“Bagaimana sih cara menikmati hidup?”

“Kenapa sih main Instagram bikin insecure?”

“Kerja mulu tapi aku gak kaya-kaya, harus bagaimana ya?

“Tujuan hidupku itu sebenarnya apa?”


Kira-kira seperti itu pertanyaan yang mulai bermunculan dalam benak orang-orang yang mulai memasuki usia 20-an. Saat kecil kita selalu meminta untuk cepat menjadi dewasa, akan tetapi justru saat dewasa kita terkadang menginginkan untuk kembali ke masa kecil karena tidak banyak masalah yang muncul. Apa jangan-jangan benar yang dikatakan Peterpan “Don’t grow up. It’s a trap”? Seperti masuk kedalam sebuah jebakan karena semakin dewasa akan lebih banyak masalah yang harus dihadapi.

Krisis menghadapi transisi dewasa alias Quarter Life Crisis merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan seseorang yang sedang transisi remaja menuju dewasa (bukan ababil lagi ya alias abg labil). Biasanya fase ini dialami pada usia 20 hingga 25 tahun. Pada umumnya, mereka yang mengalami ini dikarenakan adanya tekanan lingkungan sekitar, banyaknya masalah yang harus dihadapi atau karena terjebak dalam ketakutan pikiran sendiri yang membuat menjadi stres, depresi, bahkan bisa menjadi frustasi.

Sama halnya seperti yang dialami oleh Stephany Josephine atau biasa dikenal dengan Teppy. Seorang blogger yang terkenal karena tulisan review filmnya yang lucu. Ketika baru memasuki usia 20, Teppy memiliki banyak pertanyaan seputar kehidupan dalam benaknya. Nyatanya, ia mampu melewati fase tersebut dan mengembangkan dirinya dalam kehidupan. Buku yang ditulis oleh Teppy hadir untuk menjawab seputar ketakutan yang dihadapinya. Memang benar, isi dari buku ini bukan untuk menggurui para pembacanya melainkan hadir untuk memberikan solusi dan inspirasi kepada para pendatang baru usia 20 yang mulai memasuki fase-fase dewasa. 

Dengan gaya jawaban suka-suka ala Teppy menyadarkan bahwa hidup yang sedang dijalani selalu ada cara untuk melewatinya dari segala rintangan dan keresahan dalam hidup. Keresahan yang sedang dialami terkadang justru datang dari kekhawatiran melihat lingkungan sekitar. Padahal, kebahagiaan itu kita yang ciptakan. Seperti kata Teppy dalam buku ini, bahwa bahagia itu merupakan kontrol di diri kita. Itu mengapa self-love sangat penting.

Teppy membagikan pentingnya membuka diri dengan orang baru saat Quarter Life Crisis melanda usia produktif serta cara melihat dunia untuk mengurangi tekanan sosial dan rasa insecure hingga mengatasi hal-hal yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Karena semua orang akan mengalami titik balik dalam hidupnya.

Pertanyaan dan kegelisahan dijawab hingga tuntas dengan bahasa yang santai dan mudah diterima. Mulai dari pop culture, self-love, family, friendship, happiness, dreams, love, life lessons, dan masih banyak lagi. Buku ini sangat cocok untuk kalian yang sedang merasakan kegalauan dalam kehidupan pada usia transisi menuju dewasa. Selain penggunaan bahasa yang ringan, ilustrasi di dalam buku ini juga sangat menarik dengan tanya jawab di dalamnya. Tidak perlu khawatir menjalani hidup, ingat kata-kata Teppy:

“Live your life the way you want it”

 

Halimah/Copywriter Internship Mizanstore

 

Bagikan ke Sekitarmu!
Menghadapi Quarter Life Crisis dengan Cara Suka Suka Teppy