Tahu novel Bumi Manusia? Kalau tahu, pastinya tahu juga dong dengan penulisnya? Ya…Pramoedya Ananta Toer atau yang biasa dipanggil Pram ini adalah salah satu sastrawan Indonesia lintas generasi. Beragam buku yang ditulisnya selalu berhasil mencuri perhatian bahkan sampai kontroversi karena sempat dilarang peredarannya kala itu. Namun, biarpun bukunya sempat dilarang dan sosoknya menjadi kontroversi, nyatanya Pram mampu membuktikan pada dunia bahwa ia adalah sosok penulis yang patut diperhitungkan hingga mendapat penghargaan di mancanegara lho! 

Lantas, apa saja yang sudah Pram lakukan? Bagaimana kisahnya? Ini dia selengkapnya. 

 

Karier

Pramoedya Ananta Toer lahir di Blora, 6 Februari 1925, ia adalah putra sulung dari seorang kepala sekolah Institut Budi Oetomo. Pram tercatat pernah bersekolah di institut tersebut. Setelah tamat dari Boedi utomo, ia kemudian bersekolah di Sekolah Teknik Radio Surabaya selama 1,5 tahun di 1940 hingga 1941. Tahun 1942, Pramoedya kemudian berangkat ke Jakarta dan bekerja sebagai juru ketik di Kantor berita Jepang bernama ‘Domei’ (LKBN Antara, Jakarta) pada saat masa kependudukan Jepang di Indonesia. 

Bukan itu saja, Pram juga pernah bekerja sebagai Reporter dan Editor untuk Majalah Sadar di tahun 1947, Editor Japanese-Chinese War Chronicle di Domei, Editor di Departemen Literatur Modern Balai Pustaka di tahun 1951-1952 dan Editor rubrik budaya di Surat Kabar Lentera, Bintang Timur di tahun 1962-1965. 

 

Buku

Total ada 50 buku yang sudah ditulisnya dan semuanya sudah diterjemahkan ke dalam 41 bahasa asing, seperti Tetralogi Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca), Arus Balik (1995), Arok Dedes (1999), Mangir (1999), Larasati (2000), Cerita Calon Arang (1957), Hoakiau di Indonesia (Chinese of Indonesia) (1960), Panggil Aku Kartini Saja I & II (“Just Call Me Kartini I & II”) (1962), dan sederet lainnya. 

Faktanya lagi, novel Bumi Manusia telah diterjemahkan ke dalam 31 bahasa dan lebih dari 10 kali cetak ulang lho! Wah hebat banget yaaa? 

Bercerita tentang  perjuangan pribumi melawan keadilan, kebenaran, cinta sampai hak asasi di zaman penjajahan (Belanda) yang dilakukan oleh seorang pria bernama Minke bahkan Bumi Manusia dan 3 seri lainnya sampai membawa sang penulis masuk ke nominasi Internasional Nobel Prize bidang kesusastraan. 

Tapi yang lebih mengejutkannya lagi, Tetralogi Buru memang banyak mendapat pujian dari berbagai negara, namun jangan salah, ternyata buku ini sempat dilarang peredarannya oleh Kejaksaan Agung lho! Kok bisa? Katanya, buku ini diduga berisi propaganda ajaran Marxisme, Leninisme, dan Komunisme di tahun 1980-1988-an. Selain itu, di masanya buku juga dianggap sebagai salah satu media yang sangat efektif untuk menularkan ide kepada masyarakat luas. Bukan hanya Tetralogi Buru, bukunya yang berjudul Hoakiau di Indonesia juga sempat dilarang peredarannya di tahun 1960-an karena diduga menyebarkan pandangan pro-komunis Tiongkok.

Tapi tenang saja, kini kamu sudah bisa membaca buku-bukunya secara bebas dan legal karena ternyata tidak ada satupun dari bukunya yang berisi tentang ajaran-ajaran tersebut. 

 

Penghargaan Internasional

Karena kepiawaiannya dalam menulis, tak heran jika Pram mendapat berbagai penghargaan, di antaranya Tahun 1988, mendapat Freedom to Write Award dari PEN American Center, AS, tahun 1995 mendapat penghargaan Ramon Magsaysay Award untuk Journalism, Literature, and Creative Communication Arts di Filipina, tahun 2004 mendapat Norwegian Authors Union Awards, tahun 2000 untuk penghargaan 11th Fukuoka Asian Culture Prize dan deretan penghargaan lainnya. 

 

Film

Begitu fenomenalnya novel Bumi Manusia hingga diterjemahkan ke berbagai bahasa dan dibaca hampir semua kalangan, alhasil membawa novel ini masuk dalam jajaran best seller dan juga dikenal hampir semua generasi termasuk millenial saat ini. 

Bahkan rumah produksi Falcon Pictures dipercaya untuk menggarap Bumi Manusia menjadi sebuah film utuh dengan durasi 3 jam lho! Dibintangi oleh Iqbaal Ramadhan sebagai Minke direncanakan Bumi Manusia akan tayang pada 15 Agustus 2019. 

Eits! Tapi bukan cuma Bumi Manusia, salah satu novelnya berjudul Perburuan juga diadaptasi menjadi film dan tayang bersamaan dengan Bumi Manusia. Dibintangi oleh Adipati Dolken sebagai Hardo (tokoh utama novel Perburuan) pastinya jangan sampai kamu lewatkan. 

Oh iya, ada baiknya sebelum nonton, coba deh buat baca dulu, biar nanti jadi tahu lebih detail.

Gimana? Hebat banget kan sosok sastrawan Indonesia yang satu ini. Walaupun sudah tiada, namun karya-karya beliau tetap abadi di hati para pembaca setianya. Bukan hanya itu, bahkan kita sebagai generasi millenial pun ikut merasakan bagaimana pemikiran-pemikiran Pram melalui tulisan-tulisan yang dibuat olehnya. Selalu menginspirasi! 

Awita Ekasari/Mizanstore

 

Bagikan ke Sekitarmu!
Sastrawan Abadi Lintas Generasi