“Untuk kamu yang memutuskan untuk memiliki buku ini, aku berharap, apa pun yang aku tuliskan di sini, bisa membantu mengobati luka hati dan patah hatimu. Patah hatilah, menangislah, tapi berjanjilah untuk bangkit menjadi yang paling kuat.”—Dwitasari

Dalam hidup, kamu akan dipertemukan dengan banyak orang. Banyak, banyak sekali. Kemudian alam akan memutuskan satu di antara mereka akan dekat denganmu. Akan tetapi, apakah dengan begitu, kamu yakin dialah yang akan menjadi pendampingmu selama-lamanya?

Barangkali, selama-lamanya adalah waktu yang terlalu lama. Terlebih, apabila pertemuanmu dengannya hanya perlu waktu yang singkat. Kalian kemudian memutuskan untuk menjadi lebih dekat dari teman, lebih intim daripada sahabat.

Kisah percintaan memang selalu manis apalagi jika dibumbui dengan pertengkaran kecil yang berakhir dengan pelukan saling memaafkan. Akan tetapi, bagaimana jika suatu saat semua harus berhenti dengan kalimat “maaf, semuanya harus berakhir”?

Setelah dia pergi, semua menjadi berat karena kini, kamu harus melalui jalan yang sama, mengunjungi tempat makan yang sama, memandang senja yang sama, tapi kini, kamu sendiri tanpanya. Kamu barangkali merasa dunia terlalu jahat membuatmu menopang ini semua sendirian, tapi kamu bisa apa? Semua telah terjadi, dan sungguh ini saatnya kamu menjalani semua sendiri.

nangis

free images from pixabay.com

Satu hari tanpanya, kamu tersedu-sedu dalam air mata.

Dua hari tanpanya, kamu masih menyalahkan mengapa keadaan membiarkan dia meninggalkanmu saat kamu sedang cinta-cintanya? Semua ini tidak adil bagimu! Kamu, masih menangis sesegukan, semalaman.

Tiga hari tanpanya, kamu menatap ponselmu, berharap ia mnghubungimu lebih dahulu. Tidak ada pesan masuk hari ini, dan berhari-hari setelahnya.

Sembilan puluh delapan hari tanpanya, doamu masih tetap kamu arahkan padanya. Air matamu masih tetap jatuh untuknya, meskipun air matanya barangkali tak pernah jatuh untukmu.

Kamu kemudian mencari cinta baru, berharap dia bisa menjadi pengganti mantan kekasihmu yang pergi. Apakah semua itu adalah tindakan yang tepat sedangkan kamu masih berharap banyak kepada mantan kekasihmu?

Kamu menjalin hubungan baru. Berusaha membuka hati untuk orang baru. Kemudian menderita lagi. Sakit hati lagi. Menangis sejadinya lagi. Tetapi, hanya pada mantan kekasihmu kamu mau membagi semuanya.

Pada suatu titik kamu mulai lupa. Hatimu tak mau terbuka untuk cinta dan segala macam tentangnya. Toh, pada akhirnya hidup terus berjalan meskipun cinta tak lagi kamu pandang. Sudah kamu kemasi semua air mata dan kenangan dalam kotak berisi sisa-sisa tentangnya.

Fotonya, barang pemberiannya, semua surat dan puisi yang pernah ia berikan padamu. Jaketnya yang tertinggal barangkali, yang selalu mengingatkanmu pada hangat peluknya pun masuk ke dalam kotak itu. Kotak kenangan itu. Kamu sudah siap untuk menjalani hidup baru tanpa bau-bau ingatan tentangnya.

Tiba-tiba, kamu mendengar pintu diketuk. Dia datang meminta hatimu kembali. Dia pulang, karena baginya kamulah rumah tempat ia harus kembali. Apa jawaban yang akan kamu beri?

(banner from pexels.com)

Bagikan ke Sekitarmu!
Aku, Setelah Kamu Pergi