Fiersa Besari kini menjadi idola baru di kalangan anak muda. Buku-bukunya yang berjudul Garis Waktu (2016), Konspirasi Alam Semesta (2017), Catatan Juang (2018), Arah Langkah (2018), dan Albuk 11:11 (2018) sukses melambungkan namanya.
Karena kesuksesan atas buku-buku yang ditulisnya, tak jarang ia mendapatkan pertanyaan dari banyak orang tentang “Kiat atau Cara Menulis Naskah?”. Mau tahu apa saja? Berikut bocorannya.
1. Siapkan Notes dan Pulpen
Kalau kamu malas membawa notes dan pulpen, gunakan notes yang terdapat di ponselmu. Mengapa penting? Menurut Fiersa, tentu saja untuk menulis ide-ide liar yang didapatkan secara spontan, di mana pun, kapan pun, dan dari siapa pun. Karena ide spontan tersebut belum tentu kita ingat kembali nantinya. Maka, Fiersa mengingatkan untuk selalu catat langsung ide liarmu.
2. Pastikan Alasan, Konflik, dan Penyelesaian Cerita Matang
Bangun konflik dengan alasan yang jelas dan siapkan solusi atas konflik tersebut dengan matang. Menurut Fiersa Besari, kalau ketiga hal tersebut tidak kuat, pembaca tidak akan merasa terikat dengan cerita yang kita ciptakan.
3. Jangan Lupa Riset Tokohmu
Dalam menciptakan tokoh atau karakter. Buat latar belakang yang jelas. Contoh, misalkan ia seorang pembuat kopi, maka perdalam tentang kopi. Kamu bisa riset melalui internet, cerita orang terdekat, atau langsung pergi ke cafe-cafe untuk melihat sendiri.
4.Matikan Ponsel
Menurut Fiersa, ponsel sangat mengganggu saat kita mulai menulis naskah. Bayangkan saat kita lagi asyik menulis, tiba-tiba muncul pesan dari teman yang mengajak pergi jalan-jalan? Pasti, pikiran kamu akan buyar begitu saja kan? Jadi, matikan ponsel itu penting banget.
5. Cari Ruangan Sunyi
Secara tidak langsung dialog-dialog dari manusia lain, memecah konsentrasimu dalam menulis. Namun, kalau memang suasananya tidak memungkinkan, kamu bisa menggunakan earphone dan mendengarkan lagu-lagu instrumental. Kenapa? Karena musik juga dapat mengolah mood sehingga saat menulis bisa lebih netral dan tenang.
6. Jangan Memikirkan Apa yang Bagus dan Buruk
Menurut Fiersa, saat kamu lagi asyik membuat tulisanmu, maka, jangan pikirkan apa yang bagus dan buruk. Karena itu akan membuat kita berpikir untuk “duh! ganti saja deh ceritanya.” Padahal belum tentu cerita yang kamu anggap garing tersebut, tidak bagus. Bisa jadi, bagian tersebut merupakan jembatan menuju ke konflik atau bagian yang menarik dari ceritamu.
7. Berhenti Menjadi Editor untuk Dirimu Sendiri
Ketika kamu baru menulis 2-3 halaman, kamu ulang lagi membaca tulisanmu dan membenarkan setiap kalimat yang ada. Sebaiknya hal ini dihindari. Kenapa? Karena nantinya kamu akan merasa capek duluan dan timbulah rasa bosan. Padahal, yang benar adalah tulis dulu semuanya, masalah typo dan pemilihan diksi yang baik, bisa diperbaiki nanti.
8. Baca Ulang dari Awal Naskahmu
Nah, di tahap inilah baru kamu membaca dari ulang naskahmu. Perbaiki yang salah ketik, diksi yang kurang cocok, dan sebagainya. Paling penting menurut Fiersa Besari, cari plot yang masih bisa dipatahkan oleh orang lain, atau bahasa kerennya ‘plot hole’.
9. Tutup Naskahmu untuk Proses Pengendapan
Kalau bagi Fiersa Besari, proses pengendapan naskahnya sendiri bisa 3 bulan sampai bertahun-tahun, namun tiap orang berbeda-beda. Proses pengendapan ini maksudnya apa sih? Maksudnya adalah, kamu tidak membaca naskahmu selama beberapa waktu. Karena dari sini, kamu bisa menemukan banyak hal menarik yang mungkin akan memperkaya naskahmu, entah itu alurnya, tokohnya, atau diksinya.
10. Jangan Malu untuk Membacakan ke Orang Lain
Bacakan beberapa dengan suara yang lantang di depan teman-temanmu. Mengapa? Karena hal itu akan membuat kita sadar mana dialog dan monolog yang masih terasa aneh.
Nah, itu dia beberapa rahasia yang dibocorkan Fiersa Besari dalam unggahan di video youtubenya. Satu hal yang harus diingat adalah
Kalau banyak yang suka, jangan berhenti belajar karena pujian. Kalau banyak yang tidak suka, jangan berhenti belajar karena makian
-Fiersa Besari-
Sumber: youtube/FiersaBesari
Awita Ekasari/Mizanstore