Dari ketujuh buku yang diterbitkan bersamaan dengan hari ulang tahunnya tempo hari, Sapardi berbagi kisah melalui diksi yang tidak pernah kita duga. Beberapa buku yang diterbitkan ulang, menceritakan tentang banyak hal. Salah satunya dalam buku Kolam, kita akan dibawa bertualang ke sana ke mari, mendengar cerita dari sana dan sini.

Pernahkah sejenak kita berhenti dari segala rutinitas untuk mendengar cerita-cerita? Dari kertas yang berserakan atau yang tertumpuk, dari batu yang terdiam, dari secangkir kopi, dari sebatang pohon asem, dari mereka yang sebelumnya tidak pernah kita dengar lantunan suaranya.

Mereka itu, kan, benda mati. Mereka tidak bicara.

Apakah cerita harus melulu soal bicara? Bukankah suara paling merdu bisa didengar dari mulut-mulut yang bisu? Mereka bukan tidak bercerita, tetapi kita saja yang terlalu egois untuk tidak mau berhenti sejenak dan mendengarkan.

Betapa hidup ini berdampingan. Kanan dan kiri. Hidup dan mati. Semua, diciptakan saling bersisian, saling melengkapi satu dengan yang lain. Maka setiap pencerita, perlu penyimak, pendengar.

Ada kata yang dipilih dan dipilah, diksi menari riang bersama benda-benda mati yang turut bercerita. Di tangan Sapardi, kata-kata dari benda-benda mati itu begitu merdu bercerita tentang ini dan itu. Cerita-cerita tentang kehidupan, jika kamu memaknainya begitu.

Entah daun yang jatuh memang bercerita tentang daun yang jatuh saja atau dapat dimaknai sebagai sebuah perumpamaan? Sebab puisi seringkali soal pemaknaan, bagaimana melihat apa sedang di mana bersama siapa dan seterusnya.

Dengarkah kau? Mendengarkah cerita itu?

WhatsApp Image 2017-04-17 at 15.02.17

Bagikan ke Sekitarmu!
Tentang Benda-benda yang Bercerita

Satu gagasan untuk “Tentang Benda-benda yang Bercerita

Komentar ditutup.