“Siapa, sih, Dilan?”
Fenomena ke-“Dilan-Dilan”-an semakin merebak manakala film Dilan 1990 masih hangat-hangatnya muncul di layar bioskop. Setelah sebelumnya tenar melalui buku, kini ilustrasi dan akan sosok Dilan semakin menjadi setelah diperankan oleh Iqbaal dan Milea oleh Vanesha dalam film dengan latar tahun 1990. Semua orang penasaran seperti apa sosok Dilan sebenarnya karena berdasarkan pengakuan Pidi Baiq, kisah cinta Dilan dan Milea adalah kisah nyata. Lebih dari itu sebenarnya pertanyaan yang lebih penting adalah mengapa Dilan bisa begitu terkenal?
1. Dilan adalah “Bad Boy” Idaman
Faktanya, melihat penggambaran Dilan dari sudut pandang Milea sebagai pencerita, kita jadi tahu bahwa Dilan adalah panglima tempur geng motor yang dulu begitu dikenal di Bandung. Hal ini secara otomatis menempatkan Dilan pada posisi “bad boy” sebab geng motor di Bandung pada tahun 1990 dikenal sering berkelahi.
Menilik sejarah panjang dari waktu ke waktu, sosok peran utama yang punya karakter “bad boy” memang begitu disukai pembaca. Sebut saja tokoh Lupus karya Hilman, meskipun Dilan dan Lupus tentu punya takaran “bad boy” yang berbeda. Tokoh-tokoh terbaru pesaing Dilan mungkin juga adalah Nathan dalam buku Dear Nathan yang juga tak kalah digandrungi. Tokoh Harris Risjad dalam Antologi Rasa juga masuk dalam daftar panjang “bad boy” yang dicintai dan diharapkan kehadirannya dalam dunia nyata.
Nah, Dilan ini, sudah memenuhi kriteria paling awal untuk diidolakan dengan menyandang karakter “bad boy” idaman. Tetapi, siapa yang mau sama anak nakal yang nggak punya kelebihan lain? Maka inilah kriteria lain yang menyebabkan Dilan menjadi tokoh yang begitu terkenal dan dikagumi.
2. Dilan itu kisah nyata
Meskipun sampai saat ini, Pidi Baiq sebagai penulis belum menunjukkan siapa sebenarnya tokoh Dilan, tetapi beliau sudah pernah menyatakan bahwa kisah Dilan dan Milea adalah kisah nyata. Tokoh Milea sendiri sudah pernah bertegur sapa melalui media sosial Twitter @MileaAdnan meskipun sampai saat ini pun, Surayah belum pernah memboyong langsung tokoh Milea di dunia nyata dan menunjukkannya pada media. Hal ini mungkin terkait privasi, atau apa pun yang mungkin hanya Milea yang Pidi Baiq yang tahu alasannya.
Mengenai tokoh Dilan, Pidi Baiq juga selalu melibatkannya dalam segala situasi. Hal ini tentu membuat pembaca tak lagi ragu bahwa sosok Dilan memang nyata adanya. Salah satu keterlibatan Dilan misalnya ketika dulu buku Milea: Suara dari Dilan belum terbit, Pidi Baiq sering berkata bahwa ia memerlukan persetujuan dan kemauan dari Dilan untuk melanjutkan kisahnya. Ya, alhamdulillah pada akhirnya Dilan asli mau bercerita sehingga kita semua jadi tahu cerita dari sudut pandang Dilan tentang kisahnya dengan Milea.
3. Cara Dilan menunjukkan rasa cinta yang unik
Bagi kamu yang sudah membaca bukunya atau pun menonton filmnya, kamu pasti tahu bahwa gaya Dilan ketika PDKT memang tidak biasa. Ia mengirimkan buku TTS yang sudah diisi penuh! Zaman sekarang atau zaman dulu pun, berapa orang yang kepikiran untuk melakukan hal semacam itu? Belum lagi ketika Dilan menitipkan coklat melalui tukang koran, atau mendatangi Ayah Milea sebagai utusan kantin untuk menawarkan menu baru, atau adegan yang paling dikenal adalah ketika dia berani menjadi peramal. Juga jangan lupa soal surat proklamasi penanda tanggal jadian yang dibuat dan ditandatangani Dilan dan Milea pada 22 Desember 1990 yang super menggemaskan itu.
Walau bagaimana pun, kita harus mengakui bahwa cara-cara yang Dilan lakukan memang unik dan terbilang out of the box. Meskipun terkenal juga sebagai panglima tempur yang nakal, sisi lain Dilan yang unik ini juga menjadi salah satu daya tarik tersendiri sehingga Dilan begitu melekat diingatan para pembaca dan penonton filmnya.
4. Dilan membawa kita bernostalgia ke tahun 1990
Sebagian besar penggemar film Dilan 1990 datang dari semua kalangan mulai dari SD, SMP, juga anak-anak SMA kebanyakan. Generasi millennial itu tentu saja tidak semua pernah merasakan perjuangan kisah cinta sebelum media sosial ada. Melalui Dilan: Dia Dilanku Tahun 1990, kita jadi mengerti bahwa cerita cinta di masa lalu juga begitu seru.
Bagi para pembaca dan penonton muda, mereka tentu jadi tahu bahwa dahulu sebelum telepon genggam dijual masal dengan harga yang terjangkau, orang-orang masih menggunakan telepon umum. Sebelum chat dengan berbagai media ada, surat cinta dititipkan melalui teman. Ternyata semua juga indah sebelum masa-masa chat yang di-read doang mudah membuat kita patah hati (eh?).
Bagi pembaca yang kini tak lagi remaja alias yang memang pada tahun 1990 juga menjadi anak SMA seperti Dilan, semua serasa bernostalgia. Mengenang kisah cinta di masa putih abu-abu, perjuangannya, haru birunya, coba saja tanya pada mereka. Buku Dilan telah sukses membawa angan-angan tahun 1990-an.
5. Dilan romantis yang punya segudang cara untuk menyenangkan Milea
Dulu ketika pertama kali diterbitkan, buku Dilan: Dia Dilanku Tahun 1990 dianggap sebagai buku kiat-kiat sukses merebut hati wanita karena sebagian besar pembacanya mendambakan sosok Dilan setelah selesai membacanya.
“Aku mau satu yang kaya Dilan.”
“Stok Dilan di dunia ini masih banyak nggak, ya?”
Jika memang dengan cara-cara biasa kamu sulit mendapatkan hati si dia, coba saja menggunakan cara-cara yang Dilan lakukan. Buktinya, meskipun di awal ia dikenal sebagai anak yang nakal, Dilan mampu menunjukkan sisi romantisnya yang membuat Milea akhirnya jatuh hati. Oleh karena itulah, banyak juga yang merekomendasikan supaya semua laki-laki membaca buku ini.
6. Konflik dalam cerita Dilan sederhana dan tidak seperti mengada-ada
Mungkin salah satu faktor yang juga membuat kisah Dilan begitu dikenal adalah karena kisahnya memang sangat sederhana dan konflik yang ada di dalamnya tidak terkesan mengada-ada. Hal ini mungkin juga karena kisah cinta Dilan dan Milea diangkat dari kisah nyata sehingga pembaca dan penontonnya merasa dekat dengan kedua tokohnya. Semua mengalir dengan sederhana, seperti betul-betul kita membaca diari yang ditulis Milea tentang sosok Dilan yang pernah mencintainya dengan begitu sederhana.
Semua yang dilakukan Dilan sebenarnya sangat sederhana. Mungkin, kesederhanaannya itu yang membuatnya begitu mudah dicintai oleh para penggemarnya. Menjadi sempurna memang membosankan, ya, Dilan. Terima kasih sudah menunjukkan bahwa, ya, mencintai memang sebenarnya bisa saja sederhana. Terima kasih juga Surayah sudah memperkenalkan Dilan!
(gambar-gambar Dilan oleh Pidi Baiq, diperoleh dari ayahpidibaiq.blogspot.co.id)
[Hanung W L/Copywriter Mizanstore]