Karya ini mungkin menjadi salah satu karya terbaik dari Fyodor Dostoyevsky sepanjang kariernya dalam dunia kepenulisan. Kisah yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, kini telah sampai dalam bahasa Indonesia yang bisa dinikmati dengan judul Kejujuran Seorang Maling.

Nama itu mungkin terdengar asing bagi pembaca Indonesia. Akan tetapi, tahukah kamu bahwa Fyodor telah sejak lama mewarnai dunia melalui cerita-ceritanya yang menarik. Ia lebih sering mengarahkan latar cerita dramatis tentang kehidupan dan lebih dalam mengenai eksistensialisme manusia.

Kejujuran Seorang Maling. Dari judulnya saja, mungkin akan membuat kita bertanya-tanya, bagaimana mungkin seorang maling dapat berlaku jujur? Bahkan bukankah untuk mendefinisikan kata maling itu berarti ‘orang yang mengambil milik orang lain secara sembunyi-sembunyi’? Mana mungkin ia berlaku jujur, bukan?

ilustrasi pencuri/maling (image from pixabay.com)

Dikemas dalam cerita berbingkai, Kejujuran Seorang Maling ini akan membawa kita masuk dan berpikir lebih dari apa yang sudah kita baca. Semisal salah satunya, bahwa tentu, di luar nalar kita pada stereotip umum, seorang maling dapat berlaku jujur.

Semua bermula saat Astafy Ivanovitch mendapatkan tempat tinggal baru di rumah seorang tuan tanah penyendiri. Tuan yang sampai akhir tidak disebutkan namanya selain dengan sebutan “tuan” itu hanya tinggal berdua dengan Agrafena, pengurus rumahnya. Bergabungnya Astafy Ivanovitch dalam rumah membawa suasana baru yang diharapkan sang tuan, mampu menghasilkan keramaian yang lebih menyenangkan.

Sesuai harapan Astafy Ivanovitch ternyata seorang pencerita yang ulung. Di usianya yang terbilang senja, ia telah mengenyam berbagai pengalaman dari perjalanan hidupnya yang panjang. Setiap hari, ada saja kisah yang diceritakan Astafy Ivanovitch.

Singkat cerita, terjadi sebuah kejanggalan di rumah itu. Ada seorang pencuri—atau sebut saja maling—yang datang dan mencuri mantel sang tuan. Kejadian ini terjadi sekelebat saja. Hal yang menarik dari kejadian ini justru sang pencuri datang dengan santai dan di rumah tersebut semua penghuni dapat melihat kejadiannya dengan mata telanjang, tanpa sedikitpun usaha perlawanan. Pencuri itu dapat dengan mudahnya, mengambil mantel, dan pergi tanpa para penghuni rumah sempat menyadari apa yang baru saja terjadi.

Dari sanalah bermula kisah berbingkai ini. Kejadian tersebut membuka memori Astafy Ivanovitch tentang kisah sang Maling yang jujur itu. Seseorang yang juga pernah mengambil barang miliknya, tetapi seseorang itu yang sudah sangat ia percaya. Bukankah sedih mengetahui bahwa orang yang begitu kita percaya dapat dengan mudahnya menghilangkan kepercayaan yang kita berikan begitu saja? Tetapi, ternyata ada yang lebih penting dari itu. Lebih penting dari sekadar barang yang hilang, kepercayaan yang hilang. Ialah kepentingan untuk menghilangkan rasa sakit hati tatkala sang pencuri telah sampai di ujung usianya yang kemudian mengakui kesalahannya.

“Perhatian Dostoyevsky terpusat pada manusia, ia memahami sifat dasar, kondisi kejiwaan, cara hidup. perasaan, dan pikiran manusia.”

—Nikolai Strakhov, kritikus

Masih ada 5 kisah lain dalam Kejujuran Seorang Maling dan persoalan kemanusiaan lainnya yang tak kalah menarik untuk disimak. Dan jika kamu bertanya, Dostoyevsky telah mulai bicara mengenai hal yang masih relevan hingga kini sejak 1847 silam.

[Hanung W L/Copywriter Mizanstore] 

Bagikan ke Sekitarmu!
Kejujuran Seorang Maling dan Kisah Lainnya