Tak kalah dengan sastra pada umumnya, perkembangan sastra Islam punya karakteristik yang menarik untuk disimak. Perkembangan sastra Islam di Indonesia yang notabenya merupakan negara dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia tentu punya karakteristik tersendiri. Mendengar “sastra Islam”, siapa nama penulis yang langsung terlintas dalam pikiranmu?

Nama Habiburrahman El Shirazy boleh jadi langsung terlintas dalam pikiran ketika menyebut “sastra Islam”. Hal ini tentu karena dari sanalah kita semua mengenal tokoh idaman, Fahri yang sangat religius, pandai, dan tampan yang menjadi pemeran utamanya. Boleh dikatakan pula masa-sama terciptanya Ayat-ayat Cinta yang fenomenal menjadi puncak kelahiran kembali sastra Islam di Indonesia.

Meskipun demikian, jauh sebelum novel Ayat-ayat Cinta diterbitkan, sastra Islam telah lebih dahulu berkembang di Indonesia. Barangkali karena punya sebutan yang berbeda, sastra yang terbit sebelum Ayat-ayat Cinta lahir belum dianggap sebagai sastra Islam, meskipun mengandung unsur Islami.

Mengenal Istilah Lain untuk Sastra Islam

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sastra Islam kemungkinan besar telah lahir sejak sebelum istilah tersebut lahir. Ada berbagai penyebutan untuk sastra Islam yang berkembang di berbagai literatur yang berbeda. Sukron Kamil (2010), dalam tulisannya yang berjudul “Corak Baru Genre Sastra Islam Indonesia Mutakhir” memaparkan setidaknya ada 5 istilah lain yang dikenal untuk menyebut sastra Islam, yakni

(1) sastra sufistik, yaitu sastra yang mementingkan pembersihan hati (tazkiyah an-nafs) dengan berakhlak baik agar bisa dekat sedekat mungkin dengan Allah.
(2) sastra suluk, yaitu karya sastra yang menggambarkan perjalanan spiritual seorang sufi mencapai taraf di mana hubungan jiwanya telah dekat dengan Tuhan, yaitu musyâhadah, penyaksian terhadap keesaan Allah.
(3) sastra transendental, yaitu sastra yang membahas Tuhan Yang Transenden. dan
(4) sastra profetik, yaitu sastra yang dibentuk berdasarkan atau untuk tujuan mengungkapkan prinsip-prinsip kenabian/wahyu.
(5) hikayat, yaitu cerita atau dongeng dengan bermacam-macam lakon.

Pada perkembangannya, lahir jenis sastra Islam yang ditulis dengan gaya yang lebih populer (dikenal juga dengan istilah pop) sebagai contoh karya Habiburrahman El Shirazy  yang juga dikenal dengan sastra Islam populer. Pada daftar di atas, kategori sastra Islam populer belum punya kategori tersendiri. Oleh karena itu, sebagai penyederhanaan dari seluruh istilah sastra Islam yang telah disebutkan, dipilihkan istilah sastra Islam sebagai bentuk menyebutan umum yang mencangkup secara keseluruhan istilah-istilah di atas.

Beige Pages Book Open

ilustrasi buku tua di Indonesia (gambar dari pexels.com)

Perkembangan Sastra Islam di Indonesia

Menelisik dari sejarah panjang, sastra Islam berkembang bersamaan dengan masuknya agama Islam ke Indonesia. Sejak diterjemahkannya berbagai karya-karya sastra dari bahasa Arab ke bahasa Melayu, sejak saat itu pula sastra Islam berkembang di Indonesia. Periode awalnya berlangsung kurang lebih pada tahun ke-14 M.

Prof Abdul Hadi WM dalam artikel yang berjudul “Prof Abdul Hadi Wiji Muthari Selamatkan Sastra Islam Nusantara” menyebutkan bahwa perkembangan sastra Islam di Indonesia merupakan kelanjutan dari sastra Melayu di Indonesia. Pada masa itu, bahasa Indonesia belum lahir, tetapi sastra yang berbau Islami yang berkembang di daerah-daerah telah lebih dahulu hadir yang turut menyumbangkan khazanah sastra Islam di Indonesia ini.

Berdasarkan paparan tersebut, sastra Islam di Indonesia dibagi atas 4 masa periodisasi. Pertama, dimulai dari datangnya agama Islam sampai dengan munculnya pengaruh-pengaruh Barat. Kedua, perkembangannya sesudah Kemerdekaan pada 1945 dan 1960. Ketiga, seperti kata HB Jassin, ada (Angkatan) 66. Selanjutnya, ada pula ‘Angkatan 70’ dan seterusnya sampai sekarang, yang jika dijabarkan satu per satu, memiliki corak yang cukup berbeda.

Sastra Islam Kini

Saat ini, sastra Islam semakin berkembang sebagaimana perkembangan pengetahuan manusia untuk memaknai Islam yang juga semakin beragam. Sebagian besar, tentu saja, tidak hanya memasukkan unsur Islam dalam karyanya melainkan juga unsur-unsur lain sehingga sastra Islam semakin hari semakin dinamis perkembangannya.

Sebagai contoh, Habiburrahman El Shirazy menyisipkan nilai-nilai kemanusiaan, nilai romantisisme, dan nilai-nilai ke-Islaman dalam karya-karyanya. Selanjutnya, ada pula Kuntowijoyo yang sering menggunakan simbol-simbol khusus, menonjolkan sastra Islam yang profentik dalam karyanya. Jangan lupa pula karya-karya Rumi yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang sarat dengan nilai sufisme di tiap puisinya yang boleh juga disebut sebagai bagian dari perkembangan sastra Islam di Indonesia. Selain itu, masih banyak nama-nama lain seperti Asma Nadia, Emha Ainun Nadjib, Sujiwo Tejo, Buya Hamka, Candra Malik, Fadh Pahdephie, Kang Abay serta masih banyak nama lain turut meramaikan jagat sastra Islam tentunya dengan cara yang berbeda-beda.

Jadi, tertarik untuk tahu perkembangan sastra Islam di Indonesia lebih lanjut?

SPESIAL RAMADAN BUKU-BUKU ISLAMI DISKON 20% HANYA DI MIZANSTORE

(artikel diolah dari berbagai sumber dengan penyesuaian)

[Hanung W L/Copywriter Mizanstore]

Bagikan ke Sekitarmu!
Menariknya Perkembangan Sastra Islam di Indonesia, Negara dengan Pemeluk Agama Islam Terbesar di Dunia