Pernahkah kamu membaca judul berita atau sebuah artikel yang bombastis, tapi saat dibaca secara keseluruhan ternyata isinya tidak sesuai dengan judulnya? Atau informasinya mengada-ada dan cenderung dibuat-buat? Ya, itulah berita hoax. Banyak orang yang hanya membaca dari judulnya saja dan langsung percaya bahkan tak jarang menyebarkannya. Tidak ada verifikasi data terlebih dulu apakah sudah informasinya terpercaya atau tidak. Akhirnya, banyak bermunculan berita hoax yang tidak jelas asal-usulnya, membentuk persepsi yang salah. 

Mengapa hal itu bisa terjadi? Salah satu penyebabnya adalah rendahnya minat baca yang terjadi di Indonesia. Hal ini diperkuat dengan data UNESCO tahun 2012, angka minat baca hanya 0,001 persen. Artinya, hanya ada 1 dari 1.000 orang yang memiliki minat baca serius. 

Dikutip dari Kompas.com, menurut Kepala Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional RI, Titik Kismiati, minat baca penduduk Indonesia sangat rendah. Merujuk data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik tahun 2012, sebanyak 91,58 persen penduduk Indonesia yang berusia 10 tahun ke atas lebih suka menonton televisi. Hanya sekitar 17,58 persen saja penduduk yang gemar membaca buku, surat kabar, atau majalah.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, tak heran jika tingkat literasi Indonesia masih sangat rendah. Dampaknya, orang jadi mudah percaya dengan berita palsu. Bukan itu saja, rendahnya literasi merupakan masalah mendasar yang memiliki dampak sangat luas bagi kemajuan bangsa di berbagai sektor. 

 

Pendidikan

sumber gambar: pendidikan.kulonprogokab.go.id

 

Majunya pendidikan suatu negara tidak dapat dilepaskan dari tingkat keliterasiannya. Pendidikan yang baik tentunya menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mendiami negara tersebut.Secara spesifik unsur penting yang erat kaitannya dengan penilaian tersebut adalah kemampuan masyarakat dalam mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara atau yang dikenal dengan istilah literasi. 

Sekarang bagaimana mau mendapatkan hal tersebut kalau data menunjukkan justru minat baca dan tingkat literasi Indonesia masuk dalam tahap yang darurat.

Hal ini juga diperkuat dengan laporan UNESCO yang berjudul “The Social and Economic Impact of Illiteracy” yang dirilis pada tahun 2010, tingkat literasi rendah mengakibatkan kehilangan atau penurunan produktivitas, tingginya beban biaya kesehatan, kehilangan proses pendidikan baik pada tingkat individu maupun pada tingkat sosial dan terbatasnya hak advokasi akibat rendahnya partisipasi sosial dan politik.

 

Kesehatan

Dampak literasi rendah juga muncul dalam persoalan kesehatan masyarakat, karena masyarakat dengan literasi rendah juga umumnya memiliki kesadaran rendah akan kebersihan makanan dan gizi buruk dan memiliki perilaku seksual berisiko tinggi. Akibatnya, prevalensi penyakit seksual, kehamilan, aborsi, kelahiran, kematian tinggi.

Kesimpulannya, literasi yang rendah berpengaruh terhadap tingkat pendidikan seseorang. Apabila kualitas pendidikan tidak baik, berpengaruh terhadap kualitas SDM-nya. Kualitas SDM rendah berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat, seperti tingkat pengangguran, kemiskinan, dan kesehatan. 

Wah, ternyata luas juga ya dampak dari rendahnya tingkat literasi. Jadi, yuk mulai sekarang lakukan langkah kecil dengan membangun kesadaran terhadap diri sendiri untuk sedikit-demi-sedikit melakukan hal yang berhubungan dengan literasi, seperti membaca buku-buku ringan, atau mendukung festival literasi dengan datang mengunjunginya. 

Diolah dari berbagai sumber dengan penyesuaian

Awita Ekasari/Mizanstore

 

 

 

Bagikan ke Sekitarmu!
Hoax! Jadi Salah Satu Dampak Rendahnya Minat Baca
Tag pada: