Fakta sudah membuktikan bahwa tingkat literasi dan minat baca di Indonesia sangat minim. Berbagai laporan dari UNESCO, penelitian Program for International Student Assessment (PISA) rilisan Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) tahun 2015 turut membuktikan kondisi literasi Indonesia yang masih sangat memprihatinkan.

Penyebabnya datang dari berbagai faktor, akses buku yang sulit, gempuran teknologi, gaya hidup, dan sederet hal lainnya. Kalau sudah begitu, dampaknya ke berbagai sektor, seperti pendidikan, kualitas SDM, hingga kesehatan. Sangat luas dan saling berhubungan antara satu dengan yang lain. 

Menanggapi hal tersebut, bukan berarti pemerintah diam saja. Dikutip dari liputan6.com, Pemerintah Indonesia pun sudah melakukan sejumlah terobosan mendasar, baik dalam bentuk program, kegiatan, maupun kebijakan publik yang mendukung peningkatan dunia pendidikan. 

 

Permudah Akses Mendapatkan Buku

Dikutip dari Kompas.com, menurut Pendiri Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia, Trini Hayati, salah satu penyebab rendahnya minat baca anak adalah kesulitan akses untuk mendapatkan buku. Semangat baca yang tinggi pun menjadi tidak berarti tanpa adanya buku yang bisa dibaca.

Untuk mengatasi penyebab tersebut, Pemerintah telah menginisiasi program “Kampung Literasi” untuk menumbuhkan minat baca warga kampung (desa atau nagari). Targetnya pada 2019, pemerintah menciptakan sekitar 514 Kampung Literasi di seluruh Indonesia, dengan dana sekitar Rp 160 juta per Kampung Literasi. (Liputan6.com). 

 

Baca juga. 

Ini Sebab Tingkat Literasi Indonesia Paling Rendah

 

Selain itu, Presiden Jokowi juga meresmikan program pengiriman buku gratis setiap bulan per tanggal 17 ke seluruh daerah di Indonesia. Program ini diinisiasi oleh Duta Baca Indonesia, Najwa Shihab, dengan beberapa pegiat literasi dan bekerja sama dengan PT Pos Indonesia. Diharapkan dengan adanya program ini, semua masyarakat Indonesia dapat membaca dan mendapatkan buku dengan mudah dan tentunya dengan biaya yang terjangkau. 

Sumber gambar: jambi.tribunnews.com

 

Meningkatkan Mutu Bacaan

Berdasarkan data Ikapi, kira-kira, ada lebih dari 30.000 judul buku yang diterbitkan setiap tahun di Indonesia. Namun, faktanya rata-rata orang Indonesia hanya membeli 2 buku per tahun. Bayangkan? Betapa sedikitnya jumlah tersebut. Untuk itu, perlu adanya peningkatan dari segi mutu bacaan, khususnya bagi para generasi muda atau yang biasa disebut dengan gen Z. Para pegiat perbukuan harus melakukan riset tema dan konten yang diperlukan dan penyajiannya yang dapat menarik perhatian mereka.

 

Perbanyak Program Literasi

Langkah lain yang saat ini banyak dilakukan adalah mengadakan berbagai program bertajuk literasi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, juga sudah menyelenggarakan Festival Literasi Sekolah (FLS) setiap tahunnya. Program ini sebagai upaya untuk meningkatkan budaya literasi, mulai dari membaca, menulis literasi terhadap IT, serta untuk memotivasi agar gerakan literasi di sekolah dapat berjalan dengan baik dan benar.

 

Baca juga. 

Yuk,Kunjungi 4 Festival Indonesia Berkelas International Ini!

 

Bukan hanya itu saja, masih banyak lagi program literasi yang dikemas dengan sangat baik bahkan mendatangkan para penulis dari mancanegara, seperti Indonesia International Book Fair (IIBF), Makassar International Writer Festival  (MIWF), Ubud Writer Festival (UWRF), Jakarta International Literary Festival (JILF), dan banyak lainnya. Festival literasi tersebut rutin diadakan setiap tahun sebagai bentuk apresiasi terhadap para pegiat literasi.

Sumber gambar: www.portalberitaeditor.com

Tata Kelola Perbukuan di Indonesia

Dikutip dari Ikapi, jumlah penerbit buku di Indonesia sepanjang tahun 2012-2015 mengalami peningkatan. Tahun 2015 saja mencapai 1.328 dengan penerbit aktif sebesar 711 dan 617 penerbit tidak aktif yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Itu berarti produksi buku masih terus berjalan dengan baik, tapi mengapa banyak toko buku yang tutup? Bagaimana mereka mau mendapatkan buku kalau aksesnya saja hilang? Di sini, peran teknologi harusnya dapat menjadi penyokong pengelolaan buku. Menyediakan penjualan e-book dan portal jual-beli melalui internet seharusnya dapat menjadi salah satu cara jitu. Keberadaan Toko Buku Online (TBO) tentunya membantu mereka dalam mendapatkan buku-buku tersebut. 

Sumber gambar: http://miner8.com

Nah, Pemerintah memang sudah mencari solusi untuk memperbaiki kondisi literasi Indonesia. Sekarang balik lagi ke individunya masing-masing. Mulai dari diri sendiri untuk jadikan membaca sebagai gaya hidup yang mampu berjalan selaras dengan tren yang ada saat ini. Kalau menurut kamu, langkah apa lagi yang dapat dilakukan? 

Diolah dari berbagai sumber dengan penyesuaian

Awita Ekasari/Mizanstore

 

Bagikan ke Sekitarmu!
Rendahnya Tingkat Literasi Indonesia, Mampukah Cara Ini Menjadi Solusi?