Penasaran ke mana perginya sampah-sampah yang kita buang? Mereka sebenarnya masih berada sangat dekat dengan kita, di sini, di Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat. Tempat ini adalah tempat pembuangan sampah terbesar di Bekasi, juga sekaligus menjadi Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Terbesar di Indonesia. Tahukah kamu bahwa di sana juga ada kehidupan? Di antara gunungan-gunungan sampah, ada warga yang menjadikannya tempat tinggal dan mencari nafkah.

potret kampung pemulung di TPSP Bantargebang (gambar dari merdeka.com)

Beberapa dari kita mungkin tidak menyangka bahwa di Bantargebang ada begitu banyak keluarga yang tinggal. Menurut liputan Merdeka.com, setidaknya ada 10 sampai 11 KK (Kepala Keluarga) yang mendiami satu kompleks pemukiman yang dikepalai oleh satu bos pemulung. Selanjutnya, Tribunnews.com menyebutkan angka bahwa setidaknya ada 3.000 keluarga yang tinggal dan menjadikan Bantargebang sebagai ‘rumah’ mereka.

Selanjutnya, setiap hari setiap harinya sampah yang masuk ke TPST Bantargebang adalah 6.500 ton. Itu sampah dari seluruh wilayah Jakarta. Sebanyak 2.000 ton sampah perharinya dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dan kompos dan 2.000 ton lainnya dimanfaatkan untuk proyek bersama Pertamina dan Solena. Setidaknya, itulah catatan yang bisa diberikan dari Kompas.com dan Wikipedia mengenai TPST Bantargebang.

potret kehidupan masyarakat Bantargebang yang diabadikan media internasional (gambar dari dailymail.co.uk)

Miris memang melihatnya. Betapa manusia sanggup hidup dan menetap di Bantargebang, bekerja sebagai pemulung, demi melanjutkan kehidupan. Bantargebang dan seluruh kehidupan yang ada di dalamnya, telah menjadi sorotan di mana-mana.

Cerita mengenai Bantargebang ini juga menjadi salah satu inspirasi penulis kenamaan di Indonesia, Dee Lestari. Bantargebang menjadi salah satu latar untuk cerita terbarunya dalam buku Aroma Karsa. Secara khusus Dee Lestari betul-betul mendatangi langsung Bantargebang demi merasakan sendiri pengalaman yang mungkin tidak akan ia lupakan seumur hidupnya. Berikut salah satu potret yang diunggahnya melalui akun Instagramnya pada 12 Desember 2017, lalu.

Dee Lestari di Bantargebang (foto dari instagram.com/deelestari)

“Riset #AromaKarsa berikutnya membawa saya ke TPA Bantar Gebang. Di sinilah sebagian setting cerita Aroma Karsa akan mengambil tempat. Thanks to Sano @junerosano dari @greenerationid dan @waste4change yang amat mengenal kehidupan di TPA Bantar Gebang, saya ditemani bertemu dengan pemulung, penadah, penduduk, Dinas Lingkungan (swipe for pics). Kami berjalan dari zona ke zona hingga mendaki puncak bukit sampah yang bisa menjulang 30 meter dari permukaan tanah. For a first timer, it was a sensorially overwhelming experience, and also a very valuable and unforgettable one. Perjalanan ini menjadi salah satu kanvas terpenting bagi #AromaKarsa,”—tulis Dee dalam takarir gambar (caption) foto yang diunggahnya pada 12 Desember 2017.?

Dari sana, lahirlah tokoh bernama Jati Wesi si Hidung Tikus yang akan mengajak kita pada petualangan seru dalam Aroma Karsa. Siapa Jati Wesi? Petualangan seru seperti apa yang hendak ditawarkannya? Semua akan kita ketahui jika sudah membaca Aroma Karsa.

Petualangan semacam apa yang dimulai dari tempat pembuangan sampah terbesar di Indonesia itu? Petualangan yang tentu sangat menarik untuk disimak! Semua ada dalam Aroma Karsa yang sebentar lagi dapat segera kamu milik edisi cetaknya!

(artikel ini diolah dari berbagai sumber dengan penyesuaian)

[Hanung W L/Copywriter Mizanstore]

 

Bagikan ke Sekitarmu!
Kehidupan di Bantargebang, Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Terbesar di Indonesia