Desain tanpa judul (1)

Writer of The Month: Ernest Prakasa

Multitalented, itulah Ernest Prakasa. Terkenal lewat stand up comedy, kini ia melebarkan sayapnya dan berkarier di berbagai bidang. Membuat film, bermain film, dan menulis buku pun sudah dijalaninya. Seperti apa Ernest yang lucu ketika menulis sebuah buku?

Ngenest, Ngenest 2, dan Ngenest 3 adalah jajaran judul buku yang sukses yang apik ditulis Ernest. Tak ayal, buku-buku tersebut pun menjadi best seller karena laris di pasaran. Buku terbarunya Setengah Jalan, bahkan sampai membuka Pre-Order tahap kedua saking larisnya! Buku terbarunya itu sudah laris dipesan bahkan sebelum sampai di toko buku. Mari kenal lebih dekat dengan Ernest Prakasa melalui wawancara eksklusifnya dengan mizanstore seputar kariernya dan tentu, tentang buku terbarunya: Setengah Jalan.

Mengapa memilih menekuni stand up comedy, dibandingkan bidang yang lain?

Mulai dari stand up comedy, ya. Sebenarnya awalnya nggak sengaja, iseng-iseng. Waktu lihat iklan stand up comedy, 2011 waktu itu, saya langsung daftar. Dari sana lah sebenarnya jalan untuk profesi-profesi lain  terbuka. Di bidang komedi yang aku jalani ini, aku memulai karier lain juga seperti nulis buku, nulis skenario, main film, dan lain sebagainya. Jadi bisa dikatakan juga kalau stand up comedy sebagai basic, atau sebagai ilmu dasar yang aku pelajari tapi sampai sekarang ternyata bisa berkembang ke bermacam-macam bidang lainnya.

Biasanya untuk bahan stand up comedy dari mana?

Bahan stand up comedy biasanya dari pengamatan kita terhadap berbagai hal di sekitar kita atau bisa juga pengalaman hidup kita. Intinya, kalau stand up comedy, tuh, diajarin untuk cerita dengan jujur apa pun yang kita ceritakan. Ceritakan dengan jujur, apa pun itu. Jadi, semakin kita jujur semakin kita, semakin bisa bikin penonton merasa dekat dengan kita. Penonton bisa menikmati cerita yang kita ceritain karena tidak terkesan mengada-ngada. Tidak terkesan dicari-cari cuma biar lucu, gitu. Tapi memang, cerita ini memang ingin diceritakan dengan tulus.

Selain stand up comedy, Ernest juga kan sukses dalam membuat film dan juga menulis buku, ada nggak sih tips yang bisa diberikan untuk sukses di berbagai bidang seperti itu?

Ya, yang pasti sih kalau mau berhasil dalam bidang yang dilakukan, sih, salah satu hal yang penting untuk diingat adalah jangan cepat puas. Biasanya kita tuh mudah merasa bangga atau mudah merasa puas dengan pencapaiannya yang sudah kita raih. Akan tetapi, sebenarnya kalo dipikir lagi masih banyak yang bisa kita raih. Jadi, ya, kalau kita merasa cepat puas, baru mendapatkan sesuatu yang belum seberapa, tetapi sudah merasa jago, sudah merasa tidak perlu belajar lebih banyak lagi, pasti akan mentok. Beda halnya ketika kita terus merasa bahwa kita masih perlu berkembang, perlu belajar lebih banyak lagi, ya, maka kita juga akan terus maju.

Dalam buku Setengah Jalan ini, pesan apa sebenarnya ingin disampaikan oleh Ernest kepada pembaca?

Jadi sebenarnya buku ini berangkat dari keresahanku yang tahun 2017 ini menginjak usia 35 tahun. Usia 35 ini menurutku usia Setengah Jalan, dari 35 menuju 40 tahun. Nah, usia kepala 3 dan kepala 4 ini menurutku adalah dua alam yang berbeda. Kepala 3 itu masih bisa dianggap masih muda, tetapi begitu sudah kepala 4, kayanya udah berasa tua banget, image-nya, gitu. Selain itu, 35 ini juga setengah jalan menuju 70 yang adalah life expectancy atau orang Indonesia rata-rata hidupnya sampai 70 tahun. Jadi, ya, buku ini sebenarnya adalah refleksi perjalanan separuh hidupku, kira-kira begitu.

Di dalam buku ini, adakah sisi lain yang dari Ernest yang perlu diketahui khalayak dalam buku Setengah Jalan ini?

Ada. Bisa dibilang, ini adalah buku yang paling serius yang pernah aku tulis. Tentu masih ada kelucuan dari segi bercanda-bercandanya, dari segi jokesjokes-nya tentunya ada, banyak. Akan tetapi, ada beberapa bab yang muatannya terbilang cukup serius.

Kenapa dibuat demikian? Karena aku suka nge-vlog sama keluarga. Kemudian, ketika diunggah ke Instagram, kadang-kadang bukan hanya satu dua yang bertanya, tetapi banyak juga yang bertanya dan minta tips parenting. Tips mengurus anak kecil atau tips membesarkan anak di era digital seperti sekarang.

Nah, tentunya hal-hal seperti itu nggak bisa di-share melalui media sosial. Agak susah karena mediumnya terlalu pendek, misalnya untuk di-share lewat tweet atau caption Instagram. Akhirnya, aku memutuskan untuk menjabarkannya lewat buku ini.

Menurutku buku ini adalah media yang pas. Dia bisa komprehensif dan orang bisa membaca berulang-ulang kalau mereka mau. Jadi, semoga ini akan jadi salah satu bagian yang bermanfaat, terutama untuk pasangan muda di luar sana.

Nah, di dalam buku ini kan banyak juga bercerita tentang keluarga, tuh, jadi sebenarnya seberapa penting, sih, arti keluarga menurut Ernest?

Yang terpenting sih, kalau menurutku. Pekerjaan itu mah nomor dua, dan yang lain-lainnya juga. Misalnya begini, walau sesukses apa pun aku bikin film dan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, tetap  saja aku nggak akan mau bikin lebih dari satu dalam setahun. Kenapa? Karena itu akan terlalu menyita waktu. Aku nggak akan punya waktu lagi untuk keluarga, kalau misalnya aku memutuskan untuk membuat 2 film dalam setahun.

Jadi, buatku keluarga menjadi hal yang terpenting. Apa pun yang aku lakukan itu menyesuaikan dengan kebutuhan keluarga. Pokonya bagiku, seluruh waktu dan perhatianku hanya untuk keluarga.

Apakah semua yang sudah dicapai selama setengah perjalanan ini dalam kehidupan Ernest udah bisa disebut sukses, setidaknya menurut Ernest secara pribadi?

Ya, sebenarnya, aku nggak pernah menyangka akan bisa sampai pada titik ini. Aku sangat bersyukur bisa sampai pada prestasiku yang sekarang ini, tentu. Akan tetapi, aku juga tidak mau cepat puas karena kalau cepat puas nanti bisa jadi stagnan, terus jadi monoton. Nggak ada perkembangan, gitu. Jadi sekarang aku selalu berusaha menyakinkan diriku sendiri bahwa ini baru awal. Masih banyak ruang untuk bertumbuh, masih banyak hal yang belum aku pelajari. Aku selalu bersyukur sudah bisa sampai pada titik ini, tetapi aku selalu semangat untuk terus belajar hal-hal baru.

Sebelum berkarier di stand up comedy, apa sih sebenarnya cita-cita Ernest?

Apa, ya. Sebenarnya, dari dulu aku nggak pernah benar-benar punya cita-cita yang gimana, gitu. Semuanya mengalir saja. Ngalir dalam hal ini maksudnya misalnya, waktu kuliah dulu iseng-iseng melamar menjadi penyiar radio dan diterima. Ya sudah, aku mulai siaran. Selama kurang lebih 4 atau 5 tahun aku berkarier di radio. Selain itu, karena bekerja di radio, aku juga dekat dengan orang-orang dari industri rekaman atau recording industry. Akhirnya, dari sana aku mulai bekerja di label. Begitulah, semua mengalir saja. Nggak pernah punya sesuatu yang terlalu dikejar banget, gitu.

Terakhir, ada pesan dan kesan untuk pembaca buku Setengah Jalan?

Yap, pesannya, terima kasih banyak untuk kamu yang sudah meluangkan waktu untuk membaca buku Setengah Jalan, baik yang beli maupun minjem. Pokoknya terima kasih sudah meluangkan waktu untuk baca. Semoga apa yang aku tulis menjadi bermanfaat buat semua. Bukan cuma menghibur, bukan cuma bikin ketawa karena komedi, tetapi juga bisa memberikan sesuatu yang lebih. Sesuatu yang bisa jadi bahan pemikiran dan bisa berdampak positif bagi kehidupan temen-temen semua.

Terima kasih, Ernest Prakasa! Sukses terus dalam berkarier, ya. Untuk kamu yang belum punya buku Setengah Jalan, yuk koleksi segera. Tersedia di mizanstore, lho.

[Hanung W L/ Copywriter Mizanstore]

Bagikan ke Sekitarmu!
Writer of The Month: Ernest Prakasa