Siapa Sukab? Sukab adalah tokoh yang bisa menjelma menjadi siapa saja. Sukab si calon pemimpin, Sukab perebut istri orang, Sukab yang tidak tahu caranya menjadi setia, Sukab si fotografer yang mengabadikan potret keluarga yang bahagia, Sukab adalah kita atau Sukab adalah siapa? Yang pasti, Sukab ada di mana-mana.

Seno Gumira Ajidarma, menciptakan tokoh yang sangat fleksibel dan menjelma menjadi siapa pun yang diinginkan. Tokoh tersebut dinamai Sukab. Di dalam Dunia Sukab, Sukab dengan bebas menjadi siapa saja. Kadang, Sukab menjadi tokoh utama dalam cerita. Kadang, Sukab muncul hanya sebagai tokoh sampingan saja. Di sisi lain, kita barangkali akan bertanya-tanya: Lho, ke mana Sukab?

Iya, bisa jadi Sukab hanya menjadi pengamat saja dalam cerita. Menyaru menjadi satu dari kelompok “kami”, “kita”, atau “mereka” yang ada di dalam cerita. Sukab hidup dalam Dunia Sukab.

qwa

(instagram.com/nourabooks)

Kenapa harus Sukab?

Iya, ya. Begitu banyak nama tokoh yang bisa dipilih. Dapat pula diubah sedemikian hingga karena toh, Sukab-sukab dalam Dunia Sukab tidak saling terhubung satu sama lain. Seperti gambaran di dunia nyata, tidak ada satu pun nama yang hanya menempel pada satu manusia saja, bukan? Seperti itulah Sukab-Sukab hidup dalam tiap-tiap cerita. Akan tetapi, kenapa Sukab yang dipilih?

Budi, Rizky, Andi, Rudi, ya, ada begitu banyak nama yang lebih “pasaran” tetapi, kenapa harus Sukab?

Ah, mengapa harus repot membahas nama? Bukankah ada perkataan “apalah arti sebuah nama”, ya, kan? Lagipula, tokoh tersebut sudah lahir dan hidup dalam ceritanya sendiri, mengapa harus repot bertanya ini dan itu?

Dunia Sukab, Dunia Kita Juga

Sukab adalah saksi sejarah, yang pada suatu ketika terjadi kasus-kasus kekerasan. Penculikan tanpa pandang bulu, penyiksaan yang tak mengenal ampun, pada tokoh yang bisa saja, salah tangkap? Pada suatu masa itu, Sukab tidak bisa bicara apa-apa. Dipanggil sebagai orang yang bernama Haji Rustam yang bahkan sama sekali tak dikenal Sukab. Dipukuli sampai hampir semua giginya rontok, dipaksa mengaku, padahal sudah tak mampu lagi ia berkata bahwa mereka telah salah menangkap orang.

Sukab juga adalah cerminan lelaki yang mempunyai istri, tetapi mencintai Tumirah, penari dangdut yang sering ditemuinya di lapangan. Sukab tidak peduli, meskipun Tumirah juga telah bersuami. Sukab mencintai Tumirah. Sukab menantikan Tumirah di lapangan seperti biasanya, tapi Tumirah tidak datang. Apakah ini pertanda bahwa Sukab harus kembali pada istrinya yang sudah jelas lebih setia daripada Tumirah?

Suatu kali, Sukab hadir dalam cerita Marni sebagai paman Marni. Sukab telah mengabadikan foto keluarga Marni dengan sangat apik. Ayah yang membaca Koran, Ibu yang menjahit, Budi yang sedang belajar, dan Marni yang tengah menimang-nimang boneka. Sebuah potret keluarga yang sangat biasa, bukan seperti potret keluarga Marni yang semuanya berjejer rapi dengan pakaian yang membuat foto keluarga tersebut terlihat mewah, tetapi tidak jujur sama sekali. Berbeda dengan foto keluarga kecil Marni yang diabadikan oleh pamannya, Sukab.

rt

(instagram.com/nourabooks)

Sukab menjelma sebagai siapa saja. Kini, tidak perlu lagi dipertanyakan siapa Sukab. Ia adalah cerminan tokoh-tokoh yang kita kenal dalam dunia nyata. Sukab adalah perlambang mereka atau bahkan mungkin kita sebagai pembacanya. Adakah diri Sukab menjelma Anda dalam bukunya?

Bagikan ke Sekitarmu!
Suka-suka Sukab