget. Alasannya? Karena Austen lagi nge-parodi-in genre yang lagi nge-hits banget pada masanya: Novel Gotik (Gothic Novel).
Dan dari semua novel Gotik yang bikin heboh, cuma satu yang jadi target utama Austen:
The Mysteries of Udolpho karya Ann Radcliffe (1794)
Novel inilah yang jadi kunci buat memahami kenapa Catherine Morland, si tokoh utama kita, jadi super halu sepanjang cerita. Ini dia alasan kenapa Udolpho punya peran besar di Northanger Abbey.

1. Misi Austen: Nge-Roast Habis Novel Horor!
Northanger Abbey itu kayak surat terbuka Jane Austen yang isinya ngejek (parodi) novel Udolpho. Novel Gotik Radcliffe ini kan penuh setting kastil gelap, pahlawan wanita yang selalu ketakutan, dan plot yang lebay. Austen ambil formula itu, tapi dia balik 180 derajat. Semua adegan seram yang dibayangkan Catherine ternyata cuma drama di kepalanya sendiri. Ini cara Austen bilang: “Udah deh, hidup enggak se-sinetron buku fiksi!”
2. Catherine Morland: Korban Kebanyakan Baca!
Tokoh utama kita, Catherine, itu kecanduan The Mysteries of Udolpho banget!
- Nah, di novel Austen yang judulnya Northanger Abbey, novel ini disebut berkali-kali. Karakter utama si Catherine Morland yang polos itu bucin banget sama buku ini, dan si tokoh cowok Henry Tilney juga muji-muji sensasi seram pas bacanya. Di Northanger Abbey, Austen kayak hormat sekaligus nge-parodi-in novel Gotik ini dengan cara yang lebih halus daripada kritikus lain.
-
Hidup Penuh Fantasi: Gara-gara kebanyakan baca, fantasinya jadi liar dan terbawa ke mana-mana. Ini yang bikin dia polos dan menggemaskan. Dia jadi lupa, mana yang realita, mana yang halu.

3. Ekspektasi Rumah Angker vs. Realita Home Sweet Home
Pengaruh Udolpho mencapai puncaknya saat Catherine mengunjungi Northanger Abbey.
-
Yang Dibayangkan: Di otaknya, rumah itu harusnya kastil tua, gelap, ada lorong rahasia, mungkin ada tempat mayat disembunyikan—pokoknya harus horor!
-
Yang Terjadi: Narator Austen dengan santai bilang, rumahnya biasa aja! Paling cuma butuh sedikit re-dekorasi. Misteri terbesarnya? Mungkin enggak ada kopi buat sarapan. Semua drama horor cuma ada di imajinasi Catherine.

4. Kritik Sosial Terhadap Drama yang Terlalu Lebay
Novel Ann Radcliffe itu adalah standar novel hits zaman itu, tapi seringkali terlalu mendramatisir.
-
Melalui Northanger Abbey, Austen diam-diam mengkritik tren literatur yang cuma mengandalkan sensasi dan lebay. Austen membuktikan: cerita romantis yang cerdas, dialog realistis, dan karakter jujur itu jauh lebih berharga daripada hantu dan plot yang dipaksakan.
Jadi, kalau kamu baca Northanger Abbey, ingatlah bahwa kamu enggak cuma membaca novel romantis, tapi juga novel yang nyindir habis-habisan novel gotik kala itu.
The Mysteries of Udolpho memang enggak ada di cerita, tapi rohnya ada di setiap imajinasi liar Catherine. Northanger Abbeyadalah cara cerdas Jane Austen bilang: “Udah, guys, saatnya kembali ke bumi dengan realita yang ada.”
Jadi, tertarik mau membaca Northanger Abbey?
(artikel diolah dengan penyesuaian)
https://www.penguin.co.uk/discover/articles/jane-austen-favourite-books-authors-influences
Awita Ekasari/Content Writer Mizanstore

