Buku Rafilus memiliki banyak sisi menarik yang bisa dikuak. Sedikit akan dimuat dalam tulisan ini. Selebihnya, akan kamu ketahui ketika membacanya sendiri. Mari masuk ke dalam Rafilus. Pelan-pelan saja, karena alur dalam bukunya pun bergerak perlahan.

Unsur yang paling kentara dalam novel ini adalah latar. Segala jenis latar meliputi tempat, waktu, dan suasana, berkelebat satu per satu dalam tiap bab. Para tokoh di dalamnya, semua bergerak dalam latar yang perpindah-pindah dengan cepat oleh sebab alur yang bergerak maju dan mundur.

Latar tempat yang signifikan terpancar adalah Surabaya. Semua nama jalan, segala tempat dikunjungi oleh para tokoh, satu per satu mulai dari hingar bingar kota Surabaya hingga daerah-daerah terpencil yang kumuh dan tak terjamah. Jika kamu orang Surabaya atau orang yang tertarik mengenal Surabaya dari berbagai sisi, buku ini dapat jadi pilihan menarik.

Selebihnya, mari mulai masuk ke dalam cerita dan tokoh-tokoh yang bercerita dalam Rafilus.

Pendapat yang cukup menarik perhatian ketika membaca pendapat para penulis, kritikus sastra, dan sastrawan lain setelah membaca Rafilus cukup menarik perhatian. Salam satunya adalah kutipan Maman S. Mahayana yang menyatakan:

“Inilah novel pertama Indonesia yang nyaris sekali tidak menggunakan dialog.”

Ketika membaca tulisan itu, mungkin mampir di benak para (calon) pembaca, bagaimana cara para tokoh dalam cerita berinteraksi tanpa dialog? Bagaimana cerita-cerita dapat saling jalin-menjalin membentuk alur yang utuh tanpa para tokoh yang saling bercakap? Begitu banyak tokoh yang muncul dalam Rafilus dan nyatanya, setiap karakter diungkap dari mulut-mulut tokoh itu secara pribadi. Silakan baca untuk membuktikannya sendiri.

manusia besi

ilustrasi manusia besi (free image from pixabay.com)

Rafilus Si Manusia Besi

Cara agar seorang penulis dapat terinspirasi untuk menemukan tokoh-tokoh dalam cerita tentu berbeda. Berhubung tokoh Rafilus dalam novel Rafilus sangat unik bahkan terkesan “aneh” tentu pembaca dibuat bertanya-tanya, dari mana Budi Darma mendapat inspirasi untuk membuatnya?

Kaum musyrik: “Apakah kalau sudah menjadi tulang belulang dan hancur lebur, kami akan dibangkitkan sebagai makhluk baru?” Tuhan menjawab dengan tegas: “Ya kamu akan menjadi batu hidup atau besi hidup!” (Q.S. Al-Isra: 40—50)

Ayat di atas muncul sebagai permulaan, sebelum cerita-cerita dalam novel dimulai. Ayat ini yang barangkali menjadi salah satu sumber inspirasi terciptanya tokoh Rafilus. Bagaimana hal ini dapat diketahui? Semua berasal dari cerita salah satu tokoh dalam cerita Van der Klooning.

Singkat cerita, Van der Klooning adalah orang Belanda yang tinggal di Surabaya (atau setidaknya begitulah yang dijabarkan oleh Munandir). Ia dikenal sebagai orang yang jahat sekaligus menarik perhatian Opas Pos, Munadir. Setiap kali ditugasi mengantar surat ke rumah Van der Klooning, ia takut sekaligus sangat penasaran untuk masuk dan melihat sosok Van der Klooning. Begitu terus berlangsung setiap hari sampai pada suatu hari Munadir mendapat kesempatan untuk bercakap langsung dengan Van der Klooning.

Seperti yang ia bayangkan sebelumnya Van der Klooning memang orang yang jahat budi. Ia tidak pernah meminta, tetapi selalu memerintah. Memaksa seseorang dengan terpaksa dan apabila orang tersebut melaksanakan sesuai dengan keinginannya, maka ia akan kecewa. Begitulah Van der Klooning digambarkan sebagai sosok yang tidak pernah puas.

Yang paling menarik dari sosok Van der Klooning adalah kejahatannya terpancar dari tubuhnya. Munadir mengatakan bahwa seolah-olah bagian tubuh Van der Klooning bukanlah segumpal daging selayaknya manusia pada umumnya, melainkan sebagai sebongkah besi yang hidup. Munadir mengaku melihat dengan gamblang ketika tangan Van der Klooning mengulurkan uang dan dia berani bersumpah bahwa tangan itu terbuat dari besi. Mengerikan!

Seolah-olah Van der Klooning adalah reinkarnasi dari orang-orang musyrik terdahulu yang kini kembali dalam kehidupan dalam bentuk manusia besi—begitu pula dengan Rafilus. Bedanya, Rafilus tidak sadar bahwa ia terlahir sebagai seorang perusak yang jahat karena ia tidak pernah bermaksud melakukan kerusakan, seperti Van der Klooning melakukannya dengan sadar.

Itulah Rafilus, tokoh yang dituliskan melalui suara Tiwar. Itulah Rafilus, manusia besi yang menurut Tiwar tidak akan pernah bisa mati bahkan jika dilindas kereta sekalipun. Akan tetapi, Rafilus adalah Rafilus dan berdasarkan kehendak pencerita sedari awal bermula, Rafilus mati—bahkan lebih dari sekali.

“Rafilus mati dua kali. Kemarin dia mati. Hari ini, tanpa pernah hidup kembali, dia mati lagi.”—Budi Darma.

Bagikan ke Sekitarmu!
Rafilus Si Manusia Besi yang Mati Dua Kali