“Di tengah dunia yang sering diliputi amarah dan kebencian ini, puisi-puisi Candra Malik ibarat pelukan yang menentramkan dan mendamaikan, yang membawa cinta insani menuju cinta Illahi.”—Joko Pinurbo, Penyair
Sangat sulit untuk tidak setuju dengan Joko Pinurbo mengenai buku ini. Benar. Pendapat Joko Pinurbo patut dibenarkan. Sebagai penyair yang sudah lebih dahulu bergelut dengan dunia penyairan, tidakkah kita ingin tahu seperti apa puisi yang dipuji oleh pemuisi lain itu?
Nama Candra Malik sudah malang melintang dalam dunia penulisan. Tetapi, lewat puisi? Inilah saat pertamanya mengenalkan pada para pembaca bahwa melalui media apa saja, semua dapat membaca Candra Malik.
Buku Asal Muasal Pelukan terdiri atas 93 puisi yang ditulis Candra Malik sejak tahun 2003-2016. Seratus empat puluh tujuh halaman adalah jumlah yang lebih dari cukup untuk merasakan keteduhan, ketentraman, kedamaian, yang bukankah sering kita cari-cari dalam rimba kehidupan?
Bacalah buku ini, di pagi atau malam hari, di saat-saat keresahan yang seringkali datang tanpa permisi. Asal Muasal Pelukan bersedia menjadi pengisi kekosongan diri.
Banyak yang berpendapat bahwa Candra Malik yang punya latar belakang sufi juga memengaruhinya dalam membuat pilihan kata yang entah mengapa dapat membawa ketenangan ketika membacanya. Mungkin itu pula mengapa puisi ini berisi tentang cinta, atau justru tentang kita? Semuanya dirangkai dalam kata yang begitu apik.
“Keyakinanku sangat kuat, sangat lemah keraguanku.
Oleh karena itulah, aku sampai padamu.
Semua akan rindu pada waktunya, aku tidak buru-buru mencintaimu.
Toh semua akan rindu pada waktunya, juga kamu terhadapku.”
“Mendekati Kau yang Menjauhi Aku” dalam Asal Muasal Pelukan, Candra Malik (2016: 37)
Hanya satu simpulan pascamembaca buku Asal Muasal Pelukan: Keteduhan.
[Hanung W L/Copywriter Mizanstore]