“Saksi mata itu datang tanpa mata. Ia berjalan tertatih-tatih di tengah ruang pengadilan dengan tangan meraba-raba  udara. Dari lobang pada bekas tempat kedua matanya mengucur darah yang begitu merah bagaikan tiada warna merah yang lebih merah dari merahnya darah yang mengucur perlahan-lahan dan terus menerus dari lobang mata itu.

Darah membasahi pipinya membasahi bajunya membasahi celananya, membasahi sepatunya dan mengalir perlahan-lahan di lantai ruang pengadilan yang sebetulnya sudah dipel bersih-bersih dnegan karbol yang baunya bahkan masih tercium oleh para pengunjung yang kini menjadi gempar dan berteriak-teriak dengan emosi meluap-luap sementara para wartawan yang selalu menanggapi peristiwa menggemparkan dengan penuh gairah segera memotret Saksi Mata itu dari segala sudut sampai menungging-nungging sehingga lampu kilat yang berkeredap membuat suasana makin panas.”

Saksi Mata, Seno Gumira Adjidarma 

Saksi-Mata-Seno-1024x768

Saksi Mata (image from kelanaku.com)

Sekurang-kurangnya, sudah 4 kali buku ini dicetak ulang, apakah itu cukup untuk membawa buku ini pulang?

Selain itu, seperti yang dikutip dari Wikipedia Saksi Mata sekurangnya telah menerima Penghargaan Penulisan Karya Sastra pada tahun 1995 dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Kisah-kisah dalam edisi pertamanya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Jan Lingard, yang bekerja sama dengan Bibi Langker dan Suzan Piper. Terjemahan bahasa Inggris tersebut memenangkan Penghargaan Dinny O’Hearn untuk Terjemahan Sastra pada tahun 1997 dalam Premier’s Literary Award.

Buku Saksi Mata merupakan kumpulan cerita pendek yang berlatar Timor Leste semasa masih menjadi bagian Indonesia. Seperti yang terlampir pula dalam buku bahwa kumpulan tulisan pendek ini berdasarkan data-data, yang barangkali didapatkan ketika Seno masih menjadi wartawan.

Kumpulan cerpen ini tentu hanyalah fiksi. Akan tetapi, ketika kamu membacanya, kamu akan merasakan kesan yang begitu mendalam. Bagaimana mungkin fiksi ditulis dan terasa begitu nyata? Sebegitu hebatkan imaginasi yang membuatnya terasa seperti fakta?

Seakan-akan betul kita merasakannya, seakan-akan terasa betul bau anyir darah yang mengalir di mana-mana. Terasa betul kengeriannya, kesedihannya, perasaan ditinggalkan, segala jenis penyiksaan, semua terasa sangat dalam. Semua, diceritakan dengan betul-betul detail—dalam lembar halaman yang terbilang terlalu tipis untuk tulisan yang fantastis.

Dan secara hemat, dalam tulisan ini, tidak bisa tidak, buku Saksi Mata wajib kamu baca.

[Hanung W L/ Copywriter Mizanstore]

Bagikan ke Sekitarmu!
Saksi Mata, Kisah Nyata?