Masa remaja, masa putih abu-abu, masanya cinta tumbuh menggebu-gebu. Apa kamu masih ingat cerita cinta masa SMA-mu? Setiap orang, tentu memiliki cerita cintanya sendiri. Apa kamu mau menyimak kisah yang satu ini?

Raelia, remaja 16 tahun ini menjalani masa SMA-nya dengan biasa. Bertemu dengan teman-temannya sepulang sekolah, mengikuti ekskul, dan bergabung dengan majalah untuk mengisi salah satu konten di sana. Semuanya biasa saja, ia menjalani kehidupan SMA-nya dengan sangat biasa.

Seperti biasa, setiap malam minggu ini, Raelia memiliki jadwal temu dengan dua sahabatnya, Rini dan Katarina. Mereka bertemu di kafe Berry-Tasty, salah satu “kafe gemas” di daerah Bandung.

Rini dan Katarina membuka topik soal prom night. Mereka bersikukuh harus datang ke prom night dengan pasangan—harus laki-laki, tapi bukan kakak, paman, ayah, apalagi kakek! Pokoknya harus laki-laki, terserah itu pacar atau bukan. Raelia sangat malas membahas hal ini. Baginya, tidak jadi soal. Permasalahan sepele semacam ini bisa dipikirkan lain waktu. Masih banyak yang bisa ia pikirkan, misalnya soal promosinya di Periwinkle—majalah tempat ia bekerja—yang kini harus mulai membuat artikel jalan-jalan untuk kolom Travel Article-nya.

Rini dan Katarina bercanda soal Raelia yang bisa saja mengajak teman kantornya, Adam, untuk menjadi pasangan prom-nya. Tidak! Siapa pun asal jangan Adam! Anak yang heboh dan super iseng itu bukan partner yang tepat, tentu saja! Lagipula, Raelia malas bermasalah dengan Erica, salah satu teman kantornya juga yang kabarnya sangat menyukai Adam. Tidak. Jangan Adam.

Di tengah percakapan hangat mereka bertiga, Raelia mendapat telepon dari Erica. Wah, kebetulan yang menyebalkan. Ternyata, Erica menelepon untuk mengabarkan bahwa Raelia harus membuat laporan perjalanan pertamanya untuk majalah Periwinkle yakni liputan ke Bali. Berita barunya: ia akan ditugaskan berdua dengan Adam. Wah!

***

Singkat cerita, kedua temannya meninggalkan Raelia yang masih memilih untuk melamun sendirian di Berry-Tasty karena ada urusan lain yang harus diselesaikan. Jadilah, Raelia duduk sendirian di sana, sambil terus melamun soal perkerjaan yang datangnya sangat mendadak. Dan harus pergi berdua saja dengan Adam? Aduh.

“Sorry di sini kosong?”

Pertanyaan tersebut membuyarkan lamuman Raelia. Ia baru ingat kalau gelasnya sudah diangkat oleh pelayan dan tandanya memang ia harus segera pergi. Lagipula, memang seharusnya ia sudah selesai dari tadi, kan?

“Iya kosong. Saya sudah selesai, kok.”

Ketika menatap asal suara yang tadi bertanya, Raelia takjub bukan kepalang. Suara itu berasal dari seorang pria yang sangat tampan, dengan pakaian lengkap yang sangat rapi, kemeja dan celana chino. Penampilan sempurna dari seorang pria yang akan bertemu dengan teman kencannya. Ups, tapi mengapa ia datang hanya sendiri?

“Kamu mau temani aku makan?”

Satu pertanyaan yang membuat Raelia tercengang. Satu pertanyaan yang anehnya ia iyakan begitu saja. Satu pertanyaan yang membawa Raelia mengena lebih jauh pria yang ada di hadapannya, Chris.

Chris begitu sempurna. Sosoknya sangat nyata, tampan dan mapan. Sangat cocok untuk jadi pasangan prom night-nya? Ah, mana mungkin Chris mau. Mereka baru saling mengenal, mana mungkin Chris mau? Dan kenapa harus Chris?

“Apa ada yang kamu pikirkan? Sepertinya ada masalah, ya? Mengapa kamu datang dengan penampilan yang sangat rapi tetapi sendirian? Kehilangan teman kencan?”

Belum pernah Raelia merasa begitu kurang ajar dan sok tahu. Ia tidak menyangka bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut keluar begitu saja dari mulutnya.

Chris tertawa dan menggeleng.

Raelia, maukah kamu di sini menemaniku sepanjang malam? Mungkin, kehadiranmu dapat mencegahku melakukan sesuatu yang entah pantas atau tidak kulakukan.”

“Memang kamu mau apa?”

Chris tersenyum lantas menjawab, “aku mau bunuh diri.”

APA?!

raelia

Belum selesai permasalah prom nightnya, kini Raelia mendapat cobaan ketika harus dihadapkan dengan permasalahan dengan dua pria sekaligus. Adam dan Chris. Kepada Adam, Raelia diam-diam menyimpan rasa suka seiring dengan kedekatan mereka selama perjalanan kerja untuk majalah Periwinkle. Akan tetapi, ada masalah yang baru diketahui Raelia soal Adam. Lagipula, kenapa sih Adam sulit sekali mengeja namanya dengan benar?

Kepada Chris, entahlah. Ada sesuatu yang membuat Raelia tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Entah karena ketampanan, kemapanan, atau keinginan Chris untuk bunuh diri yang begitu besarnya?

Kepada siapa Raelia harus menjatuhkan pilihan? Apakah salah satu dari keduanya akan menjadi pendampingnya di prom night, kelak? Temukan jawaban lengkapnya dalam buku Raelia karya Moemoe Rizal  yang sayang untuk dilewatkan!

Bagikan ke Sekitarmu!
Raelia: Sulit Sekali Mengeja Namamu