the message

Mengenal dan mempelajari Alquran adalah kegiatan yang sangat dianjurkan untuk diamalkan sepanjang hayat. Bukan hanya karena membaca Quran dapat menghasilkan pahala semata, lebih dari itu, dari sana kita akan belajar banyak mengenai hidup dan cara menjalani kehidupan, juga tentang hal-hal setelah kehidupan.

“Iqra…” wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad SAW sudah sangat jelas; “bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu (Allah). Maka sejak itu, perintah belajar dan membaca (terutama membedah kitab Alquran adalah kewajiban yang tidak dapat dipertentangkan.

Kesulitan yang barangkali muncul di Indonesia adalah bahwa Alquran ditulis dengan aksara dan bahasa yang berbeda dengan yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, sulit bukan berarti tidak bisa. Begitu banyak ilmuwan yang menerjemahkan Alquran ke dalam berbagai bahasa demi kemudahan para pemeluk Islam untuk memahami isinya.

Tafsir dan terjemahan atas kitab suci Alquran sudah dilakukan sejak masa-masa awal hingga saat ini masih dilakukan oleh mereka yang dianggap ahli. Salah satu tafsiran yang ringkas, dalam, dan relevan dengan kehidupan kekinian dilakukan oleh Muhammad Asad, seorang cendikiawan asal Galicia.

Leopold Weiss, Nama Kecil Muhammad Asad

Lahir sebagai manusia utuh dengan anugerah keberagaman dalam dirinya dengan nama asli Leopold Weiss. Leopold lahir pada pada 2 Juli 1900 dari keluarga Yahudi di Galicia yang dahulu masih merupakan wilayah kerajaan Austria-Hungaria. Garis keturunan ayahnya yang beragama kuat membuat Leopold memiliki dasar pengetahuan yang baik mengenai agama Yahudi. Leopold bahkan mahir membaca dan berbicara dengan bahasa Ibrani sejak usianya 13 tahun.

330px-Muhammad_Asad_addressing_Radio_Pakistan

Leopold Weiss (image from wikimedia.org)

Leopold dewasa kemudian memiliki ketertarikan pada dunia filsafat dan seni ketika masuk universitas. Ia lebih sering menghadiri diskusi dengan para intelektual daripada menghadiri perkuliahan. Leopold nampaknya menyukai banyak hal dan kegiatan di luar urusan perkuliahannya. Ia pun memutuskan untuk keluar dari universitas dan menjajal lagi dunia yang baru dikenalnya: jurnalisme.

Banyak yang yang sesungguhnya menggugah ketertarikan Leopold seperti keragaman llingkungan manusia, sosial pilitik, dan tatanan budaya. Oleh karena itu, sesungguhnya karier Leopold dalam dunia jurnalisme dan sastra kreatif yang melibatkan hal-hal soal pengamatan masyarakat terbilag cukup memuaskan. Sayangnya, hal tersebut bukanlah tujuan utama Leopold.

Pada usia 22 tahun, paman Leopold memintanya untuk datang ke Yerusalem. Di sana, kehidupan Leopold seperti terbuka akan kemungkinan baru. Yerusalem dan segala keberagamannya telah mengubah pola pikir Leopold tentang dunia. Yerusalem bagaikan gambaran kecil dunia dengan masyarakat Yahudi, Kristen, Muslim, Arab, dan Eropa bersatu padu mendiami sebuah wilayah kecil.

Selanjutnya, pada 1952, Asad ditunjuk mewakili Republik Islam Pakistan di Markas Besar PBB di New York sebagai Duta Besar Berkuasa Penuh. Asad wafat pada usia 90 tahun di Granada, Spanyol.

Karya-karya Muhammad Asad

Setelah kembali ke Eropa, Leopold menulis buku pertamanya The Unromatic Orient yang judul aslinya Unromantisches Morgenland: Aus dem Tagebuch einer Reise. Tulisan tersebut berisi pengalaman singkatnya mengenai hidup keberagaman itu. Tahun 1924 saat usianya 24 tahun, buku itu menjadi saksi keberhasilannya dalam dunia jurnalistik.

Tahun 1927, Leopold Weiss memutuskan untuk memeluk Islam setelah melalui perenungan yang dalam selama 3 tahun terakhir. Lebih lanjut, Leopold memiliki nama Islam yang kemudian membuatnya lebih dikenal dengan nama itu, Muhammad Asad.

Muhammad-Asad

Leopold Weiss berganti nama menjadi Muhammad Asad setelah memeluk Islam (image from newstodaypk.com)

Muhammad Asad mulai tekun mendalami ilmu agama. Ketika menulis The Message of the Quran, sebuah tafsir Alquran modern yang berpengaruh, dia memerlukan tinggal bertahun-tahun dengan suku Badui Arabia demi memperoleh wawasan unik tentang semantik bahasa Alquran. Orang-orang Arab Badui memang masih banyak menggunakan bahasa Arab seperti yang dipergunakan dalam Alquran.

Selain buku tersebut, Asad menulis buku lainnya, yakni The Road to Mecca (Penerbit Mizan), Islam at the Crossroads, The Principles of State and Government in Islam, dan Shahîh Al-Bukhârî: The Early Years of Islam yang berpengaruh dan masih relevan sampai saat ini.

The Message of The Quran: Karya Penting yang Wajib Dibaca

Sebagai salah satu karya besar dari Muhammad Asad, akan baik jika kita membaca dan memahami buku The Message of The Quran itu. Dengan berbagai kemajuan, kini buku tersebut dapat diperoleh melalui website mizanstore.com. Jangan khawatir karena isi tafsirnya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sehingga memudahkan masyarakat muslim Indonesia untuk memahami isi buku tersebut.

Buku ini terdiri atas 3 jilid buku yang dibundling dalam satu paket. Silakan langsung meluncur ke mizanstore.com untuk info bukunya. Sebuah bacaan yang sangat baik dibaca di bulan baik seperti ini dan di bulan-bulan lainnya sebagai investasi yang bermanfaat untuk pedoman memahami kitab penuntun kehidupan sepanjang zaman, Alquran.

Bagikan ke Sekitarmu!
The Message of The Quran—Catatan Pendamping Quran dari Muhammad Asad, Sang Pemikir