bagus

Ilustrasi Luar Angkasa (free image from pexels.com)

Dulu ketika sekolah, entah kenapa pelajaran mengenai hal-hal luar angkasa terasa begitu fana. Film-film fantasi atau sci-fi juga mengajak ke petualangan yang terasa begitu nyata. Apa betul ada  planet yang berputar-putar mengelilingi matahari? Bagaimana bintang bisa berkelip di langit malam? Mengapa planet tidak berkelip seperti bintang? Apa, ya, rasanya mengeksplorasi tata surya?

Berbagai pertanyaan muncul di banyak kepala. Tidak semua orang bisa menginjakkan kaki di bulan seperti Neil Amstrong, akan tetapi semua orang bisa belajar ilmu astronomi. Bagaimana cara mempelajari tata surya dan seluruh isinya tanpa perlu berangkat ke sana?

Bagi pemerhati bintang-bintang dan langit malam, barangkali dengan cara memandanginya di malam hari sudah cukup. Buktinya, dengan melihat bintang berkelip serta malam dan langit, berbagai puisi, cerpen, dan novel dapat terlahir. Langit selalu memberi inspirasi dan malam, selalu punya kekhasan tersendiri untuk ditunggu—terkhusus bagi para perindu.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah datang ke observatorium dan untuk mengamati bintang-bintang dengan teropong besar supaya lebih puas. Di Indonesia, observatorium dan planetarium besar bisa ditemui di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Kutai.

1200px-Jakarta_Planetarium

Planetarium di TIM, Jakarta (image from wikimedia.org)

 Planetarium di Jakarta terletak di kompleks Taman Ismail Marzuki dan dapat dikunjungi untuk masyarakat umum. Tempat ini sanagat cocok untuk alternatif wisata keluarga karena pertunjukkan melihat bintang-bintang tentu sangat menarik, terutama bagi anak-anak. Planetarium Jakarta memiliki jadwal tersendiri dan pada waktu tertentu membuka forum pengamatan benda langit di malam hari. Seru sekali, bukan?

Nah, selain dengan cara-cara itu, tentu cara termudah untuk mempelajari ilmu astronomi adalah dengan membaca buku. Sayangnya, tidak banyak buku pengetahuan astronomi yang “menarik” terutama bagi “pembaca awam”. Seperti halnya cabang ilmu pengetahuan lain, jika dikemas dengan terlalu saklek, tidak semua orang jadi tertarik dan mau membaca buku semacam itu.

Berarti sekarang hanya perlu mencari buku pengetahuan yang dapat menjawab pertanyaanmu perihal tata surya, ya? Coba mulai dengan Eksplorasi Tata Surya, kamu akan menemukan banyak keseruan di sana.

Pertama, penyajian bukunya dapat dinilai cukup ringkas dan mudah dimengerti. Setiap kalimat dibuat seperti percakapan, dimulai dari pertanyaan—yang mungkin telah tersimpan dalam benak kita selama ini—dengan jawaban akurat dari mereka yang ahli! Jenis jawabannya pun buan jenis jawaban yang terlalu ilmiah dan tentunya dapat dimengerti dengan mudah.

Selain itu, ada yang menarik lagi, lho. Di sisi sebelah kanan atau sebelah kiri tiap paragraf, kamu dapat menemukan QR Code yang dapat di-scan dengan menggunakan ponsel pintarmu. Ke mana QR Code akan mengarahkanmu? Jalan-jalan ke luar angkasa, tentu saja!

Ada banyak sekali QR Code yang dapat kamu scan dan setiap QR Code menyimpan informasi berbeda dalam bentuk visual, yakni video. Misalnya ada pembahasan mengenai apa itu komet dan bagaimana bentuk ekor komet. Di dalam buku, tentu ada penjelasan singkat ang mudah dimengerti. Akan tetapi, informasi tambahan dari video hasil scan QR Code juga dapat memberi gambaran visual mengenai pergerakan ekor komet bagimu. Gimana, sudah mulai tertarik untuk membacanya?

Psst, di dalamnya ada lampiran Bantahan Atas “Teori” Bumi Datar juga, lho! Hati-hati untuk para penganut flat earth, apa kamu sudah siap membaca buku ini?

Oh, dan sebagai penutup kamu masih penasaran nggak dengan jawaban atas pertanyaan di awal paragraf pembuka? Itu lho pertanyaan tentang bagaimana bintang bisa berkelip di langit malam dan mengapa planet tidak berkelip? Inilah jawabannya!

apayo

ilustasi bintang dan bumi (free image from pixabay.com)

“Kelipan benda langit berasal dari aliran atmosfer bumi. Bintang memiliki jarak jauh lebih besar daripada planet sehingga cahayanya yang sampai di bumi jauh lebih redup. Oleh sebab itu, cahaya bintang lebih mudah dipengaruhi oleh aliran atmosfer daripada cahaya planet. Itulah sebabnya bintang menjadi berkelip, sedangkan planet tidak berkelip.”— A. Gunawan Admiranto

Bagikan ke Sekitarmu!
Membaca Langit Melalui Buku