Bagaimana cara millennial mengungkapkan cinta? Dengan bunga, coklat, atau segala hal yang serba berwarna merah muda? Tahukah kamu bahwa di pulau Jawa, simbol romantika cinta berawal dari kisah batik truntum?

Alkisah, tersebutlah Ratu Kencana yang jatuh cinta kepada Sunan Pakubawana III Surakarta Hadiningrat. Pada suatu hari, Ratu Kencana merasa ditinggal oleh Sunan Pakubawana III karena kesibukannya di kerajaan dan hadirnya para selir baru.

sogan-truntum-01-670x250

motif batik truntum (image from https://rantingkemuning.files.wordpress.com)

Ratu Kencana menuangkan rasa kesepian, kegalauan dan cinta kasihnya kepada Sang Sunan, melalui taburan bintang dalam kanvas langit malam dan bunga tanjung yang digambarkan menjadi kain batik truntum. Ketika Sang Sunan melihat Ratu Kencana sedang membatik di bawah langit malam yang penuh bintang, penuh semilir angin malam yang membawa harum bunga tanjung, Sang Sunan kembali jatuh hati dan jatuh cinta pada Ratu Kencana.

Hingga kini, motif batik truntum menjadi sebuah perlambangan atas rasa cinta kasih, kesetiaan dan keharmonisan dalam sebuah hubungan insan manusia. Motif batik truntum ini seringkali digunakan dalam upacara pernikahan adat Jawa.

Mengenal Batik Lebih dari  Sebelumnya

Lebih dari itu, batik juga dijelaskan bukan sekadar seni visual seadanya. Lebih dari itu, seperti review yang ditulis oleh Sari Novita (dalam sarinovita.com) dipaparkan bahwa batik adalah harmoni dan keseimbangan demi mengisi kekosongan dan kehampaan. Jika mengerti soal proses membuat batik, saya yakin paham dari balik filosofi “mengisi kekosongan dan kehampaan”. Jika masih ditemukan ruang kosong pada elemen batik, pengisian ornamen-ornamen kecil pun dilakukan agar tercapainya harmonisasi total dari batik.

membatik_by_nakysa06

ilustrasi proses membatik (image by nakysa06)

Muncullah sebutan “Fraktalista” dari Benoit Mandelbrot (1924—2010) yang menolak disebut matematikawan. Fraktalista berasal dari kata ‘Fraktal” yang mengandung simetri  sifat “kemiripan pada diri sendiri”, karakter pola geometris yang merupakan kenyataan di alam semesta.

Luar biasa betapa apa yang kita kenakan ternyata menyimpan sejarah yang begitu panjang. Baru dari batik saja, masih banyak hal yang belum kita ketahui. Bagaimana dengan situs-situs megalitikum? Bagaimana dengan Borobudur yang dapat dibangun dengan sebegitu megahnya padahal di masa lampau orang-orang masih menggunakan hitungan sederhana, bukan matematika kalulus serta komputasi yang seperti yang kita miliki saat ini?

Alam menyimpan misteri, manusia terus berusaha mengungkap hal-hal yang tersembunyi. Kita perlu tahu, oleh karenanya membaca Kode-kode Nusantara menjadi perlu.

[Hanung W L/ Copywriter Mizanstore]

Bagikan ke Sekitarmu!
Batik Truntum dan Kisah Cinta di Balik Pembuatannya