“Jika Anda hanya membaca satu buku pada tahun ini, Anda pasti memilih buku dr. Frankl ini.”

-Los Angeles Times

Ulasan menarik ini terdapat di sampul belakang buku Man’s Searching for Meaning karya Victor E. Frankl adalah salah satu faktor pendorong untuk memulai tulisan ini. Sebuah buku yang begitu direkomendasikan, telah diterbitkan dalam 49 bahasa dalam 190 edisi dan terjual lebih dari 16 juta eksemplar di seluruh dunia, bukankah ini sangat menarik?

Sebetulnya dari segala sisi sebelum membahas bagian isinya, buku ini memang betul-betul menarik. Dimulai dari ulasan-ulasan yang menjanjikan, penilaian dari berbagai pihak yang telah membacanya, label best seller, serta judul yang sangat mencolok memungkinkan kamu yang bahkan hanya iseng datang ke toko buku untuk setidaknya melirik bagian sampulnya. Buku ini punya judul yang sangat menjanjikan dan seakan tidak memberi kamu kesempatan untuk melewatkannya sedetik saja.

Laku kerasnya penjualan buku ini seharusnya juga membuat kita semua berpikir, apakah sebegitu membingungkannya kehidupan ini, sehingga kita perlu setidaknya satu buku untuk menjawab semua tanya?

Apakah yang kita cari dalam kehidupan ini? Kebahagiaan atau makna?

Pertanyaan ini hampir pasti muncul di semua kepala dan buku Man’s Searching for Meaning menjanjikan jawabannya. Sangat lengkap, sangat rapi, semua disusun berdasarkan pengalaman pribadi dari seseorang yang pernah berada pada posisi kehidupan dan kematian hanya setipis benang. Dialah yang akan memberi tahu kita, bagaimana keadaan membuatnya mengerti banyak hal mengenai cara menyikapi kehidupan ini.

Frankl yang kehilangan satu per satu anggota keluarganya di dalam kamp pengasingan terus bertanya-tanya, apakah ia masih perlu melanjutkan hidup sementara semua yang dicintainya sudah lebih dahulu pergi meninggalkan dunia? Frank seperti telah kehilangan harapan, kehilangan tujuan untuk melanjutkan kehidupan. 

Semasa di tempat pengasingan Frankl justru menemukan satu kepastian. Semakin hilang harapan hidup seseorang, semakin dekat pintu kematian itu datang. Frankl melihat sendiri mereka yang tak punya lagi tujuan, satu per satu masuk ke kamar gas yang mematikan, sedangkan yang terus bertahan hanyalah segelintir orang yang masih mau berjuang.  

“Kita tidak dapat menghindari penderitaan, tetapi kita dapat memilih cara mengatasinya, menemukan makna di dalamnya, dan melangkah maju dengan tujuan baru.” 

Manusia-manusia tidak boleh kehilangan harapan. Ketika tujuan lama tak lagi bisa diharapkan, selalu siapkan tujuan baru agar dapat terus melangkah ke depan. Hidup ini punya makna; dan itulah satu-satunya hal yang harus kita percaya.

Jadi, sudah siap membaca Man’s Searching for Meaning dan mendapatkan semua jawabannya?

[Hanung W L/Copywriter Mizanstore]

Bagikan ke Sekitarmu!
[Resensi] Man’s Searching for Meaning: Hidup untuk Mencari Kebahagiaan atau Mencari Makna?