Kita merasa nyaman di tempat di mana kita saling mengerti satu sama lain, bukan berada di tempat di mana rumah kita berada.” – Christian Morgenstern

Mungkinkah seseorang menganggap suatu daerah yang bukan tempat asalnya sebagai kampung halaman ? Inilah yang dialami Stefano Romano. Sebagai seorang fotografer, pergi ke tempat-tempat yang jaraknya ratusan atau ribuan kilometer jauhnya adalah hal biasa. Namun Indonesia, negara yang baru dikunjunginya dua kali ini, menempati tempat tersendiri di hati Stefano.

Melalui lensa kameranya, Stefano melihat cahaya unik di segala hamparan bumi Indonesia.  Ketika itu, tahun 2011 Stefano memijakkan kakinya di tanah Sunda, dan sejak saat itu pula Ia tak hentinya mendengarkan lagu Sunda. Ketika mendengarkannya, meskipun Ia tak mengerti bahasa dari setiap liriknya, Ia merasakan dirinya di kehidupan terdahulu adalah seorang anak kecil yang berlarian di sawah di satu kota yang pernah dikunjunginya. Entah di Bandung, di tanah Banten, atau Karawang.

Tampak tak masuk akal memang, tapi itulah yang Ia rasakan. Wajah anak-anak, yang meneriakinya “Bule masuk kampung” dan orang-orang teman mengobrol yang juga objek potretnya bahkan mengatakan “Kamu bagian dari Kami”, merupakan pujian terbaik yang Ia rasakan.

kampungku-indonesia

Kehidupan di kampung, adalah sesuatu yang dirinya sukai. Ia percaya bahwa di kampunglah terdapat jiwa sejati orang Indonesia dengan segala interaksi-interaksi dan atmosfer di dalamnya. Semuanya itu, Ia tuangkan dalam karya fotografinya yang dikemas dalam Kampungku Indonesia.

Setiap foto-fotonya merekam denyut kehidupan masyarakat kampung Indonesia dan memancarkan cinta yang dirasakannya kepada orang-orang yang tinggal di sana, terutama pada anak-anak dan kaum wanita di kampung. Inilah wajah-wajah yang dihasilkan cahaya kamera Stefano, wajah Kampungku Indonesia.

 

Bagikan ke Sekitarmu!
Menikmati Cahaya Indonesia Dalam Lensa Stefano Romano