Bagaimana caranya bertahan di zaman “now” yang begitu dinamis? Sustaining innovation (inovasi berkelanjutan) tak lagi efektif! Untuk bertahan kini yang dibutuhkan adalah disruptive innovation. Apakah itu?

Disruptive innovation ialah inovasi yang tidak sekadar mengubah bentuk, ukuran, dan desain, melainkan inovasi menyeluruh yang mengubah metode, cara kerja, bahkan produk yang tidak lagi relevan. Orang-orang lama yang sudah nyaman dengan masa lalu pasti akan kaget dengan perubahan ini. Karenanya, dibutuhkan para eksekutif yang mampu melakukan self disruption.

Rhenald Kasali melalui buku terbarunya Tomorrow is Today yang mengangkat mengenai masalah ini. Ia memaparkan bahwa untuk eksis dan terus menjadi leader di industrinya, perusahaan existing harus punya pola pikir yang sama, yaitu memindahkan masa depan ke hari ini. Secara tegas dikatakan, bahwa pemimpin yang visioner adalah pemimpin yang bisa membaca, mengeksploitasi, dan mengendalikan masa depan bukan pada hari esok, tapi pada hari ini. Tomorrow is today.

Enam Perangkap Era Disruptif

Rhenald mengingatkan, ada enam jenis perangkap yang bisa menyebabkan kegagalan sebuah perusahaan mengarungi era disruption sekarang ini, yang celakanya sering tidak disadari oleh perusahaan-perusahaan incumbents.

Pertama, success trap atau complacency trap. Ini perangkap paling berbahaya! Perusahaan tidak mampu menangkap sinyal-sinyal perubahan yang terjadi di pasar menjadi terlena dengan pencapaian tinggi yang dihasilkan sehingga merasa bahwa ia akan selalu menjadi juara dengan cara dan pengelolaan manajemen perusahaan yang sama.

Kita diingatkan: sukses adalah perangkap. Kenyamanan juga perangkap. Merasa (paling) hebat, juga perangkap. Perusahaan otomotif raksasa Amerika Serikat pada jamannya, Chrysler, adalah contoh perusahaan yang terperangkap success trap ini, selain juga Circuit City, Wallmart dan Blockbuster.

Kedua, competency trap. Perangkap ini hinggap pada perusahaan-perusahaan yang merasa memiliki core competency unggul, dan selama ini diyakini merupakan kompetensi di atas rata-rata dan terbukti mampu mengalahkan kompetitornya. Contoh, Carl Zeiss dengan lensa optikal-nya. Daikin dengan mesin pendingin ruangannya. Boeing atau Airbus dengan kemampuan membuat pesawatnya.

 

Judul ​​: Tomorrow is Today

Penulis ​: Rhenald Kasali

Penerbit​: Mizan

Terbit ​​: Oktober 2017

Tebal​​: xi + 390 halaman, 140 X 210 mm

 

Ketiga, sunk-cost trap. Ini merupakan jebakan dari biaya yang telah dikeluarkan. Oleh para pengambil keputusan yang buruk, perusahaan diputuskan tetap melanjutkan bisnis yang sama meski jelas merugi. Padahal juga, ketelanjuran mengeluarkan biaya atau investasi ini akan menciptakan pengeluaran-pengeluaran (biaya) yang tidak perlu ketika manajemen memutuskan untuk tidak menghentikannya. Kerugian yang makin besar menjadi keniscayaan.

Keempat, blame trap. Dalam jebakan ini, perusahaan cenderung mencari siapa yang bisa disalahkan (“pesakitan”), dan bukannya membereskan masalahnya dan mengevaluasi diri. Dan yang salah itu, pasti di luar dirinya sendiri. Salah satu contoh adalah perusahaan taksi konvensional yang menuding taksi online sebagai penyebab kemunduran bisnisnya. Mereka lantas berdemo, mencegat taksi-taksi online, bahkan menyuruh penumpangnya untuk turun. Anarkis.

Kelima, cannibalization trap. Ini jebakan “serba salah”. Sebuah perusahaan berinovasi dengan menciptakan produk baru, tapi produk barunya secara sarkas menggerus pasar produk existing milik sendiri yang ia ciptakan sebelumnya. Ketika perusahaan mencoba menahan launching produk barunya, yang terjadi malah membuat perusahaannya terdisrupsi. Ia bisa kalah cepat memunculkan inovasi dibanding kompetitor barunya. Dilematis.

Keenam, confirmation trap. Sebuah upaya meminta konfirmasi pihak lain untuk membenarkan sikap atau pilihan bisnisnya. Namun, alih-alih untuk benar-benar menguji kualitas konsep atau produknya, yang terjadi malah lebih karena kurang percaya diri atas keputusan yang diambil. Pihak lain dikonfirmasi untuk memberi “stempel pembenaran” atas kejadian negatif yang menjadi konsekuensinya; omzet yang turun, pabrik yang salah urus, business process yang keliru dan lain-lain.

Hindari perangkap-perangkap tersebut dan segeralah lakukan disruptive innovation dari sekarang, jika ingin terus bertahan di masa mendatang.

(diubahsuaikan dari resensi atas buku Rhenald Kasali, Tomorrow is Today dimuat @KoranSindo Minggu, 19 November 2017 oleh Fajar S Pramono, peminat masalah manajemen, alumnus UNS Surakarta)

[Hanung W L/ Copywriter Mizanstore]

Bagikan ke Sekitarmu!
Tomorrow is Today: Waspada! Sukses adalah Perangkap!