Bukan rahasia bahwa gangguan terhadap kesehatan jiwa selalu dikesampingkan daripada gangguan dari kesehatan fisik. Mudah saja, kalau flu, datang ke dokter, konsultasi, meminta obat, kemudian sembuh. Bagaimana dengan masalah kesehatan jiwa? Apakah dapat semudah itu?

Di Indonesia terutama, mendatangi psikolog dan psikater seakan masih menjadi hal yang tabu untuk dilakukan. Mereka yang mengalami gangguan kejiwaan cenderung malu untuk datang ke sana karena mendatangi psikolog dan psikiater dianggap bahwa masalah kejiwaan mereka menjurus pada kegilaan. Pihak keluarga malah kadang lebih parah dalam menyiasati masalah ini. Orang yang memiliki gangguan kesehatan jiwa justru dikurung di dalam rumah—beberapa contoh kasus, pihak yang dianggap terganggu jiwanya malah dipasung!—dibiarkan sendiri, dipisahkan dan tidak diperbolehkan bersosialisasi.

stress

Jangan biarkan gangguan jiwa menghantui, bahkan berakhir bunuh diri (ilustrasi dari pexels.com)

Betul bahwa gangguan kejiwaan tidak mudah terlihat seperti gangguan kesehatan fisik. Orang yang mengalami gangguan kejiwaan dapat terlihat baik-baik saja secara fisik. Akan tetapi, jika ada anggota keluarga, sahabat, orang terdekat yang sekiranya memiliki tanda-tanda terdapat masalah pada kejiwaannya yang dapat bermula dari stres dan depresi sampai muncul niatan untuk mengakhiri hidup dengan jalan bunuh diri, mohon lakukan tindakan ini. Segera. Apa yang kamu lakukan dapat menyelamatkan jiwa mereka.

1. Deteksi dini, lakukan pendekatan

Mungkin ini tidak mudah dilakukan, seperti yang sudah diungkap sebelumnya, penyakit kejiwaan tidak mudah dilihat secara fisik. Akan tetapi, ketika merasa ada sikap yang berbeda dari biasanya, segera lakukan pendekatan. Misalnya, temanmu sering terlihat murung, dekati dan tanyakan apakah ada masalah yang sedang dihadapi.

2. Jangan biarkan mereka sendiri pun merasa sendirian

Sebuah kesalahan besar membiarkan orang yang sedang mengalami masalah kejiwaan yang cukup besar dengan membiarkannya seorang diri. Dampingi, berikan motivasi jika ia membutuhkannya. Hal yang utama adalah tidak membiarkannya sendirian serta tidak membuatkannya merasa sendiri untuk masalah yang dihadapi.

3. Dengarkan, jangan menghakimi

Ketika ia bercerita tentang masalah yang dihadapi, sekecil apa pun, sesepele apa pun masalah tersebut dalam pikiranmu, jangan sekali-kali menghakimi. Kamu tidak pernah tahu bagaimana sebuah masalah yang kamu anggap sepele mampu menguatkan keinginannya untuk mengakhiri hidup dengan segera. Penghakimanmu dapat saja membuat ia semakin tertekan dengan masalahnya. Dengarkan saja. Kadang, yang dibutuhkan oleh mulut hanya telinga yang setia, dan itu sudah lebih dari cukup.

4. Memberi dukungan positif

Memberi dukungan positif tidak melulu harus dengan kata-kata motivasi dari motivator ahli. Selain mendampingi dan mendengarkan curahan hati mereka, kamu dapat juga mengarahkannya pada kegiatan sosial yang positif, misalnya. Selain itu, ajak temanmu yang sedang gundah dengan masalah yang dialaminya dengan melakukan kegiatan yang sekiranya dapat membangkitkan semangatnya. Jalan-jalan ke taman ria, berbelanja, apa pun.

5. Mendorong untuk mendapat bantuan dari pihak profesional yang sesuai

Penting untuk menghilangkan stereotip bahwa ke psikolog artinya seseorang itu gila. Pertanyaannya sekarang, mengapa harus menunggu gila dulu baru mendatangi pihak ahli? Masalah depresi berat dapat berawal dari stress atau depresi ringan yang dibiarkan berlarut-larut tanpa penanganan yang tepat. Berikan pengertian pada orang-orang terdekatmu yang sedang mengalami masalah kejiwaan bahwa mendatangi pihak professional seperti psikolog adalah tindakan yang paling tepat.

kontak yang dapat dihubungi jika diperlukan (sumber: RapplerID)

Masalah kesehatan jiwa adalah masalah yang serius. Jangan anggap remeh. Jika kamu peduli, kamu akan membantu menyebarkan informasi ini.

(artikel ini diolah dari berbagai sumber dan pernah ditulis untuk memperingati hari Kesehatan Jiwa Sedunia) 

[Hanung W L/ Copywriter Mizanstore]

Bagikan ke Sekitarmu!
Meluruskan yang Salah Kaprah: Punya Masalah Kejiwaan Bukan Berarti Gila