“Iqra.”

Seperti yang kita ketahui bersama, wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad saw adalah perintah untuk membaca. Ini juga berlaku pada kita sebagai umat Islam untuk juga banyak membaca, bukan? Akan tetapi, mengapa jumlah buku-buku bertema Islami tak sebanyak jumlah buku dengan teman lainnya? Hal ini mungkin bisa ketahui dengan membaca sejarah penerbitan buku Islam, terutama di Indonesia.

Boleh dibilang, sejarah panjang penerbitan buku Islam di Indonesia telah mengalami pasang surut yang cukup signifikan. Hal ini, tentu saja, bisa disebabkan oleh banyak sekali faktor. Bukan berarti dengan predikat Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di Indonesia maka artinya akan mudah saja mengelola dan memproduksi banyak buku Islam. Setidaknya, beginilah gambaran singkat mengenai sejarah penerbitan buku Islam di Indonesia.

1. Masa Kejayaan di Tahun 1970-an

Menurut hasil penelitian lepas dari Ridwan Muzir (dilansir dari Tirto.id) buku-buku Islam yang terbit di masa ini bertajuk teks kanonik-normatif. Sederhananya, buku-buku yang terbit pada masa ini memiliki kesan “berat” atau bahkan beberapa berbau politik, meskipun tidak banyak.

Setidaknya sejak tahun 1950-an hingga akhir 1970-an, ada 2 penerbit buku Islam yang cukup dikenal, yakni Penerbit Bulan Bintang dan Penerbit Al-Maarif. Meskipun terlihat sangat sedikit, keduanya punya fokus yang berbeda meskipun sama-sama mengusung tema penerbitan buku Islam.

Penerbit Bulan Bintang berdiri sejak 1951 adalah buah inisiasi dari Haji Abdul Manaf El-Zamzami alias Haji Amelz. Buku-buku hasil terbitan Penerbit Bulan Bintang dikhususkan untuk buku-buku berkualitas dan ditujukan untuk kelas menengah ke atas. Pada masa jayanya, Penerbit Bulan Bintang mampu menerbitkan 120 judul dalam satu tahun.

contoh buku terbitan Penerbit Bulan Bintang (image from jualbukusastra.com)

Penerbit Al-Maarif, di sisi lain, didirikan atas prakarsa H.M. Baharthah, Abu Bakar M.A., dan A. Hasan pada 1949. Sedikit berbeda dengan Penerbit Bulan Bintang, Penerbit Al-Maarif mengutamakan penerbitan buku teks kanotik-nurmatif Islam, seperti buku kumpulan doa, buku-buku pemikiran Islam, buku Yasin, tuntunan ibadah, juga buku hadis, dan Alquran.

mushaf Alquran terbitan Penerbit Al-Maarif (image from http://quran-nusantara.blogspot.co.id/)

2. Pasang-surut Era 1980-an

Adanya permasalahan dari segi politik di masa 1980-an ternyata punya andil yang cukup besar pada dunia penerbitan buku Islam di Indonesia. Selain itu, ada permasalahan yang tidak dapat dibenahi Penerbit Bulan Bintang dan Penerbit Al-Maarif yang menyebabkan eksinstensinya mulai tergerus masa. Keduanya dibelit masalah manajerial dan tak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan pasar perbukuan. 

Meskipun tengah dilanda berbagai kendala, redupnya pamor Penerbit Bulan Bintang dan Penerbit Al-Maarif tidak berarti industri penerbitan buku Islam di Indonesia berhenti begitu saja. Seperti yang dijabarkan Ridwan Muzir, ada satu faktor penting yang justru membuka kembali peluang kebangkitan penerbitan buku Islam di Indonesia. Adanya pembangunan sektor ekonomi dan pendidikan menciptakan segmen masyarakat kelas menengah Muslim.  Ini artinya, secara ekonomi mereka kuat dan juga terpelajar. Saat itulah, industri penerbitan buku Islam di Indonesia bangkit kembali.

3. Pertengahan 1980-an Kebangkitan (Kembali)

Kehadiran muslim kelas menengah ini tentu perlu perbagai bahan bacaan baru, sesuatu yang lebih “segar” untuk menemani pemikiran mereka yang lebih berkembang. Sejak saat itulah, setidaknya lahir empat penerbit buku Islam baru yang menonjol. Mereka adalah Pustaka Salman (berdiri 1980), Shalahuddin Press (1983), Mizan (1983), dan Gema Insani Press (1986). 

contoh buku-buku baru terbitan Mizan Wacana (image from Mizanstore.com)

Catatan pentingnya adalah penerbit-penerbit ini mewadahi penulis-penulis kontemporer dan cendekiawan muda untuk tampil. Di sisi lain, penerbit lama seperti Bulan Bintang masih bergantung pada cetak ulang karya-karya cendekiawan muslim senior.

4. Tahun 1980-an hingga kini

Mungkin belum banyak yang bisa dijabarkan mengenai urusan penerbitan buku Islam di Indonesia di masa sekarang. Setidaknya, kita bisa mengamati sendiri dengan melihat ke toko-toko buku konvensional. Di sana, hampir pasti tersedia rak khusus untuk meletakkan buku-buku Islam, bukan? Hal ini tentu merupakan sikap positif yang turut mengukuhkan bahwa buku-buku Islam masih terus diproduksi hingga saat ini. Di toko-toko buku online juga biasanya tersedia kategori khusus “buku Islam” yang memuat tidak hanya satu atau dua judul, banyak sekali tema yang ditawarkan.

Menutup pembahasan mengenai sejarah perkembangan buku Islam di Indonesia ini, ada kalimat menarik dari Putut Widjanarko yang ditulis dalam kolom Mizan bahwa sungguh akan sangat menarik mencermati bagaimana wacana Islam akan berkembang di negara Muslim terbesar ini pada tahun-tahun mendatang, di tengah masa yang sangat krusial ketika kecenderungan fundamentalisme agama semakin kuat.

[Hanung W L/Copywriter Mizanstore]

Sumber:

https://www.mizan.com/kebangkitan-generasi-baru-penerbitan-buku-islam-dan-masyarakat-islam-di-indonesia/

https://tirto.id/represi-soeharto-justru-bikin-buku-buku-islam-menjamur-cEZE

 

Bagikan ke Sekitarmu!
Sejarah Penerbitan Buku Islam di Indonesia (1970-an hingga Sekarang)