Bukan. Cerita dalam buku ini bukan soal pria penyendiri yang kemudian memutuskan untuk bunuh diri untuk menemui kematiannya. Inilah cerita tentang Jakop, seorang pencerita ulung di tiap acara seremonial kematian orang-orang yang pernah ia temui sepanjang hidupnya.
Jakop Jacobsen adalah nama lengkapnya. Ia memang seorang penyendiri. Untuk menghibur diri dari rasa kesepian, Jakop kerap kali menghadiri acara pemakaman orang-orang; yang sebetulnya tidak begitu dikenal Jakop. Beberapa dari mereka justru hanya pernah ditemui Jakop sekali dalam hidupnya, tetapi Jakop selalu bersikap seakan telah mengenal mereka sejak lama.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Jakop adalah seorang pencerita yang ulung. Pada tiap-tiap pemakaman, Jakop akan menjadi pembicara, menceritakan sebuah kisah mengenal mereka yang telah tiada. Sebuah kisah yang bagus, tentu saja, tetapi kebenarannya? Hanya Jakop yang mengetahuinya.
Betul. Jakop seringkali mengarang cerita palsu; cerita yang tidak benar-benar terjadi, cerita hasil karangannya sendiri.
Bagi Jakop ini sangat penting. Ketika berbicara di depan orang-orang yang turut datang ke acara pemakaman, Jakop merasa didengar dan diperhatikan. Hal ini membuatnya merasa lebih hidup, terlebih, ia merasa tak lagi sendiri. Oleh karena itu, Jakop selalu mempersiapkan cerita yang baik—meskipun itu berarti ia harus mengarang sebuah cerita bohong.
Meskipun sendirian, Jakop juga memiliki teman. Ia bernama Pelle. Pelle adalah bajak laut yang suka datang dan pergi sesukanya. Kepada Pelle, Jakop selalu menceritakan kebenaran.
Kemudian ada pula Agnes, sahabat pena Jakop. Semua berjalan baik saja antar Agnes dan Jakop, pada Agnes pun Jakop selalu menceritakan kebenaran. Sampai suatu ketika, Agnes datang menghadiri pemakaman-pemakaman, tempat Jakop menceritakan kisah karanganya tentang mereka yang telah meninggal dunia. Dengan Agnes, Jakop tidak bisa berbohong. Bagaimana ia harus membuat cerita yang menarik jika Agnes terus menerus hadir?
The Puppeteer adalah sebuah tulisan yang menarik dari Jostein Gaarder akan mengajak pembaca berpikir mengenai kesendirian, kematian, kesepian, pertemanan, serta tujuan hidup. Sebuah bacaan yang akan mengasah empati dan memainkan emosi.
[Hanung W L/ Copywriter Mizanstore]