Penting sekali untuk tidak membaca sejarah hanya dari satu sisi. Pasalnya, persoalan sejarah berkenaan dengan sudut pandang, dan seringkali pula, selalu soal kepentingan. Seseorang bisa saja menulis sesuai kepentingannya, bahkan jika itu berarti tidak sesuai dengan kenyataannya. Oleh karena itu, pandai-pandailah memilih bahan bacaan sejarahmu.

Salah satu buku yang menarik untuk dibaca, terutama bagi kamu yang ingin paham lebih banyak mengenai sejarah peristiwa Gestapu, bacalah buku Gestapu 65 versi Salim Said. Buku ini bersifat semi autobiografi. Tetapi, menurut Salim, buku itu berbeda dengan buku autobiografi lainnya, karena bukan mengisahkan siapa dirinya tetapi mengenai apa yang ia saksikan. Lebih detail mengenai ulasannya, berikut ada catatan menarik dari Republika.co.id mengenai buku tersebut.

‪Kekacauan yang terjadi di Sulawesi, menuntutnya untuk bersekolah di Jawa yang kemudian dilanjutkan kuliah di Jakarta. Dia akhirnya menjadi wartawan, bukan sebagai cita-citanya, tetapi untuk membiayai hidup. Apalagi saat itu di Indonesia sedang terjadi kekacauan politik dan ekonomi. Di mana inflasi pada waktu itu mencapai 650 persen.‬

‪Salim menceritakan, menjadi wartawan beberapa pekan sebelum peristiwa Gestapu. Dia mendapat kesempatan mengamati dari dalam karena berkerja di harian angkatan bersenjata. Tentara kala itu membuat koran karena media yang ada sudah dikuasai oleh golongan kiri atau komunis.‬

‪Salim, ketika Gestapu, adalah wartawan pertama yang masuk Kostrad dan mengikuti operasi pertama antikomunis di Semarang yang dipimpin Sarwo Edi Wibowo. “Mengalami itu semua sebagai wartawan sekaligus aktivis ketika mahasiswa bergolak untuk membubarkan PKI,” kata Salim.‬

salim

Salim Said (image from detik.com)

‪Dalam bukunya, Salim memaparkan tentang bagaimana meledaknya Gestapu dengan kekuatan antikomunis yang akhirnya melawan Proklamator Sukarno dan PKI. Bung karno, menurutnya, bukan penganut komunis, hanya saja ingin mengimbangi kekuatan tentara selama Orde Lama.‬

‪Dari pengalaman itulah, Salim membuat disertasi mengenai peran politik militer di Indonesia. Atas disertasi itu, ia mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) sebagai sarjana pertama yang menulis disertasi mengenai peranan politik tentara.

Salim Said terhitung sangat berani untuk mulai menuliskan catatan semacam ini. Seperti yang kita semua ketahui, persoalan mengenai sejarah Gestapu, PKI, serta beragam hal yang berkenaan dengan itu sangat sensitif dibicarakan terutama di Indonesia. Keberanian Salim Said untuk menjadi yang pertama membahasnya menjadikannya pakar politik militer yang tidak perlu diragukan lagi kemampuannya.

[Hanung W L/ Copywriter Mizanstore]‬

Bagikan ke Sekitarmu!
Sejarah Gestapu versi Salim Said
Tag pada: